Presidium Nasional BEM Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU), Wahyu Al Fajri menilai Indonesia ketergantungan bahan bakar minyak (BBM). Hal tersebut membuat gejolak setiap kali terjadi kenaikan harga BBM.
"Saat ini ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil, khususnya minyak bumi, gas bumi, dan batubara untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri sangat tinggi. Tentu ini berdampak sangat besar terhadap lingkungan, selain daripada adanya keterbatasan energi fosil, penggunaanya juga kurang ramah terhadap lingkungan," kata Wahyu dalam keterangan tertulisnya pada Selasa (20/9/2022).
Menurut Wahyu, solusi untuk mengatasi ketergantungan negara atas BBM adalah melakukan transisi energi. Wahyu memberi contoh semisal dengan menggunakan energi tenaga surya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenapa kita tidak mencoba mencari jalan keluar yang tepat terhadap permasalahan ini? Misalkan pemerintah mencoba merumuskan formula dengan menggunakan energi baru dan terbarukan, bisa saja menggunakan tenaga surya," tutur dia.
"Karena Indonesia selalu disinari tenaga surya setiap harinya, dan energi surya merupakan energi terbesar yang tidak tergantikan karena menggunakan sinar matahari langsung," imbuh dia.
Oleh sebab itu Wahyu mendorong pemerintah untuk segera menjadi solusi atas ketergantungan rakyat pada BBM. Tentunya, tambah Wahyu, energi pengganti gas dan minyak bumi harus lebih ramah lingkungan dan ramah di kantong rakyat.
"Berharap pemerintah sesegera mungkin mencari solusi yang tepat untuk mengelola persoalan bahan bakar minyak yang sampai hari ini mengalami banyak penolakan. Jika memang EBT adalah Solusi terbaik, mari kita transisi ke Energi yang ramah lingkungan dan ramah di dompet," ungkap Wahyu.
Wahyu menyebut hal itu juga telah dia sampaikan saat BEM PTNU se-RI menggelar acara Tuang Gagasan dalam rangka menyikapi polemik tarif BBM yang ramai dibincangkan. Tuang Gagasan itu digelar pada Kamis (15/9).
Simak juga 'Survei Indikator Politik: 71,5% Warga Tak Setuju Kenaikan Harga BBM':