5 Fakta Bocah Tasikmalaya Dipaksa Cabuli Kucing, Depresi, Meninggal

5 Fakta Bocah Tasikmalaya Dipaksa Cabuli Kucing, Depresi, Meninggal

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 21 Jul 2022 16:53 WIB
Seorang bocah di Tasikmalaya, Jawa Barat meninggal dunia akibat depresi setelah di-bully oleh teman-temannya. Bocah SD tersebut diketahui berusia 11 tahun.
Makam bocah Tasikmalaya yang depresi akibat dibully (Foto: Deden Rahadian)
Jakarta - Peringatan (trigger warning): Artikel ini mengandung konten eksplisit tentang perundungan ekstrem yang dapat memicu kondisi emosi dan mental pembaca. Kami menyarankan Anda tidak meneruskan membacanya jika mengalami kecemasan dan meminta bantuan profesional.

Seorang bocah di Tasikmalaya, Jawa Barat meninggal dunia akibat depresi setelah dirundung (di-bully) oleh teman-temannya. Bocah tersebut diketahui berusia 11 tahun.

Ia diketahui depresi lantaran dipaksa menyetubuhi kucing oleh sejumlah orang. Berikut informasi selengkapnya.

Bocah Tasikmalaya Meninggal, Apa Penyebabnya?

Bocah korban bully itu adalah anak laki-laki kelas 6 SD di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia depresi dan meninggal dunia setelah mendapatkan perundungan dari teman-teman sebayanya.

Dilansir detikJabar, Ketua KPAI Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto mengungkapkan, kejadian perundungan itu diketahui melalui rekaman video yang beredar di media sosial. Video itu menunjukkan korban dipaksa menyetubuhi kucing oleh sejumlah orang.

"Jadi ananda ini usianya 11 tahun kelas enam SD dia mengalami dugaan perundungan, sampai murung. depresi akhirnya meninggal dunia. Bentuk perundungannya adegan tak senonoh. Korban dipaksa dan diancam teman sepermainanya," kata Ketua KPAI Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto, dikutip detikcom, Kamis (21/7/2022).

Seorang bocah di Tasikmalaya, Jawa Barat meninggal dunia akibat depresi setelah di-bully oleh teman-temannya. Bocah SD tersebut diketahui berusia 11 tahun.Bocah di Tasikmalaya, Jawa Barat meninggal dunia akibat depresi setelah di-bully oleh teman-temannya. (Foto: detikcom/Thinkstock)

Pelaku Diduga Berjumlah 4 Orang

Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) mengidentifikasi pelaku pembullyan terhadap bocah SD di Tasikmalaya. Pelaku diduga berjumlah empat orang.

"Pelaku terduganya empat orang," ujar Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto, Kamis (21/7/2022).

"KPAID akan dampingi keluarga terduga pelaku juga karena ini penting. Jangan sampai setelah viral rame pelaku juga jadi drop," kata Ato.

KPAID akan mendampingi terduga pelaku. Langkah ini untuk mengantisipasi agar para terduga pelaku tidak jadi korban bully lagi setelah kejadian ini.

"Yang kami khawatirkan para pelaku jadi korban bully juga karena kejadian ini. Mereka kan anak-anak juga yang mungkin juga korban karena perkembangan medsos atau lainnya. Makanya kami akan dampingi," ucap Ato.

Meskipun demikian, kasus hukum peristiwa ini akan terus berlanjut. Rencananya, KPAID akan melaporkan dugaan perundungan tersebut ke kepolisian.

"Kalau pelaporan kepolisi akan kami proses. Tapi yang jelas pendampingan pelaku juga harus tetap dilakukan agar mereka tidak terganggu dengan pelaporan kami. Jika proses hukum di Polres Tasikmalaya akan tenang tidak terganggu," terang Ato.

Orang Tua Ungkap Kondisi Bocah SD di Tasikmalaya Sebelum Meninggal

kedua orang tua korban, Ad (41) dan Ti (39), menceritakan pengalaman pahit yang diderita anak lelakinya. Ibu korban, Ti, mengaku anaknya sakit keras sepekan sebelum meninggal.

Korban mengeluh sakit tenggorokan sehingga enggan makan dan minum. Ti juga mengatakan anaknya sempat muntah dan kejang-kejang sebelum meninggal dunia. Secara psikis, korban murung dan sering melamun.

Hingga akhirnya, nyawa anak laki-laki tersebut tidak tertolong pasca dibawa ke rumah sakit umum daerah setempat. Ia meninggal dunia pada Minggu (17/7/2022).

Ti mengatakan jika perwakilan keluarga pelaku sudah meminta maaf. Ia juga sudah ikhlas akan kepergian anaknya.

"Kami mah sudah ikhlas Pak menerima takdir ini. Berharap jangan ada lagi kejadian yang sama. Kalau keluarga (terduga pelaku) itu ada datang tapi perwakilannya, RT-nya saja," kata Ti.

Diagnosis Dokter Soal Bocah SD di Tasikmalaya Meninggal

Dokter Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tasikmalaya, Jawa Barat, mengungkap penyebab kematian bocah yang di-bully dan dipaksa mencabuli kucing. Dokter menyebut bocah SD itu didiagnosis mengalami peradangan otak.

Saat dibawa ke rumah sakit sebelum meninggal, bocah itu mengalami kondisi penurunan kesadaran sehari sebelumnya. Bocah tersebut diketahui tidak mau makan dan minum serta mengalami demam.

"Masuk ke RSUD SMC pada Sabtu malam sudah tidak sadarkan diri. Kata keluarga juga sehari sebelumnya atau pas di rumahnya juga sudah tidak sadarkan diri. Dibawa ke kami dia sudah demam selama semingguan," ucap Kabid Pelayanan Kesehatan RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya dr Adi Widodo, dilansir detikJabar, Kamis (21/7/2022).

Pihak RSUD SMC mendiagnosis penyebab kematian korban adalah suspect typhoid dan ensefalopati atau peradangan otak akibat komplikasi tifus serta suspect episode depresi atau gangguan kejiwaan yang bisa diakibatkan karena komplikasi demam tifus. Berdasarkan pengakuan keluarga kepada rumah sakit, bocah tersebut jadi korban perundungan teman sebayanya.

"Diagnosis kematian almarhum akibat suspect typhoid dan ensefalopati atau peradangan otak akibat komplikasi tifus. Serta ada suspect episode depresi atau gangguan kejiwaan yang bisa diakibatkan karena komplikasi tifusnya. Faktor internalnya bisa karena komplikasi demam," tambah Adi.

LPA Jabar Pantau Langsung Kasus Bocah SD Tasikmalaya Meninggal

Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Barat (Jabar) langsung bergerak untuk memantau kasus bullying atau perundungan terhadap bocah di Tasikmalaya. Korban depresi hingga meninggal dunia.

"Kami berkoordinasi dengan berbagai pihak, dari teman-teman di Kabupaten Tasikmalaya sedang terjun langsung ke lapangan. Koordinasi juga dengan polres," kata Manager Program LPA Jabar Diana Wati, Kamis (21/7/2022).

Simak Video 'Pelaku Perundungan Bocah di Tasikmalaya Diduga 4 Orang':

[Gambas:Video 20detik]



(kny/imk)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads