Sosok Surani, Seniman Dodod Agar Tetap Lestari di Pandegalang

Sosok Surani, Seniman Dodod Agar Tetap Lestari di Pandegalang

Aris Rivaldo - detikNews
Minggu, 31 Jul 2022 15:20 WIB
Surani sebelah kiri berbaju batik dan personil Dodod Misjaya sebelah kana berpeci. Dok Aris Rivaldo/detikcom
Foto: Surani sebelah kiri berbaju batik dan personil Dodod Misjaya sebelah kana berpeci (Aris Rivaldo/detikcom)
Jakarta -

Seni pertunjukan Dodod yang sudah ada di Pandeglang sejak awal abad-19 sampai hari ini masih terjaga meski di tengah gempuran modernisasi. Pertunjukan kombinasi angkung-bedug ini dilestarikan di sebuah sanggar bernama Sanghiang Sri. Sosok dibaliknya adalah Surani yang diamantkan leluhur menjadi pelestarinya.

Surani bercerita, ia diberi amanat oleh para orang tua terdahulu untuk meneruskan seni Dodod. Ia mengajak teman-teman sekampung melestarikan seni pertunjukan yang biasa ditampilkan untuk menyambut musim tanam.

"Pada tahun 2000-an saya dikukuhnya untuk mengelola Dodod dengan jumlah personel 16 orang," kata Suryani kepada detikcom saat berkunjung ke sanggarnya di Saketi, Pandeglang, Minggu (31/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk menjalankan kesenian ini ia dibantu seorang sinden sebagai pengirim. Lagu yang dilantunkan menyamput masa tanam biasanya Lutung kasarung dan sejenisnya.

Surani mendedikasikan dirinya agar Dodod tidak punah di tengah gempuran moderninasi. Kecintaannya dan pesan leluhur untuk melestarikan Dodod tetap ia pegang teguh sampai sekarang.

ADVERTISEMENT

Ia sendiri berharap generasi muda selanjutnya bisa menjaga dan melestarikan Dodod agar tidak punah dimakan zaman. Bahkan ia yakin bahwa Dodod akan tetap lestari meski semua sudah berganti.

Surani terus menanamkan pondasi-pondasi tentang bagaimana mana penting menjaga sebuah budaya. Pondasi itulah yang nantinya akan menjadi bekal untuk penerus Dodod selanjutnya.

"Suatu saat pasti ada generasi ingasa Allah. Kami juga dulu tidak berpikir bakal dapat amanat untuk meneruskan Dodod. Kami tidak bermimpi untuk meneruskan Dodod, kami dari kecil diajarkan mencintai Dodod di Kampung Pamatang khusunya," katanya.

Dengan semangat dan tekad Surani Konsisten mengedukasi generasi muda untuk mencintai Dodod. Saat ini ia terus terjun ketiap-tiap sekolah untuk mengenalkan Dodod.

"Dari dulu kita sudah ke sekolah, semester kedua kita sudah masuk ke sekolah memberikan keterangan sejarah, mengedukasi minimal mereka tau. Setelah tau, baru kita ciptakan rasa cinta mereka," kata dia dengan penuh harapan.

"Kami sudah merintis dari awal tahap SD, kami merintis dari dulu masuk kami ke sekolah-sekolah, di semester kedua. Itu secara tidak langsung kita menyimpan Dodod di hati mereka," lanjutnya

Bahkan kata dia kelompok kesenian Dodod diminta oleh sekolah di luar Saketi untuk mengajarkan Dodod pada anak muridnya. Menurutnya siapa sajah berhak untuk memegang Dodod.

"Kata gurunya anak kami ajarkan agar bisa memukul, yang ini agar bisa nari. Siapa sajah berhak untuk main, Dodod milik semua tanpa ada kriteria yang penting punya keinginan, dan mencintai. Yuk silahkan tidak ada batas umur," terangnya.

Menurutnya kesenian mampu menyatukan kita. Dalam kesenian ada pertemuan, ada media silaturahmi ada tegur sapa.

"Kesenian, budaya, olahraga menyatukan kita. Ayo kita jaga dan rawat Dodod bersama-sama," ajaknya.

(dwia/dwia)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads