Dakwah Gratis Eks Napiter, Perangi Doktrin Radikal di Lapas

Dakwah Gratis Eks Napiter, Perangi Doktrin Radikal di Lapas

Nada Celesta - detikNews
Minggu, 11 Sep 2022 12:53 WIB
Jakarta -

Yayasan De Bintal merupakan sebuah unit usaha yang berspesialisasi pada pengelolaan telur puyuh. Menariknya, unit usaha ini dikelola oleh mantan narapidana terorisme yang kini tentu sudah kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan sudah 'steril' dari paham radikal.

Selain ditujukan untuk memberdayakan mantan narapidana terorisme agar dapat kembali bergabung dengan masyarakat, Yayasan De Bintal memiliki misi penting lain. Misi tersebut adalah deradikalisasi. Menyadari pentingnya hal ini, Yayasan De Bintal juga memiliki divisi dakwah dengan program kerja berupa dakwah di lapas.

Tak hanya lapas dengan narapidana terorisme, Yayasan De Bintal juga berdakwah di lapas yang tidak memiliki narapidana terorisme. Anggota divisi dakwah Yayasan De Bintal, Rocky Aprisdianto atau Atok, mengungkapkan bahwa warga binaan lapas sangat mudah didoktrinasi paham radikal. Bahkan, menurut Atok, narapidana non-terorisme bisa memiliki paham yang lebih keras daripada narapidana terorisme. Oleh karena itulah, hal ini harus dicegah sebisa mungkin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Napi umum itu paling gampang didakwahi untuk urusan jihad. Karena mereka itu ingin taubat. Mereka ingin sesuatu yang bisa mencuci dosa-dosa mereka. Sementara teroris datang dengan iming-iming, 'Dosamu langsung dibersihkan,' dengan cara disuruh meledakkan diri," terang Atok, yang juga mantan narapidana terorisme dan pernah bergabung di jaringan Negara Islam Indonesia.

Atok juga menuturkan bahwa 'kasta' narapidana terorisme umumnya cukup tinggi di kalangan warga binaan lapas. Oleh karena itu, warga binaan lainnya cenderung mendengarkan dan terkesima dengan penuturan narapidana terorisme.

ADVERTISEMENT

"Nah, kalau kita melihat, seluruh penjara-penjara itu. Teroris itu menduduki kasta paling tinggi. Makanya, napi-napi lain ini mendengarkan. Karena mendengarkan, otomatis mereka itu manut (menurut, red)," tutur Atok untuk program Sosok detikcom, Minggu (11/9/2022).

2 jam cukup untuk doktrinasi paham radikal, halaman selanjutnya.

Kondisi yang demikian membuat penyebaran paham radikalisme berlangsung cepat di lapas. Mengutip kalimat Ustadz Ali Imron, Atok menyebutkan bahwa dengan dua jam saja, indoktrinasi sudah bisa sukses dilakukan. Maka, dalam waktu berhari-hari, hingga berbulan-bulan, paham radikal bisa semakin mengakar dan sulit diubah.

Hal ini juga pernah dialami oleh Atok sendiri. Bagi Atok, apabila sebuah paham sudah mengakar dalam diri seseorang, akan sangat sulit untuk mengubahnya. Terlebih, orang-orang dengan kecenderungan paham radikal umumnya tak merasa bahwa dirinya radikal.

"Dulu, saya nggak merasa kalau saya ini teroris. Setahu saya waktu itu saya jujur menjalankan agama saya. Karena kita didoktrin, doktrin kita kan bagaimana menerapkan agama itu secara praktik nyata. Contohnya jihad. Jihad dulu kita pahami dalam arti perang, tidak ada makna lain," kenang Atok.

"Kemudian kita mengorbankan nyawa kita, nanti akan mendapatkan surga, syahid, dapat bidadari dan lain-lain, kita terpancing untuk itu. Makanya, keinginan untuk hidup abadi itu lebih ringan daripada keinginan, 'Ah, dunia, apaan.' Kan gitu, manusia waktu itu. Tapi ternyata banyak sekali hal yang salah," lanjutnya.

Oleh karena itu, Yayasan De Bintal aktif melakukan dakwah dari lapas ke lapas untuk melakukan deradikalisasi, baik ke mereka yang merupakan narapidana terorisme maupun non-terorisme. Atok menyebutkan bahwa pendekatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan ilmu, menggunakan dalil yang tercantum di kitab Al-Qur'an dan himbauan untuk memperbanyak referensi dari sumber-sumber ilmu yang lain. Hal ini dilakukan agar pemikiran para warga binaan bisa lebih terbuka dan diharapkan bisa meminimalisir masuknya indoktrinasi paham radikal di lapas.

Halaman 2 dari 2
(nad/vys)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads