Kisah Siswa SMA 8 Solo yang Menjadi Korban UN
Senin, 26 Jun 2006 15:49 WIB
Solo - Hernawati sama sekali tidak mengira akan mengalami tinggal kelas. Dia termasuk anak yang rajin dan cukup pandai di SMAN 8 Solo. Setiap semester, peringkat nilainya selalu masuk lima besar di sekolah. Meskipun dia mendapat nilai delapan di mata pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, namun tak disangka jika anak Jurusan IPA ini akan kesandung nilai Matematika yang selama ini sangat digemarinya. "Hanya kurang satu soal bagi dia untuk bisa lulus. Standar kelulusan harus mencapai nilai 4,26 sedangkan Herna hanya mendapat nilai 4,0 untuk Matematika," ujar Yustina, guru bidang bimbingan dan koseling SMAN 8 Solo saat ditemyi detikcom, Senin (26/6/2006) dengan nada datar. Hal serupa dialami Paul, anak IPS dari sekolah yang sama. Selama ini dia dikenal selaku jagoan. Setidaknya dia beberapa kali menyabet ranking 3 di kelas IPS paralel. Kali ini Paul terbentur angka Mata Pelajaran Ekonomi yang juga kurang satu soal untuk dinyatakan lulus. Terpukul kejadian tak terduga itu, keduanya mengaku belum dapat menentukan pilihan langkah yang akan ditempuh selanjutnya. Untuk memberikan arahan, pihak sekolah juga masih menunggu kondisi psikis anak didiknya yang tidak lulus itu lebih tenang. Selain Herna dan Paul, masih ada 32 siswa lagi di SMAN 8 Solo yang tidak lulus tahun ini. Sedangkan di Seluruh Kota Solo, terdapat 1.243 siswa SMA dan SMK yang tidak lulus dari keseluruhan total 15.985 siswa yang mengikuti UN. Yustina sangat wajar bila mengaku cukup heran atas ketidaklulusan sejumlah anak didiknya. Melihat nama-nama yang 'menjadi korban', dia beberapa kali perlu mencari kepastian. "Saya tahu benar prestasi dan perilaku anak-anak setiap harinya. Yang tidak lulus itu sebagian besar anak-anak yang pandai dalam pelajaran dan juga rajin. Malah ada anak yang di ulangan harian dan ujian sekolah nilainya tertinggal serta memiliki catatan sangat buruk malah lulus UN," ujarnya. Apa yang akan dilakukan pihak sekolah kepada peserta didiknya yang tidak lulus, Yustina mengatakan masih menunggu kondisi kejiwaan mereka lebih stabil, mengingat goncangan yang sedemikian keras tak terduga itu. "Aturan yang berlaku sekarang bagi siswa yang gagal harus mengulang setahun lagi untuk bisa lulus, karena tidak ada ujian ulangan. Mungkin juga nanti ada yang diarahkan ikut ujian penyetaraan Paket C. Tergantung kebutuhan mereka," lanjut dia.
(asy/)