Belum Ada Upaya Hentikan Semburan Lumpur Gas
Kamis, 08 Jun 2006 19:18 WIB
Sidoarjo - Upaya mengatasi luapan lumpur gas di Desa Siring, Kecamatan Porong, Sidoarjo hingga Kamis (8/6/2006) ternyata belum ada tanda-tanda konkret. Kemungkinan besar tim yang akan melibatkan tim dari pusat itu akan kesulitan menjangkau titik lubang semburan yang terletak di tengah area persawahan tersebut.Pantauan detikcom, ketinggian lumpur yang menggenangi persawahan mlik warga Siring itu mencapai 1,5-2 meter. Hingga sore, masih terlihat jelas semburan lumpur meski tidak terlalu tinggi dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 3 meter.Langkah penanganan yang terlihat hanyalah upaya untuk melokalisir rambahan lumpur, sehingga tidak akan masuk ke pemukiman penduduk dan jalan tol Surabaya-Gempol. Selebihnya tidak ada.Bahkan lokasi proyek pengeboran PT Lapindo Brantas Inc sendiri juga diterjang lumpur. Meski alat rig (tower pengeboran) sudah dievakuasi, namun masih terlihat sejumlah barang-barang yang tersisa bercampur dengan lumpur. Lapindo juga sudah menghentikan operasinya.Kesibukan paling terlihat di sepanjang tol KM 38. Di tempat itu, ada dua alat berat yang terus menerus meninggikan tanggul pasir batu. Kendaraan tangki juga hilir mudik menyedot rembesan air yang mendekati bahu jalan.Meskipun kejadian ini bersifat luar biasa, di setiap sudut yang tergenangi air tetap dipenuhi warga yang penasaran ingin menyaksikan. Tidak ada petugas yang menjaga. "Ya begitu-itu. Usai memasang tanggul, terus para pekerja Lapindo tidak ada semua. Tidak tahu ada di mana," kata seorang warga yang rumahnya di Desa Siring.Suasana tegang justru terlihat di Desa Jatirejo, desa yang bertetangga dengan Desa Siring. Warga, khususnya kalangan pemuda, banyak yang berjaga-jaga di sekitar sungai yang berada di tepi desanya.Sebab, kondisi sungai yang menuju ke laut itu sudah membahayakan. Luapan air dan lumpur sudah pada puncak bibir tanggul yang dibangun untuk membentengi luapan lumpur. "Lapindo hanya omong kosong. Katanya aliran lumpur dibuang ke Sungai Kalimati. Tapi nyatanya mana, justru larinya ke sini semua," tegas Paiman, seorang pemuda desa setempat dengan bersungut-sungut.Dengan kondisi itu, kini warga Jatirejo hanya tinggal menunggu hari untuk menjadi korban luapan lumpur yang baunya menyengat tersebut. "Kita ini jadi korban. Tidak ikut menikmati hasilnya tapi menanggung akibatnya," kata pemuda lainnya.Di Jatirejo sendiri, terlihat dibangun tenda untuk dijadikan posko aparat keamanan. Namun terlihat di dalamnya kosong melompong. Hanya deretan kursi yang terlihat. Sedangkan sejumlah warga yang khawatir kampungnya akan banjir lumpur, sudah mengungsi ke rumah sanak saudaranya. "warga takut semua. Selain takut banjir lumpur, baunya itu yang tidak dikuati warga," terang Paiman.
(asy/)