Komunitas Aku Badut Indonesia (ABI) mungkin sudah tak asing lagi bagi sebagian orang. Kerap muncul di televisi, para anggota ABI tampil dengan riasan bedak tebal, pakaian mencolok, dan fasih memperagakan ekspresi lucu. Lewat aksinya, para seniman badut ini menghibur banyak orang, terutama anak-anak.
Dedy 'Delon' Rachmanto merupakan salah satu dari lima pendiri ABI. Ia telah jatuh cinta pada pertunjukan badut di usia 10 tahun. Semua dimulai saat ia menonton sebuah pertunjukan sirkus, dan di sanalah ia melihat sosok badut yang membuatnya tertawa terbahak-bahak. Mulai saat itu, tumbuh minat Dedy untuk mempelajari atraksi badut.
Namun, cita-cita Dedy terhalang restu orang tua. Keduanya menyayangkan pilihan Dedy untuk serius menjalani profesi badut. Orang tuanya melihat, masa depan Dedy tidak akan terang dengan pilihan karir itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terutama bapak ya, bapak tuh paling tidak suka. 'Ngapain jadi badut?' Dulu tahun 1980-an lihat badut itu terhina banget. Memang sampai sekarang pun masih memiliki paradigma negatif," kenang Dedy saat ditemui tim detikcom untuk program Sosok (5/6/2022).
Kekhawatiran tersebut juga menyebabkan Dedy tak diperbolehkan melanjutkan studi di Institut Kesenian Jakarta. Akhirnya, ia pun terpaksa mengubur mimpinya dengan berkuliah di jurusan Perhotelan Universitas Sahid Jakarta.
Lepas dari bangku kuliah, Dedy bekerja sebagai room boy satu tahun lamanya. Namun, jiwanya memberontak. Hatinya tak pernah tenang selama bekerja di sana.
Baginya, dunia yang ia dambakan ada di luar sana, di mana ia bisa menghibur anak-anak dengan aksi kocaknya sebagai badut.
"Kerja di hotel, stresnya luar biasa. Setahun saya keluar dan keluarnya juga tidak resmi. Saya memakai seragam, saya bicara sama HRD, 'Saya ingin keluar,' 'Ingin keluar ke mana?' 'Ya keluar,' saya bilang. Udah saya keluar saja, tidak minta surat pengalaman, ya keluar saja. Saya ingin menjadi badut," terang Dedy.
Meski banyak rintangan, Dedy tetap menjalani profesinya sebagai badut dengan sepenuh hati. Bagi Dedy, tak ada yang bisa menggantikan rasa senang saat membuat anak-anak yang dihiburnya tertawa dan kembali ceria.
saksikan kelanjutan kisah Dedy Delon di halaman berikutnya.
Ada masa dimana Dedy gelisah karena memikirkan anak-anak tidak mampu kesulitan mengakses hiburan badut. Dari situ, Dedy dan kawan-kawan seprofesinya mendirikan ABI di tahun 2018 untuk menghibur anak-anak kanker, yatim piatu, serta korban bencana alam sebagai bentuk aksi sosial.
"Di situ saya lihat bagaimana ya kalau anak yatim-piatu itu, mimpi mereka saya wujudkan. Dia makan saja sulit, mau sekolah sulit. Kalau dia dirayakan ulang tahun ada kebahagiaan tersendiri, ada kenangan tersendiri. Kenapa tidak? Saya pikir gitu," jelas Dedy.
Misi sosial menghibur anak-anak telah membawa Dedy dan ABI menjelajahi berbagai wilayah di Indonesia.
"Saya sudah ke Lombok, ke Lumajang, hampir semua bencana saya datang. Ada biaya dibantu donasi ada yang sendiri. Kalau di Jakarta seperti kebakaran, banjir, hampir semua. Kena Covid, batal semuanya," kata Dedy.
Pandemi COVID-19 juga berdampak pada penghasilan Dedy dan para badut di bawah naungan ABI. Dedy pun harus menjual beberapa aset rumah tangganya demi menutup biaya kebutuhan sehari-hari.
"Saya punya usaha online. Saya sudah jual kulkas online, tv online, hahaha. Saya sudah banyak jualan di media sosial, pakaian saya, sepatu badut saya yang sekiranya saya jual untuk nutup. Karena makan setiap hari, job tidak tiap hari," kelakar Dedy.
Meski demikian, ini bukan pertanda bahwa Dedy dan ABI telah menyerah. Dedy masih begitu rindu untuk menyebarkan keceriaan pada anak-anak lewat atraksinya sebagai badut.
Ia berharap, setelah pandemi berlalu, perlahan-lahan ABI akan bangkit kembali dan mengembalikan senyum anak-anak yang membutuhkan.
(nad/vys)