Wakil Ketua DPR Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menyampaikan pemikirannya terkait arah kebijakan Indonesia dalam bukunya berjudul 'Visioning Indonesia'. Buku kedua tentang politik kesejahteraan ini merupakan hasil dialog dengan rakyat dalam rangkaian perjalanan Cak Imin ke seluruh wilayah di Indonesia.
"Ini serial yang kedua, insyaallah ada ketiga dan keempat. Dari hasil dialog, masih besar kesenjangan dalam hidup masyarakat kita. Karenanya, tugas kita menutup kesenjangan ini," kata Cak Imin dalam pidato peluncuran buku di Domestik Spark Senayan, Jakarta, Rabu (7/9/20227).
Dalam pidatonya, Cak Imin menyampaikan politik kesejahteraan harus terus didengungkan guna menghapus kesenjangan dan menciptakan cita-cita keadilan sosial yang normatif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari ini kita masih punya banyak pekerjaan. Yang salah siapa, bukan siapa-siapa. Yang salah adalah realitasnya. Memang sulit. Nah dari situ perlu konsistensi, perlu namanya, kalau bahasa saya, istiqomah," kata Cak Imin.
Ketua Umum PKB ini menekankan negara harus tetap menjadi pelindung masyarakat. Keberadaan negara bukan hanya menjadi pengelola pasar, tapi juga menjadi pelindung masyarakat dalam menghadapi kekuatan pasar.
"Ini harus dirombak tata kelolanya kita sehingga kita lebih maju. Karena itu saya ingin pengkayaan melalui launching buku hari ini bisa menjadi inspirasi semuanyalah, terutama saya sebagai politisi, anak buah saya di kabinet dan di legislatif," katanya.
"Demokrasi harus mampu melahirkan kesejahteraan. Negara harus mampu memanusiakan rakyatnya," imbuhnya.
Lebih lanjut, Cak Imin memaparkan soal arah politik di bidang pendidikan. Cak Imin merumuskan perwujudan wajib belajar 18 tahun menjadi salah satu agenda besar pemerintahan di bidang pendidikan.
"Pendidikan adalah investasi terbesar sebuah bangsa untuk mencapai kemajuannya. Di masa depan, seluruh sumber daya bidang pendidikan akan kita konsolidir dalam sebuah instrumen serta kebijakan negara. Karena itu, di bidang pendidikan, ke depan kita telah merumuskan agenda besar, antara lain wajib belajar 18 tahun atau sampai perguruan tinggi," paparnya.
Selain itu, Cak Imin memproyeksikan sebanyak 100 ribu beasiswa per tahun ke perguruan tinggi di berbagai penjuru dunia.
"Juga 100 ribu beasiswa per tahun ke kampus-kampus di seluruh dunia, menaikkan indeks biaya pendidikan yang langsung ke siswa dari rata-rata 1,3 juta per tahun menjadi 7 juta per tahun, dan meningkatkan kesejahteraan guru," katanya.
(fca/dwia)