Jakarta -
Pengamat sosial Devie Rahmawati menilai Polri telah melakukan booster kebijakan dalam rangka memperlancar arus mudik dan balik Lebaran 2022. Devie mengatakan mudik tahun ini memang menjadi tantangan serius bagi kepolisian dalam mengatur kelancaran arus kendaraan.
"Jadi saya melihat kepolisian sudah booster kebijakan, melakukan keunggulan inovasi dan kepemimpinan persuasif. Sebenarnya nggak ada yang berubah dari perilaku masyarakat kita. Tapi memang yang menjadi tantangan adalah ini kan rangkaian dari perjalanan mudik 'balas dendam', itu yang kemudian membedakan dari mudik-mudik sebelumnya," kata Devie kepada wartawan, Minggu (8/5/2022).
Devie menggunakan istilah mudik 'balas dendam' karena dua periode mudik sebelumnya, yakni 2020 dan 2021, masih diberlakukan syarat-syarat ketat terkait pandemi Covid-19. Namun tahun ini syarat-syarat tersebut dilonggarkan oleh Pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah ketika berbicara 'balas dendam', maka tadi muncul perilaku sosial yang sama bahwa mereka ingin betul-betul memastikan bahwa setiap detik, setiap menit yang ada itu menjadi sangat berharga dengan keluarga di kampung halaman," ujar dia.
"Nah ketika semua berperilaku demikian inilah kemudian menimbulkan beberapa tantangan bagi aparat ketika harus berhadapan dengan masyarakat di lapangan," imbuh Devie.
Foto: Kebijakan lalu lintas satu arah atau one way dari Km 47 Tol Jakarta-Cikampek ke Km 3+500 Tol Halim sejak pagi terpantau ramai lancar. (Agung Pambudhy/detikcom) |
Keunggulan Inovasi
Devie melihat kegiatan mudik 2022 sukses dilakukan, baik oleh masyarakat sebagai pelaku perjalanan, pemerintah sebagai pegambil kebijakan di tingkat strategis, maupun aparat keamanan sebagai pengambil kebijakan di lapangan. Dalam analisisnya, dosen Universitas Indonesia ini menggunakan istilah 3K.
"Yang pertama ada keunggulan inovasi. Banyak sekali alternatif kebijakan di jalan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Misalnya sederhana, soal one way. One way seperti mudik tahun ini sebelumnya belum pernah diterapkan secara utuh di mudik-mudik sebelumnya," jelas Devie.
"Polisi hadir secara offline dan online. Artinya apa? Secara offline yaitu secara fisik hadir di lapangan. Tapi ada yang lupa, sekarang dengan kehadirannya teknologi yang cukup kuat polisi 24 jam secara online dengan memberikan informasi secara cepat dan interaktif menanggapi pertanyaan, keluhan masyarakat," sambung dia.
Menurut Devie, polisi secara online telah berupaya mengelola kebingungan dan keresahan masyarakat terkait rekayasa lalu lintas yang dibuat sedemikian rupa untuk mengurangi risiko fatal macet saat mudik.
"Mereka juga menanggapi masyarakat yang kemudian stress, pusing, bertanya 'Ini gue harus kemana?'. Belum ngomel-ngomel. Itu secara real time juga dikelola oleh kepolisian. Itu keunggulan inovasinya yang berbeda," tutur Devie.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Kepemimpinan Persuasif
Devie kemudian menerangkan soal Kepemimpinan Persuasif, yang dilihatnya dilakoni aparat kepolisian saat menghadapi beragam perilaku serta sikap para pemudik. Dia mencontohkan kejadian pemudik yang memaki-maki polisi lantaran perjalanannya terimbas rekayasa lalu lintas, namun polisi tak menanggapinya dengan agresif.
"Kedua adalah kepemimpinan yang persuasif. Lihat bagaimana aparat di lapangan, salah satu contohnya tadi ada warga yang kemudian ngomel-ngomel dengan kendaraan mewahnya. Tapi lihat tanggapan polisi, baik yang menggunakan kendaraan mewah maupun tidak polisi sangat persuasif," ungkap Devie.
"Tidak ada agresivitas-agresivitas yang ditunjukkan oleh polisi padahal mereka juga manusia. Mereka juga merindukan untuk bisa berada bersama keluarga," lanjut pegiat literasi digital ini.
Devie melihat aparat kepolisian bekerja luar biasa, tak hanya mengatur arus lalu lintas, tetapi juga memastikan keselamatan masyarakat.
"Aparat luar biasa kerjanya. Bukan hanya soal kerja menjaga kenyamanan lalu lintas. Polisi ada yang tugasnya mengamankan anak-anak yang kehilangan orangtuanya di tengah keramaian. Belum lagi kalau ada di daerah tanjakan-tanjakan, polisi ada yang bawa-bawain batu untuk ganjal mobil yang tidak kuat naik," tutur Devie.
Foto: Polisi mengatur lalu lintas di Simpang Tiga Bahagia Ciamis saat terjadi kepadatan arus lalu lintas. (Dok Humas Polres Ciamis). |
Kearifan Sosial
Ketiga, Devie berpendapat keberhasilan dari Keunggulan Inovasi dan Kepemimpinan Persuasif, terjadi lantaran dukungan Kearifan Sosial. Devie mengatakan tanpa sikap kooperatif masyarakat mendukung Keunggulan Inovasi dan Kepemimpinan Persuasif.
"Yang ketiga, keberhasilan 2K tadi juga berkat kearifan sosial masyarakat. Meski satu atau dua, atau sebagian kecil masyarakat bereaksi agresif, sebenarnya sebagian besar masyarakat memiliki kearifan sosial yang saling membantu. Contohnya ketika ada one way untuk masyarakat yang mudik, nah masyarakat yang harus mengambil jalur lain ini secara umum juga menerima," terang Devie.
"Mereka memahami, 'Oh iya ini orang mudik'. Sekarang ada antrean yang begitu panjang di kawasan Bekasi akibat arus balik yang sangat deras, artinya masyarakat-masyarakat lain juga dengan ketulusan hatinya, kearifannya, gotong-royongnya masyarakat secara umum saling mendukung," tambah Devie.
Masyarakat Juga Patut Diapresiasi
Oleh sebab itu, Devie menyatakan apresiasi juga kepada masyarakat yang telah mendukung mudik 2022 berjalan dengan baik. Mengaitkan dengan makna Idul Fitri sebagai Hari Kemenangan, Devie menyampaika mudik 2022 adalah kemenangan untuk semua pihak.
"Jadi 3K ini yang saling mendukung, sehingga kita secara umum perlu apresiasi masyarakat yang mampu menciptakan mudik balas dendam ini dengan aman nyaman dan sentosa untuk semua masyarakat, baik yang mudik, maupun berekreasi," kata Devie.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
"Ini merupakan kemenangan, bukan hanya dari aparat, tapi juga kemenangan bagi masyarakat itu sendiri yang mendukung proses ini menjadi lancar. Satu, dua, tiga orang ada yang ngamuk itu wajar. Tapi dilihat dari jumlah pemudik yang besarnya bukan main, secara umum orang menerima," imbuh Devie.
Menarik juga bagi Devie, soal minimnya peristiwa lalu lintas yang berakibat fatal atau kecelakaan maut yang terjadi dalam musim mudik tahun ini. Padahal, lanjut dia, volume kendaraan yang melakukan perjalanan mudik sangat besar.
"Kalau dilihat dari agregat angka, misalnya jumlah korban akibat kecelakaan sampai hari ini kalau dibandingkan dengan tahun 2019 berkurang. Lalu banyak hal yang sebenarnya berkurang padahal volume manusia yang bergerak itu jauh lebih banyak," ucap dia.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini