Lubang Kubah Merapi Makin Lebar
Kamis, 29 Jun 2006 15:42 WIB
Yogyakarta - Setelah luncuran awan panas 14 Juni 2006 lalu, lubang di kubah lava Merapi yang berada di sisi selatan terlihat semakin lebar dan dalam. Hal itu dipicu semakin meningkatnya gerusan material atau terjadinya guguran lava yang mengarah ke hulu Kali Gendol.Berdasarkan pantauan detikcom dari Dusun Gondang Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Kamis (29/6/2006) -- sekitar 5,5 kilometer dari puncak Merapi -- tampak kubah lava sudah berlubang besar dan dalam. Kubah lava 2006 dan pelataran Gendol yang sebelumnya tempat menampung magma yang keluar dari dapur magma itu sudah tidak ada lagi. Saat ini yang tampak tinggal sisa-sisa material kubah yang berada di sisi timur dan barat lubang. Lava pijar yang keluar dari kubah langsung meluncur ke bawah tanpa ditampung lebih dulu. Akibatnya intensitas luncuran yang terjadi semakin meningkat. Namun pasca-luncuran awan panas 14 Juni yang menghancurkan Kaliadem dan beberapa setelahnya itu, jutaan material yang ada di kubah lava sudah runtuh. Diperkirakan masih ada 7 juta meter kubik material Merapi yang ada di atas. Sedang pertumbuhan kubah baru sampai saat ini masih beulm dapat diamati secara visual.Lebar lubang di puncak diperkirakan mencapai 100-an meter dengan kedalaman lebih kurang 40-an meter. Dari dalam lubang tampak material pasir dan bebatuan Merapi yang masih menumpuk dengan warna hitam dan abu-abu. Di kanan-kiri jalur aliran lava pijar menuju Kali Gendol itu sudah berwarna putih keabu-abuan pertanda adanya timbunan pasir dan debu vulkanik. Sedang di kawasan Bukit Kendil, Bukit Kukusan serta hutan lindung di kawasan Bebeng juga tampak meranggas akibat hangus terbakar.Zainuri, salah seorang perangkat Desa Balerante, menuturkan, bila terjadi guguran lava pijar ke arah selatan suara gemuruh terdengar keras dari DusunGondang, Ngipiksari, Sambungrejo, Balerante dan Kalitengah Lor yang berjarak 5 kilometer dari puncak.Bila terjadi awan panas dari jalur Gendol yang sudah menganga itu akan muncul gumpulan awan pekat warna hitam kecoklatan. "Bunyi gemuruh dan kemrosak tanda batu-batu besar berjatuhan itu terdengar keras dari sini," katanya.Bila terdengar suara seperti itu dan kepulan awan pekat, warga sekitar Balerante dan Kalitengah Lor mulai waspada. Biasanya warga kemudian bersiapsiaga di sekitar rumah maupun tempat-tempat tertentu yang biasanyamenjadi titik berkumpul. "Namun kalau hanya guguran lava pijar tanpa ada awan pekat, mereka tetap tenang saja. Mereka sudah bisa membedakan kalau siang hari, tapi kalau malam hari mereka mengandalkan pendengaran dan alat sinyal yang dipancarkan melalui pesawa HT," katanya.Menurut dia, yang perlu diwaspadai saat ini adalah luncuran ke arah selatan tapi dari atas Bukit Kendil tidak berbelok kekiri dan masuk ke hulu Kali Gendol. Namun kemudian berbelok ke kanan dan masuk ke Kali Talang yang berhulu di Kali Woro. "Kalau sudah seperti itu warga Balerante yang ada di barat dan Desa Sidorejo di timur Kali Woro harus segera menyingkir. Seperti peristiwa 14 Juni lalu kita juga ikut menyngkir karena awan panas yang sangat besar," katanya.Sementara itu berdasarkan laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta hingga hari ini, aktivitas Merapididominasi oleh guguran lava pijar ke arah Kali Gendol. Awan panas yang teramati secara visual dari Pos Kaliurang sebanyak 2 kali dengan jarak 1,5kilometer masuk ke hulu Kali Gendol.Dari pukul 00.00 hingga 06.00 WIB, guguran lava pijar terjadi 10 kali yang mengarah ke barat daya masuk hulu Kali Krasak dengan jarak luncur 2,5 kilometer. Sedang ke Kali Gendol sebanyak 75 kali dengan jarak 1 kilometer.Berdasarkan hasil rekaman seismograf tercatat terjadi gempa fase banyak atau multiphase (MP) tiga kali, gempa guguran 68 kali, gempa tektonik satu kali, dan dua kali awan panas. Gempa vulkanik dangkal tidak terjadi.
(nrl/)