Terang-terangan Debat PDIP Vs NasDem yang Memanjang

Terang-terangan Debat PDIP Vs NasDem yang Memanjang

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 28 Jul 2022 06:40 WIB
silakan dipakai setelah tanggal 29 juli 2019
Ilustrasi Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketum NasDem Surya Paloh. (Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta -

Debat politik panjang terang menderang melibatkan dua partai dalam koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)-Wapres Ma'ruf Amin. PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai NasDem terlibat debat panjang dari mulai partai sombong hingga 'tak usah pemilu'.

Debat terbaru, berawal dari Ketum Partai NasDem Surya Paloh menyampaikan orasi ilmiah saat penganugerahan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa (HC) dari Universitas Brawijaya. Dalam orasinya, Paloh memandang lebih baik pemilu tak perlu digelar apabila berujung pada perpecahan bangsa.

"Politik identitas menjadi good ketika dia menjadi ciri dari sebuah partai politik atau kelompok politik. Namun tidak membuat dirinya eksklusif dan tak mau mengenal yang lain, sebaliknya mereka telah mampu bersikap inklusif," kata Paloh di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Senin (25/7).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebaliknya, Paloh menentang politik identitas yang buruk. Dia mengatakan politik identitas yang buruk akan berujung pada politik kebencian.

"Politik identitas yang buruk atau yang tidak baik adalah kebalikan dari yang baik tadi. Mereka bersikap eksklusif dan tidak mau mengenal yang lain. Yang menjadi masalah adalah politik identitas yang buruk. Dia bukan hanya buruk tapi juga merusak," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Praktik politik semacam ini selain tidak mencerdaskan kehidupan bangsa, juga membuat kita lupa seolah manusia hanya memiliki satu identitas belaka. Kerusakan model ini pada gilirannya akan membawa politik identitas menjadi politik kebencian," lanjutnya.

Ketua DPR Puan Maharani berselfie bersama Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, dan Ketum NasDem Surya Paloh.Ketua DPR Puan Maharani berselfie bersama Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, dan Ketum NasDem Surya Paloh. (Dok Instgaram @puanmaharaniri)

Paloh mengatakan praktik politik identitas yang buruk dalam mengejar kemenangan pemilu pada akhirnya akan mempertaruhkan persatuan bangsa. Berdasarkan argumentasinya itu, Paloh lantas memandang lebih baik tak perlu ada pemilu kalau berujung pada perpecahan bangsa.

"Terlalu pendek akal kita, terlalu tinggi nafsu kita, jika untuk memenangkan pemilu, kita harus mempertaruhkan persatuan dan kesatuan bangsa. Bagi saya pribadi, lebih baik tidak perlu ada pemilu kalau memang konsekuensi pemilu itu berujung pada perpecahan bangsa," katanya.

NasDem Tegaskan Surya Paloh Hanya Refleksi

NasDem memberikan penjelasan terkait pernyataan Surya Paloh yang bilang lebih baik tak usah pemilu jika berujung perpecahan. Waketum NasDem Ahmad Ali mengatakan pernyataan Surya Paloh itu didasari keresahan karena masih adanya polarisasi.

"Itu kan rangkaian pidato dia dan kemudian dia menceritakan perjalanan bangsa kemudian mekanisme pemilihan kepala daerah yang dilakukan 5 tahun sekali. Kemudian di akhir-akhir kita melihat polarisasi pasca pemilu itu kan begitu kencang kan, kemudian mengancam perpecahan," kata Ali kepada wartawan, Selasa (26/7).

"Kalau kemudian akibat pemilu itu membuat bangsa ini pecah, bercerai berai. Lebih baik nggak usah pemilu, supaya nggak jadi itu maka pemilu ini kita harus kedepankan bukan hanya kepentingan diri kita, tapi kepentingan untuk memperkecil terjadinya perpecahan itu," lanjut Ali.

Ali menegaskan apa yang disampaikan Surya Paloh bukan ide untuk menghilangkan pemilu. Dia menekankan hal itu refleksi Surya Paloh meminimalisir perpecahan.

"Bukan satu ide, jadi pernyataan Pak Surya itu bukan berarti punya ide untuk meniadakan pemilu, tapi artinya pesannya itu kita ingin pemilu ini mempersatukan," ujarnya.

Simak selengkapnya, di halaman selanjutnya:

Lihat Video: Polemik Usul Surya Paloh Tak Usah Pemilu Kalau Berujung Perpecahan

[Gambas:Video 20detik]




PDIP: Jangan Ragukan Kedewasaan Rakyat

PDIP mengingatkan kedewasaan masyarakat Indonesia tak perlu diragukan menyangkut pernyataan Surya Paloh tersebut. Menurut PDIP, masyarakat memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan bangsa.

"Ketika para pendiri bangsa memilih sistem politik berdasarkan demokrasi Pancasila dan negara Indonesia sebagai negara kesatuan yang berbentuk republik, maka dalam konsepsi itu, demokrasi dipilih karena kemampuannya di dalam menyelesaikan konflik," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto kepada wartawan, Selasa (26/7).

"Demokrasi menyediakan mekanisme kelembagaan untuk pengambilan keputusan sebagai bagian dari resolusi konflik yang mengedepankan musyawarah. Dengan demikian, partai politik justru berperan penting dan memiliki tanggung jawab lebih di dalam memastikan agar pemilu berjalan aman, tertib, damai, jujur dan adil," imbuhnya.

Menurut Hasto, pemegang kedaulatan tertinggi di Indonesia adalah masyarakat itu sendiri. Karena itu, bila muncul permasalahan bersama, masyarakat dapat menilai secara bersama untuk diselesaikan.

PDIP, menurut Hasto, percaya pada mekanisme demokrasi tersebut dan percaya bahwa masyarakat Indonesia betul-betul menjunjung tinggi gotong royong dan semangat persatuan, sehingga kedewasaan masyarakat tak perlu diragukan.

"Jadi jangan pernah ragukan kedewasaan rakyat. Persoalan justru sering muncul di elite," imbuhnya.

Elite NasDem Balas Hasto

Politikus senior NasDem Bestari Barus membalas pernyataan Hasto Kristiyanto yang mengingatkan Surya Paloh soal pemilu. Bestari menyebut Hasto tidak bisa memaknai secara utuh pernyataan Surya Paloh.

"Apa yang disampaikan Bang SP itu hanya mampu dimaknai oleh yang nalarnya mencukupi, dan sepertinya Hasto kurang mampu memaknainya secara positif," kata Barus kepada wartawan, Rabu (27/7).

Bestari kemudian mengungkit pernyataan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri soal tukang bakso. Dia menyebut yang dewasa pasti tahu Megawati tidak bermaksud merendahkan.

"Sama halnya ketika Bu Mega mengatakan, 'Jangan cari kayak tukang bakso'. Sepintas orang menganggap itu seperti merendahkan profesi tukang bakso, walaupun tukang bakso nggak pernah tuh mengawali ngomongin Bu Mega. Bahkan ada meme yang viral tukang bakso juga nggak mau jadi mantu," katanya.

"Tukang bakso juga cukup dewasa kok dalam memaknai apa-apa yang disampaikan oleh para elite politik negeri ini," imbuh Bestari.

Partai Sombong

Sementara perihal partai sombong pernah disampaikan Surya Paloh saat penutupan Rakernas NasDem 2022 di JCC, Jakarta. Surya Paloh menegaskan NasDem tak pernah merasa paling baik.

"Jadi buang itu praktik kesombongan, merasa hebat sendiri, merasa paling mantap sendiri, itu bukan NasDem. Ada urusan apa? NasDem masih banyak stok senyumnya. NasDem harus terbiasa dengan humor, dengan canda, dan tertawa berpolitik dengan sukaria, itu jauh lebih baik," kata Surya Paloh saat berpidato di acara penutupan Rakernas NasDem di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, pada Jumat (17/6).

"Apa yang mau kita tiru dari semangat berpikir seperti itu, dengan modal kesombongan seakan-akan yang paling benar paling kuat paling berkuasa, tidak ada itu artinya bagi NasDem," imbuhnya.

Simak selengkapnya, di halaman selanjutnya:

Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, dalam acara partainya, kemudian menyinggung soal partai politik sombong. Megawati berbicara dalam forum Rakernas PDIP. Dia menyatakan tak pernah menjelek-jelekkan partai politik mana pun.

"Jadi otak saya sama beliau (Bung Karno), ya kurangan sedikit saya, nggak berani saya samakan. Tapi kan doktor honoris causa saya, beliau kalau nggak salah 26 ya, saya udah 9. Ini udah tunggu karena pandemi ini 5 lagi lo. Jadi, ya, udah 13 ditambah profesor saya dua. Saya sampe mikir 'bisa tiga apa nggak ya'," kata Megawati dalam sambutannya di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (21/6).

Megawati sempat membicarakan gelar yang disandangnya. Ini, kata Megawati, bukan sebuah kesombongan. Dia mengaku hanya ingin membuktikan bahwa perempuan bisa juga meraih gelar. Barulah kemudian dia menyinggung soal parpol sombong.

"Kenapa? Karena saya buktikan, bukan untuk sombong. Ada orang mengatakan nanti, 'Ibu Mega sombong banget ya', karena ada juga yang mengatakan, 'Ada sebuah partai sombong sekali'. Lah piye, kok dibilang sombong, emangnya kenapa," kata Megawati.

"Itu media jangan diurik-urik lo, tolong omong bener, yang bener. Saya tidak pernah lo, tidak pernah menjelekkan partai mana pun. Tidak pernah menjelekkan ketua apa pun. Saya berjalan sendiri membentuk partai saya yang saya hormati dan sayangi yang bernama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Jangan, jangan, negeri ini harus dibangun dengan bersatu," imbuhnya.

Paloh Tak Sasar PDIP

NasDem merespons Megawati. Ketua DPW NasDem Saan Mustofa menyebut pernyataan Surya Paloh soal partai sombong bukan untuk PDIP.

"Nggak ada, nggak ada, semua statement Pak Surya tidak ada yang ditujukan ke partai lain, karena kita juga sangat menghargai internal partai lain. Nggak ada misalnya kita menunjukkan ke salah satu partai, nggak ada," kata Saan kepada wartawan di gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (21/6).

Paloh Siap Komunikasi ke Megawati

Surya Paloh kemudian meluruskan isu tentang merenggangnya hubungan antara dirinya dan Megawati Soekarnoputri seusai heboh 'partai sombong'. Surya Paloh menegaskan siap berkomunikasi dengan Megawati.

Surya Paloh menceritakan hal ini dalam program 'The Politician' di CNN Indonesia TV seperti dikutip pada Selasa (5/7). Surya Paloh ditanyai pembawa acara soal komunikasi dengan Megawati yang terlihat belum terjalin.

"Karena ini pertanyaan saya pikir selalu ditanyakan kepada saya. Saya sih siap aja berkomunikasi apa aja. Tapi yang harus Anda tanyakan pada Mbak Mega, Mbak Mega mau berkomunikasi apa nggak, Mbak Mega suka berkomunikasi apa nggak, Mbak Mega merasa ada miskomunikasi atau nggak?" kata Surya Paloh yang merasa pertanyaan ini tidak adil karena selalu ditanyakan kepadanya.

Halaman 2 dari 3
(rfs/rfs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads