Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyinggung ada partai politik (parpol) yang maju kontestasi terlalu cepat. Wasekjen PKB Syaiful Huda meyakini sindiran itu bukan untuk PKB dan Gerindra.
"Saya nggak tahu persis Mas Hasto menunjukkan kritik atau sindirannya ke mana, karena kalau misalnya dialamatkan ke rencana koalisi Gerindra-PKB, sebenarnya kan (Gerindra-PKB) peristiwa kedua dalam konteks koalisi, karena sebelumnya sudah ada KIB yang sudah duluan deklarasi," kata Syaiful Huda saat dihubungi, Kamis (28/7/2022).
Kemudian, Huda juga menyebut tolak ukur kecepatan Hasto tidak bisa disamakan antarpartai. Menurutnya, partai punya tolak ukur sendiri kapan harus memulai memikirkan cara pandang, dinamika, cara melihat persoalan, sampai pada turunan rencana strategis dan skenario lapangan, refleksi dan basis masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi prinsipnya walaupun sesama parpol, tentu nggak bisa disamakan sebagaimana yang dibayangkan Mas Hasto peluit politiknya ada yang sudah dibunyikan, ada yang belum, jadi nggak mungkin peluit bersamaan karena cara melihat persoalan dan strategi politiknya berbeda-beda," ucapnya.
Lebih lanjut, Ketua Komisi X DPR ini juga menilai tidak tepat cara pandang Hasto soal partai terlalu cepat kontestasi hingga tidak mengurus rakyat. Dia menekankan Gerindra dan PKB sudah memiliki komitmen untuk tetap mengurus rakyat meski sudah mulai menyalakan mesin politik untuk 2024.
"Dalam rencana piagam deklarasi koalisi Gerindra-PKB yang akan kita tanda tangani bersama, termuat di dalamnya butir di mana kira-kira ini termasuk menjadi bagian dari cara PKB dan Gerindra untuk kerja politik, kerja pengorganisasian, dan kerja konsolidasi, mengurus rakyat juga gitu," ucapnya.
"Nah jadi saya kira perspektif kritik yang disampaikan oleh Mas Hasto saya kira ya kurang relevan kalau itu ditujukkan ke PKB dan Gerindra karena semangat kita sama, yaitu sama sama kerja politik mengurus rakyat," imbuhnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Saksikan Video 'KIB Diprediksi Akan Berkoalisi Dengan PDIP untuk Melawan NasDem':
Huda juga memandang wajar Hasto berpikiran demikian lantaran berpandangan PDIP sudah siap untuk maju sendiri di 2024. Namun, karena itulah, kata dia, harusnya Hasto memaklumi partai-partai yang mulai mengumpulkan koalisi untuk bisa memenuhi syarat di 2024.
"Bisa saja begitu, kalau itu yang jadi misalnya parameternya sangat relevan Mas Hasto untuk memaklumi dan memahami partai yang belum memenuhi presidential threshold, makanya hal yang biasa," imbuhnya.
Sindiran Hasto
Untuk diketahui, Hasto memang sempat menyinggung ada partai politik (parpol) yang maju kontestasi terlalu cepat. Sindiran itu disampaikan saat rapat pimpinan PDIP Sulsel.
Mulanya Hasto berbicara mengenai peristiwa 27 Juli. Diketahui, pada tanggal 27 Juli 1996, terjadi peristiwa kekerasan di Kantor Sekretariat DPP PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat. Peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa Sabtu Kelabu.
Hasto juga menambahkan seluruh kader PDIP harus menyelami pemikiran rakyat, berusaha mendidik, dan bantu rakyat mencari solusi atas permasalahan kehidupannya.
Kemudian, Hasto menyinggung terkait isu capres-cawapres. Hasto mengatakan bahwa keputusan soal capres-cawapres berada di tangan Megawati.
"Mekanisme partai kita telah proven bahwa banyak pemimpin lahir dari rahim PDI Perjuangan. Maka kita jangan ragu. Kita bantu rakyat dulu. Atasi berbagai persoalan. Hadapi yang sebarkan ideologi yang bukan Pancasila," ujar Hasto.
"Pendaftaran capres baru satu tahun dari sekarang. Masih banyak hal terjadi dalam 1 tahun itu. Maka kita memilih bergerak. Capres cawapres serahkan ke Ibu Mega dan beliau akan mempertimbangkan yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia," tegas Hasto.
Hasto menyinggung ada parpol yang terlalu cepat maju kontestasi. Tapi ia tak bicara detil mengenai parpol yang dimaksud.
"Bukan malah maju ke kontestasi itu terlalu cepat. Ada parpol yang begitu. Kalau kita, tenang saja. Buat kita yang penting kita konsolidasi dengan rakyat," urai Hasto.