Kementerian Luar Negeri RI menyatakan enam warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) MV Sky Fortune telantar di Filipina. Begini keterangan anak salah satu WNI yang tertahan di kapal itu.
MV Sky Fortune telantar di Tabaco, Filipina. Sebelum Kemlu RI menyampaikan kabar enam WNI itu, telah viral beredar kabar di Twitter dari anak salah satu WNI di kapal itu, yakni May, lewat akun @maimeichil.
Jumat (5/8/2022), detikcom telah mendapat izin mengutip cerita May.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ayah saya usia 50 tahun sebagai 2nd engineer (teknisi kapal)," kata May kepada detikcom.
Di Twitter, dia telah menceritakan ayahnya dan lima kru WNI tertahan selama tujuh bulan di kapal yang sudah tidak layak. Mereka tidak digaji selama tujuh bulan.
Ayahnya bekerja di MV Sky Fortune mulai 5 Januari 2022. Namun, pada 19 Januari, kapal itu menabrak karang. Sebagian muatan beras terendam.
"Setelah kejadian tersebut, pihak perusahaan menyalahkan seluruh kru Indonesia karena kaptennya merupakan orang Indonesia. Awalnya perusahaan menjanjikan pemulangan dan pembayaran gaji setelah selesai bongkar muatan kargo beras yang tidak rusak namun sampai sekarang mereka masih di kapal," kata May.
Kapal tersebut memuat 17 orang, ada warga Filipina, Myanmar, dan utusan perusahaan dari China. "Semua kru dari negara lain mendapat gaji, kecuali kru Indonesia," kata May.
Para WNI itu hidup di kapal yang parkir itu selama tujuh bulan. Mereka menghadapi masalah air bersih. Penyakit mulai menghinggapi.
"Kondisi di kapal tersebut sudah sangat menyedihkan dan mengkhawatirkan karena mereka tidak mendapatkan air bersih untuk mandi sehingga beberapa kru mengalami penyakit kulit dan tidak mendapatkan penanganan dari pihak medis," kata May.
Bila hujan turun, mereka menadah air dari langit supaya bisa digunakan untuk mandi dan mencuci baju. Mereka juga membuat WC darurat.
Simak video 'Menlu: Penipuan Kerja di LN Meningkat, Ratusan WNI Jadi Korban':
Selanjutnya, makan dari beras yang rusak terendam air:
Mereka makan dari beras yang diambil dari muatan. Beras itu adalah beras yang terendam air laut. "Beras muatan yang rusak tidak layak, karena bau," kata dia.
Pada 31 Juli lalu, KBRI Manila mengirimkan makanan berupa mi instan, roti, air minum, dan biskuit.
Maret lalu, pihak keluarga awak kapal sudah melakukan pertemuan virtual via Zoom dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Manila. Selanjutnya, KBRI Manila mengunjungi kapal MV Sky Fortune itu di Tabaco. Keluarga May juga mengadu ke Federasi Pekerja Transport Internasional (ITF). Namun hingga kini, ayah May dan lima WNI lainnya masih tertahan di kapal itu.
"Kapal sempat bersandar sepekan di dermaga, tapi setelah itu kembali ke tengah laut. Soalnya, warga protes akan bau yang ditimbulkan dari kapal. Berasnya rusak terendam air dan minyak, maka kapalnya menjadi bau," kata May.
![]() |
Dia berharap ayahnya dan lima WNI lainnya bisa segera diselamatkan. Keluarga membutuhkannya. Dia menyatakan ayahnya adalah pekerja yang sah dengan perjanjian kerja perusahaannya.
"Mohon doa dan bantuannya ya, semoga kasus ini dapat segera selesai. Karena kami harus melanjutkan hidup dan pendidikan namun bagaimana caranya jika tidak mendapatkan gaji satu bulan pun. Terlebih kondisi kru Indonesia yang berada di kapal sangat mengkhawatirkan," kata May.