Kembang Setaman Dipasang di Bunker Kaliadem
Jumat, 07 Jul 2006 15:36 WIB
Yogyakarta - Kawasan Kaliadem dan sekitarnya masih dijadikan kawasan tertutup akibat tertimbun material Merapi. 24 Hari setelah luncuran awan panas yang meratakan Kaliadem, Kabupaten Sleman, di dekat bunker kini dipasangi kembang setaman. Kembang setaman ini sebagai tanda orang berziarah. 24 Hari lalu, di dalam bunker ini, adalah dua relawan yang terjebak dan tewas. Keduanya adalah Warjono (33) dan Sudarwanto (23). Namun tidak diketahui siapa yang berziarah di tempat itu dan menaruh kembang setaman, berupa kembang mawar warna merah dan putih, kembang melati dan kantil. Namun, di tempat itu tidak ada dupa atau kemenyan yang terpasang dan terbakar ditempat itu.Selain itu di sekeliling bunker, masih terpasang tanda police line yang dipasang oleh aparat Polres Sleman. Pengunjung pun tidak diperbolehkan masuk ke dalam bunker karena longsoran pasir di sekitar bunker masih mengancam. Masyarakat juga dilarang untuk pergi ke atas hingga mendekati bukit yang ada di sebelah utara bumi perkemahan."Tidak tahu siapa yang memasang kembang setaman di dekat bunker. Karena semalam adalah malam Jumat Kliwon, mungkin kemarin sore ada yang datang ke tempat ini," kata Mujiyono salah seorang relawan kepada detikcom, Jumat (7/7/2006) di Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman.Menurut Muji, bila ada orang yang berziarah di sekitar Kaliadem maupun Kinahrejo, biasanya mereka pergi ke Watu Gajah dan pohon beringin yang ada di sebelah barat bunker. Kedua tempat itu sering didatangi peziarah dari berbagai daerah. Bahkan saat terjadi luncuran awan panas terbesar, Watu Gajah beserta pagar tembok yang mengelilinginya tetap aman dan tidak rusak. "Kemungkinan ditaruh kembang setaman di dekat tempat itu untuk mengingatkan bila bunker tersebut telah memakan korban jiwa. Kalau tidak, ada teman dan keluarga dua korban itu yang datang," katanya.Sementara itu secara terpisah Ny Sumarjo (45) salah satu pemilik warung di di Kaliadem menuturkan bangunan warung miliknya tertimbun pasir hingga 2 meter. Semua barang dagangan yang ada di dalamnya rusak semua dan panas. Beberapa hewan piaraannya seperti ayam hutan yang ada di dekat warung juga mati.Pasca 14 Juni, bersama beberapa angota keluarganya sempat mengungsi di rumah kerabatnya yang ada di bawah. Namun setiap hari, dirinya tetap menengok ke rumah untuk memberi makan sapi.Hampir semua pemilik warung di tempat itu belum mengetahui akan berjualan makanan dan minuman di mana setelah kasus Merapi ini. Mereka berdagang di Bebeng sudah lebih dari 15 tahun lamanya."Kita belum tahu mau berdagang lagi di mana. Kalau di Bebeng sudah dijadikan tempat tertutup, kita minta pihak desa menyediakan tempat lagi seperti itu. Terserah tempatnya nanti di mana yang aman," harap dia.
(asy/)