Sekjen Gerindra Singgung Pemimpin Dibesarkan Partai tapi Malah Bersaing

Sekjen Gerindra Singgung Pemimpin Dibesarkan Partai tapi Malah Bersaing

Matius Alfons - detikNews
Minggu, 26 Jun 2022 18:19 WIB
Sekjen Gerindra Ahmad Muzani saat ditemui di gedung ACLC KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (20/6/2022).
Sekjen Gerindra Ahmad Muzani (Hanafi/detikcom)
Jakarta -

Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani berbicara soal adab politik yang kian dijauhi oleh para politikus di Indonesia. Muzani mengatakan adab politik Indonesia saat ini jarang sekali para pemimpin menyampaikan terima kasih kepada orang-orang yang telah membesarkannya, apalagi berterima kasih kepada partai yang telah mengangkat nama harumnya.

Pernyataan itu disampaikan Muzani saat menghadiri acara wisuda Pondok Pesantren Riyadhussalam pimpinan KH Abdul Wahid, Mandalawangi, Pandeglang, Banten. Pada kesempatan itu, Muzani sempat mengingatkan soal adab mengucapkan terima kasih kepada para wisudawan. Dia pun berpesan agar para santri tak melupakan dan mengkhianati orang-orang yang membesarkan mereka.

"Hormatilah para gurumu, kiaimu, para ustaz yang telah mengajarmu memberikan ilmu-ilmu kehidupan yang berguna bagimu dan agama. Jangan sekali kali kalian lupa, apalagi mengkhianati orang-orang yang telah membesarkanmu. Saya rasa ini penting untuk terus ditekankan," kata Muzani dalam keterangan tertulis, Minggu (26/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muzani menyinggung keadaan perpolitikan praktis hari ini yang dianggapnya jarang menerapkan ucapan terima kasih. Muzani menyebut ada orang yang dibesarkan partai politik (parpol) tetapi justru bersaing dengan parpol yang membesarkannya.

"Di Indonesia, jarang sekali politik kita yang menunjukkan berterima kasih terhadap orang yang telah membesarkannya. Dalam tradisi politik kita, terima kasih adalah suatu yang langka, jarang dijumpai sepertinya ini menjadi suatu hal yang mahal. Orang yang dibesarkan partai, justru bersaing dengan partai yang membesarkannya, bersaing demi jabatan-jabatan. Adab politik kita telah dijauhi oleh pelaku politik kita," ucap Muzani.

ADVERTISEMENT

Muzani menekankan fenomena ini nyata ada di Indonesia. Dia merasa adab berterima kasih sudah mulai hilang di tengah masyarakat.

"Ini sesuatu hal yang nyata. Maka pemimpin-pemimpin kita harus kembali kepada adab seperti yang diajarkan oleh orang tua kita, para pemimpin terdahulu kita. Hormat menghormati dan saling menghargai adalah sesuatu hal yang telah diajarkan puluhan bahkan ratusan tahun dalam tradisi kita. Tapi akhlak atau adab berterima kasih untuk tahu siapa yang memberi jasa saat ini sudah mulai hilang," ujar Muzani.

"Adab dan akhlak berterima kasih merupakan cara untuk kita mencari keberkahan demi kebaikan membangun bangsa dan negara. Kita ingin para guru kita, orang tua kita, dan orang-orang yang telah membesarkan kita merasa bangga atas prestasi yang telah kita raih. Maka penting untuk kita berterima kasih kepada orang-orang yang telah membesarkan kita, karena itu adalah untuk kita bisa meraih kebaikan bersama," lanjutnya.

Karena itulah, Muzani berharap agar ponpes Riyadhussalam bisa menciptakan calon pemimpin yang bisa menjaga tradisi berterima kasih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Jika akhlak sudah tidak ada lagi dalam kehidupan kita, maka tidak ada lagi rasa saling menghormati dan berterima kasih kepada orang-orang yang telah membesarkan kita. Karena dari sinilah muncul calon pemimpin-pemimpin bangsa di masa depan. Jika kalian jadi orang jangan pernah berkhianat kepada bangsa, rakyat, guru, kepada kiai-kiai yang telah membesarkan kalian," sebut Muzani.

Simak Video: Ancang-ancang Partai Politik Menuju 2024

[Gambas:Video 20detik]



(fca/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads