Gandi Alfian kabur dari pernikahan dengan mempelai wanitanya, Ranting Delima, di Magetan, Jawa Timur. Apa yang bisa dilakukan mempelai wanita?
"Pihak perempuan dapat mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum. Perbuatan Gandi yang meninggalkan Ranting sesaat setelah akad membuat Ranti merasa malu," kata praktisi hukum Abdul Hamim Jauzie saat berbincang dengan detikcom, Jumat (13/5/2022).
Menurut Hamim, perbuatan Gandi termasuk perbuatan melawan hukum sebagaimana ketentuan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal itu menjelaskan bahwa pihak yang dirugikan oleh pihak lain berhak menuntut ganti rugi.
"Bisa mengajukan gugatan ke pengadilan negeri setempat," ujar Hamim, yang sehari-hari sebagai advokat.
Dari kasus yang terungkap di media, Hamim menilai peristiwa itu termasuk akad nikah dilakukan secara terpaksa. Pengakuan mempelai laki-laki bahwa ia merasa takut jika tidak datang saat akad nikah karena diancam akan dipolisikan. Merujuk pada ketentuan Pasal 71 Kompilasi Hukum Islam, perkawinan tersebut dapat dibatalkan.
"Pihak laki-laki atau pihak perempuan dapat mengajukan ke pengadilan agama. Jika dikabukan, pernikahan dianggap 'tidak pernah terjadi'. Berbeda dengan perceraian," ucap Hamim.
Selaku praktisi hukum, Hamim pernah menangani kasus serupa.
"Saya pernah mendampingi perempuan seperti Ranti. Hanya, karena bertahun-tahun tidak pernah ada informasi perihal keberadaan pihak laki-laki dan tidak diketahui alasan apa yang membuatnya pergi setelah akad nikah, maka kami memutuskan untuk menggugat perceraian," beber Hamim.
Seperti dilansir detikJatim, Gandi mengatakan ada beberapa hal yang membuatnya kabur saat pernikahan. Selain dibebani biaya resepsi, Gandi menduga Ranting selingkuh.
"Perselingkuhan (Ranting). Bukti masih saya kumpulkan buat tuntutan balik. Ada lagi (alasan kabur) karena orang tuanya dan Rantingnya nggak punya rasa sopan santun saat bicara," kata Gandi melalui pesan Facebook.
Simak video 'Pilu Wanita Magetan Menikah Tanpa Mempelai Pria':
