Ucapan Luhut Non-Jawa Jangan Maksa Jadi Presiden Dinilai Opini Pribadi

Ucapan Luhut Non-Jawa Jangan Maksa Jadi Presiden Dinilai Opini Pribadi

Nahda Rizki Utami - detikNews
Sabtu, 24 Sep 2022 16:21 WIB
Pengamat komunikasi politik Effendi Gazali
Pakar komunikasi politik Effendi Gazali. (Ari Saputra/detikcom)
Jakarta -

Menko Marinves Luhut Binsar Pandjaitan bicara soal jangan maksa jadi presiden kalau bukan orang Jawa saat berbincang dengan Rocky Gerung di YouTube RGTV. Pakar komunikasi politik Effendi Gazali menilai pernyataan itu merupakan opini pribadi Luhut.

"Opini pribadi untuk dirinya pribadi, tapi saya membenarkan orang lain yang mengatakan, 'Pak, jangan begitu, Pak,'" kata Effendi kepada wartawan, Sabtu (24/9/2022).

Luhut, kata Effendi, sedang mengukur dirinya sendiri. Menurutnya, pernyataan itu merupakan renungan bagi Luhut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebetulnya dia mau bilang saya yakin betul dia pribadi karena double minoritas, yaitu bukan Jawa, bukan Islam, maka nggak usahlah berpikir untuk menjadi presiden, bahkan disebut di situ istrinya juga bilang mau ngapain lagi sih," jelas Effendi.

"Jadi maksud saya, konteksnya harus dikembalikan ke situ, dalam hal itu itu perenungan pribadi saja," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, menurutnya, publik tidak bisa menilai Luhut telah mengadu domba dengan adanya pernyataan itu. Meski demikian, Effendi tak mempermasalahkan jika ada masyarakat yang memiliki pandangan lain.

"Untuk Pak Luhut, kita nggak bisa mengatakan, 'Pak Luhut, Anda mengadu antargolongan'. Nggak. Bagi dirinya sendiri interpretasinya 'saya double minority,'" ujar Effendi.

"Tapi orang lain juga boleh bilang, 'Pak, jangan begitu, Pak, melemahkan semangat yang lain karena menurut undang-undang kita siapa pun warga negara, suku apa pun, agama apa pun, selagi dia WNI, berhak untuk mengajukan diri,'" tambahnya.

Luhut: Kalau Bukan Orang Jawa Jangan Maksa Jadi Presiden

Sebelumnya diberitakan, Rocky Gerung mengundang Luhut untuk bincang-bincang dalam channel YouTubenya, salah satunya terkait penerus Presiden Joko Widodo (Jokowi) di 2024. Dalam ngobrol-ngobrol santai itu, Luhut sempat bicara soal banyak orang yang ingin jadi presiden.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Mulanya, Luhut menyebut banyak orang saat ini yang ambisius untuk menjadi presiden. Padahal, kata dia, mengabdi untuk negara tidak harus menjadi Presiden.

"Anda itu terlalu pintar, makanya kadang men-judge orang. Rock, gini-lah, kita sebagai teman, ya. Saya bilang memang kadang-kadang semua berpikir pengin jadi presiden. Saya berkali-kali bilang, 'Apa mesti jadi presiden ngabdi itu?'" ucapnya.

"Presiden cuma satu loh, dan itu menurut saya sudah takdir alam ini. Tuhan punya mau itu, God's scenario. Jadi kita boleh bersaing, dan boleh tadi juga melakukan itu. Tapi kita harus mengenali diri kita dulu, kenali dirimu. Kenali musuhmu, 100 kali kau perang, 100 kali kau menang, tapi kadang kita nggak mengenali itu. Kita nggak tanya diri kita," imbuh dia.

Rocky pun mengomentari soal power yang sempat disinggung Luhut. Kemudian Luhut menjawab dengan membeberkan lagi soal banyaknya orang yang akhirnya berambisi untuk jadi presiden. Dia lalu mengingatkan bahwa sulit untuk mencapai ambisi itu jika bukan keturunan Jawa.

"Ada yang belum punya power tapi sudah ada syndrome-nya?" tanya Rocky.

"Ya, Rocky, ini aku bilang untuk Anda, teman-teman pasti banyak yang nonton aneh-anehlah. Apa harus jadi presiden saja kau bisa ngabdi? Kan nggak juga. Harus tahu diri jugalah. Kalau kau bukan orang Jawa, jangan terus ini-anu ini antropologi. Kalau Anda bukan orang Jawa, pemilihan langsung hari ini, saya nggak tahu 25 tahun lagi. Sudah, lupain deh, nggak usah kita memaksakan diri kita. Sakit hati, yang bikin sakit hati kita kan kita sendiri," jawab Luhut.

Luhut Binsar dan Rocky GerungLuhut Binsar dan Rocky Gerung. (YouTube RGTV Channel)

Rocky lalu menanggapi statement Luhut. Dia menegaskan apa yang disampaikan Luhut benar secara ilmu antropologi.

"Iya, kalau mereka nggak baca, iya, saya ingetin ada orang yang nggak baca, bahwa antropologi kita itu basisnya adalah ethnic civil, dan faktualitas itu yang kadang kala membatalkan ambisi orang untuk jadi presiden," ujar Rocky Gerung.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Luhut mengamini dengan mengaku mengurungkan ambisinya untuk jadi presiden lantaran menjadi minoritas di Indonesia.

"Yes, termasuk saya, betul saya. Saya double minoritas, saya sudah Batak, Kristen lagi. Jadi saya bilang, sudah cukup itu. Kita harus tahu. Ngapain saya menyakiti hati saya, istri saya juga bilang, 'Kamu ngapain sih, Pah?' Ya memang nggak mau, 'Syukurlah, haleluya' dia bilang, ya sudah," sebut Luhut.

Jubir Jelaskan Maksud Luhut

Juru bicara Luhut, Jodi Mahardi, angkat bicara. Ia menjelaskan maksud pernyataan Luhut itu.

"Jadi kalau dilihat percakapannya secara utuh, pada bagian itu Pak Menko sedang berbicara mengenai pentingnya mengukur diri. Jadi itu merupakan refleksi Pak Menko terhadap dirinya sendiri, bukan untuk orang lain," kata Jodi saat dihubungi, Jumat (23/9).

Jodi menegaskan tidak ada maksud lain di balik pernyataan Luhut. Menurutnya, tak ada pula tendensi politik terkait penjelasan Luhut tersebut.

"Tidak ada tendensi atau maksud politik macam-macam," ucapnya.

Halaman 2 dari 3
(aud/aud)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads