Sistem buka tutup jalan sempat diterapkan di simpang Jalan Kemukus di Kawasan Kota Tua Jakarta pada 2021 saat penerapan kawasan rendah emisi atau low emissions zone (LEZ). Kini Jl Ketumbar dan Jl Lada ditutup permanen bagi kendaraan dengan mengubahnya menjadi jalur pedestrian.
Salah satu warga, Iwan (62), mengatakan kemacetan di jalan tersebut tidak separah saat buka tutup jalan diterapkan pada 2021.
"Tetap ah lebih parah dulu, kalau ini sekarang ini kadang-kadang, kadang-kadang 1 jam bisa lancar gitu nggak terus macet nggak terus-terusan macet. Kalau dulu mah terus-terusan karena jalannya masih sempit, buka tutup juga, ini sempit lagi perbaikan kan," kata Iwan saat ditemui di Jl Kemukus, Jakarta Barat, Selasa (26/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Iwan mengatakan kemacetan yang terjadi sekarang terbilang normal. Menurutnya, kemacetan di Jl Kemukus terjadi lantaran pengerjaan proyek di depan Stasiun Jakarta Kota belum rampung.
"Segini mah wajar, ini kendalanya karena di depan itu ada proyek itu kan, kalau memang udah kelar mah udah, kalau udah normal udah kelar jalannya nggak bakalan macet," ujarnya.
Menurut Iwan, pengendara masih bisa berjalan meski jalanan di Jl Kemukus padat. Dia mengatakan pengendara terkadang tidak bisa berjalan dan harus berhenti di kemacetan saat buka tutup jalan tahun lalu.
"Walaupun macet tetap masih bisa berjalan jadi macet jalan merayaplah bisa tuh dikit-dikit, kalau dulu kan kadang-kadang diam gitu," ucapnya.
Selain itu, dia mengatakan Jl Ketumbar dan Jl Lada yang diubah menjadi jalur pedestrian membuat sejumlah pedagang kaki lima harus berpindah lokasi jualan. Dia berharap pemerintah memberikan ruang bagi pedagang agar tetap bisa berjualan di kawasan jalanan dekat wisata Kota Tua tersebut.
"Itu udah diubah begitu teman-teman saya pedagang nggak boleh jualan di situ, teman saya tuh banyak korban berapa puluh yang nggak boleh jualan di situ," tutur Iwan.
"Kalau saya harapan saya sih sebenarnya sekarang walaupun itu udah diubah ya mungkin pengunjung nantinya lebih banyak ya, ya apa salahnya pedagang-pedagang ya disuruh ditata lah di pinggir yang penting asal jangan ke tengah gitu ya ditata di kasih ruang," imbuhnya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Berbeda dengan Iwan, warga lainnya bernama Ahmadi (58) mengatakan Jl Kemukus jauh lebih macet dibanding penerapan buka tutup jalan tahun lalu. Namun, sama seperti Iwan, menurut Ahmadi, kemacetan Jl Kemukus sekarang disebabkan pengerjaan proyek di depan stasiun yang belum selesai.
"Ya kalau sekarang-sekarang ini parah sekarang daripada dulu, ya itu alternatif di stasiun belum kelar pekerjaannya. Masih lancaran yang dulu, ya itu kalau udah numpuk kendaraan udah banyak jadi jalan gitu, kalau sekarang kan jalan satu pun masih banyak perbaikan jalan di situ kendalanya," kata Ahmadi.
"Memang kalau lagi cepet ya cepet kadang-kadang sehari kadang-kadang sampai malem, kadang-kadang jam 1 aja masih macet masalahnya saya setiap hari di sini," sambungnya.
![]() |
Ahmadi berharap pengerjaan proyek itu segera rampung. Dia mengaku pening harus melihat kemacetan setiap hari.
"Ya harapannya gitu cepet-cepet selesai jadi nggak ada kendala lagi, pusing lihatnya, yang nggak naik mobil aja pusing lihatnya," ucap dia.
Lebih lanjut, dia mengaku setuju dengan perubahan Jl Ketumbar dan Jl Lada menjadi jalur pedestrian. Menurutnya, jalanan itu menjadi lebih menarik bagi pengunjung saat berwisata di kawasan Kota Tua.
"Setuju kalau buat wisata dari mana-mana gitu, kan buat pemasukan orang-orang sini juga, ya lebih kayak gini, jalannya lebih bagus ada tempat pariwisata ada gitu tempat-tempat hiburan ada," ujarnya.