Banyak anak yang tewas akibat nekat bikin konten untuk media sosial dengan memberhentikan mobil truk menjadi fenomena baru di beberapa daerah belakangan ini. Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) menyebut fenomena ini terjadi karena pola salah asuh anak dari orang tua atau keluarga sendiri sebagai orang pertama.
Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait mengatakan jika dari rumah sudah baik, ke luar juga baik. Menurutnya, pendidikan dari orang tua kalau sudah baik, keluar itu baik.
"Itu artinya apa, situasi anak dalam kondisi apapun itu tanggung jawab orang tua. Keluarga garda terdepan melindungi anak-anak. Kalau ingin menabrakkan diri demi konten, itu harus menjadi tanggung jawab orang tua. Penegakan hukum enggak bisa," katanya kepada wartawan di PN Tangerang, Selasa (7/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia berharap orang tua seharusnya jadi garda terdepan untuk menghentikan ini tidak bisa yang lain sekalipun orang komnas itu sendiri, itu tidak bisa. Menurutnya, peran dari keluarga itu cukup dan pola pengasuhannya harus jelas.
"Oleh karena itu kembali lagi ke keluarga. Tindakan menabrakkan diri itu tidak bisa diterima akal sehat, saya tidak hanya ingin menyalahkan orang tua. Tetapi memang itu pola pengasuhan yang sekarang itu sudah salah, orang tua tidak menjadi teladan untuk anaknya. Kalau jadi teladan pasti dia tidak mau menabrak ke truk yang melaju begitu deras," tambahnya.
Arist mengungkapkan selama ini pihaknya sudah memiliki program untuk pencegahan tindakan menyimpang yang dilakukan seorang anak. Namun program tersebut sempat terhenti karena merebaknya pandemi COVID-19 di Indonesia.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Ia menuturkan, sebelum pandemi COVID-19, Komnas PA melakukan road show. Bahkan hingga dilakukan ke pondok pesantren karena disinyalir di sana tidak stelir soal kekerasan.
"Tapi COVID-19, tidak bisa tatap muka. Padahal untuk anak-anak memberi info harus tatap muka, bukan daring. Nah mulai satu bulan lalu kita sudah membangun gerakan perlindungan anak berbasis sekolah dan kampung. Kampung itu juga diorganisir supaya peduli dan isu anak juga harus jadi common issue atau isu bersama," ungkapnya.
Menurutnya, momen saat ini yang sudah bisa tatap muka jangan hanya konsentrasi kepada pemberian vaksin. Tetapi demi kesehatan anak diseimbangkan dengan merumuskan formula-formula atau format-format untuk dapat menemukan pola pendidikan yang tepat.
Sementara itu, untuk para orang tua, Arist menyarankan agar menciptakan rumah menjadi ramah terhadap anak. Selain itu, peran masyarakat membuat perlindungan anak berbasis keluarga dan kampung agar menjaga anak-anaknya yang ada di kampungnya.
"Isu anak-anak harus menjadi isu bersama artinya keterlibatan kita jangan sampai kita, masyarakat ikut membiarkan pelanggaran terhadap anak hanya karena tidak mau dituduh intervensi kepada keluarga. Saya ingin mengajak masyarakat untuk mengubah pola pendidikan yang otoriter dari nenek moyang kita jadi dialogis dan partisipatif," pungkasnya.