Perempuan muda berambut cepak itu dengan cekatan memasukkan kain-kain kecil mengikuti sebuah pola yang membentuk seperti keset kaki. Sesekali, ia berkoordinasi dengan teman-temannya, memberitahu apa-apa saja yang harus dilakukan. Ia pun menegur jika mereka melakukan kesalahan. Saat bahan baku baru datang, ia dan teman-temannya juga bekerjasama membawanya ke dalam ruang kerja untuk kemudian dikerjakan sesuai bagian masing-masing.
Dia adalah Sarah. Wajahnya tertutup masker, hanya menyisakan mata sipitnya yang terlihat selalu awas. Sarah adalah salah satu warga binaan di Yayasan Gerakan Asih Abadi Indonesia (GERASA), organisasi yang menampung Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) khusus perempuan.
"Abang jemput (saya) di Jakarta. Dibawa ke Bogor. Akhirnya, temannya abang bawa jalan-jalan ke mall. Sebelum diajak ke mall, (saya) 'dikerjain' di kostnya. Terus ditinggal. Polisi antar aku ke Mahanaim, akhirnya Bunda jemput aku jam satu malam, diantar ke sini," jelas Sarah untuk program Sosok detikcom (7/8/22).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sosok Bunda yang diceritakan Sarah adalah Ferra Menajang (53), orang yang menolongnya di masa paling genting dalam sepanjang hidupnya. Bersama suami dan anak-anaknya, Ferra mengajak Sarah untuk pulang ke GERASA.
Ferra selalu sigap. Sepanjang bercakap dengan tim detikcom pun, Ferra tetap cekatan menegur dan memberi instruksi ke warga binaan yang sedang sibuk beraktivitas seperti membuat prakarya dan memasak.
"Ini bagian dari terapi mereka supaya mereka fokus. Nggak bengong, nggak melamun," tutur Ferra.
Berdiri sejak 2011 lalu, Yayasan GERASA yang terletak di Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi ini merawat ODGJ perempuan yang terlantar di jalanan. Kini, tidak kurang dari 68 perempuan dengan gangguan jiwa tinggal di bawah atap rumahnya.
Faktor utama yang membuat ODGJ semakin tertekan, halaman berikutnya.
Yayasan GERASA yang terletak di Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi ini merawat ODGJ perempuan yang terlantar di jalanan sejak 11 tahun lalu. Ferra menuturkan, kebanyakan warga binaannya memiliki masalah keluarga yang beragam. Tapi, umumnya permasalahan yang mereka hadapi seputar perselingkuhan atau kekerasan dalam rumah tangga.
Tekanan semakin berat saat keluarga acuh terhadap keberadaan mereka. Inilah yang membuat para ODGJ ini terlunta-lunta di jalanan dan membuat mereka rentan akan penyakit dan tindakan kriminal.
Ferra dan suaminya biasa menjemput ODGJ di jalanan. Daerah operasinya bukan hanya di area Bekasi, melainkan Jakarta, Cilegon, Cianjur, Cikampek, Karawang, Bogor, hingga Sukabumi.
"Semua kita lihat ya kita ambil, atau kita dengar informasi dari orang, 'Di sini ada,' ya kita jemput," jelas Ferra.
Ide untuk merawat ODGJ perempuan dari jalanan pertama kali dilontarkan oleh Lukas Sagotra, suami Ferra. Hal ini didasari oleh keprihatinan kepada ODGJ perempuan yang rentan mengalami tindak kriminal dan penyakit.
Mulanya, Ferra sangat terkejut dan hatinya menolak keras usulan tersebut. Bahkan, Ferra sempat berusaha membuat anak-anaknya menolak ide ini juga.
"Tapi anak-anak malah mendukung dan siap membantu," kata Ferra, diikuti gelak tawanya.
Satu tahun pertama adalah masa terberat Ferra dalam menjalankan Yayasan GERASA. Ia tak memiliki latar belakang ilmu psikologi klinis, dan ia tak pernah berurusan dengan ODGJ sebelumnya. Perilaku ODGJ yang tak bisa diprediksi seringkali membuat Ferra kerepotan, bahkan membahayakan keselamatannya.
"Saya bilang (ke warga binaan) 'Ayo makan!', tiba-tiba dia buang air besar di situ sambil jalan, aduh. Pernah saya mengalami bagaimana mereka cekik leher saya, terus mereka pukul, tonjok. Apa saya harus mati konyol dengan mereka? Saya bilang saya tidak bisa deh, betul-betul tidak bisa," kenang Ferra.
Namun, suami dan anak-anak Ferra tak pernah berhenti menguatkannya. Kesabaran dan kasih sayang menjadi kunci Ferra untuk bertahan merawat warga binaannya hingga satu dekade lamanya. Ferra mungkin tak tahu banyak tentang ilmu psikologi klinis, namun dengan latar belakang pelayanan di gereja, Ferra tahu pasti bahwa kasih Tuhan bisa menyembuhkan warga binaannya.
Bersama suaminya, ia berkomitmen untuk tidak menggunakan obat dalam proses penyembuhan warga binaan. Pendekatan kasih, konseling, pendekatan sosial, dan pelatihan kerja adalah cara yang digunakan Ferra untuk menuntun para warga binaan menjemput kesembuhan mereka.
"Bukan berarti saya menolak medis. Pakai obat berarti kan harus ada cost (biaya), nah sedangkan mereka semua ODGJ dari jalan, nah siapa yang mau subsidi untuk obat? Lalu, kalau kita cuma jejalkan dia dengan obat-obat tapi kita tidak sentuh permasalahannya mengapa kamu mengalami depresi, itu kan tidak maksimal," jelas Ferra.
Ferra memiliki metode lain. Ia memilih untuk aktif bercakap dengan para warga binaan untuk mengetahui problematika kehidupan mereka. Kegiatan seperti bernyanyi dan berdoa bersama sebelum makan siang juga rutin dilakukan. Ia pun selalu mengingatkan warga binaan untuk menerima kenyataan serta meyakinkan mereka bahwa mereka berharga dan layak untuk disayang.
Melalui cara tersebut, Ferra dapat melihat perkembangan kesembuhan para ODGJ di Yayasan GERASA. Baginya, parameter kesembuhan warga binaannya adalah pada kemampuan untuk mengurus diri sendiri dan kemampuan berkomunikasi dengan lancar.
Saat ini, terdapat 68 warga binaan yang tinggal di Yayasan GERASA. Semuanya beraktivitas dengan biasa, dan menunjukkan perkembangan yang baik menuju kesembuhan.
Meski demikian, Ferra masih punya kekhawatiran. Baginya, yayasan ini bukanlah opsi terbaik bagi warga binaannya. Ferra berharap keluarga dari warga binaannya mau datang dan menjemput mereka. Bagi Ferra, sebaik-baiknya tempat bagi para ODGJ ini adalah di tengah-tengah kasih sayang keluarga sendiri.
"GERASA kan sudah diliput oleh beberapa stasiun TV swasta Indonesia, saya berharap ada keluarga yang bisa lihat 'Oh, itu anak saya!' ya ambil lah. Jauh lebih baik dia ada di keluarga, yayasan itu bukan pilihan terbaik. Tapi kalau keluarga sudah tidak bisa menampung, ya sudah, GERASA selamanya akan mengurus mereka," tegas Ferra.
Saat ini, Yayasan GERASA sedang berusaha untuk menjadi mitra pemerintah dalam melayani masyarakat dengan gangguan jiwa di jalanan, khususnya mereka yang perempuan. Ferra juga berharap, Yayasan GERASA dapat menjadi tempat yang dituju untuk pelatihan merawat ODGJ, agar lebih banyak orang yang teredukasi dalam perawatan ODGJ yang berimbas pada berkurangnya jumlah ODGJ di jalan.
Saksikan kisah selengkapnya pada video yang sudah disematkan di atas artikel