Pasukan AS Pernah Diperintah Tembaki Pengungsi Korsel
Selasa, 30 Mei 2006 15:24 WIB
Washington - Pasukan AS ternyata pernah mendapat perintah untuk menembaki para pengungsi Korea Selatan (Korsel) pada tahun 1950 silam. Akibat kebijakan ini, ratusan nyawa melayang.Fakta ini terungkap berkat sebuah surat dari Duta Besar (Dubes) AS untuk Korsel. Surat tersebut menjelaskan kepada Departemen Luar Negeri AS bahwa tentara AS bisa menembak para pengungsi yang berusaha mendekati posisi mereka.Surat tersebut merupakan indikasi terkuat sejauh ini bahwa kebijakan tembak di tempat itu memang ada untuk semua pasukan AS di Korea. Demikian seperti diberitakan kantor berita Associated Press, Selasa (30/5/2006)."Jika para pengungsi terlihat dari sebelah utara garis AS, maka mereka akan menerima tembakan peringatan. Dan jika mereka terus maju maka mereka akan ditembak," tulis Dubes John J. Muccio dalam suratnya tahun 1950 untuk Wakil Menteri Luar Negeri AS Dean Rusk.Surat tersebut melaporkan keputusan yang dibuat pada pertemuan tingkat tinggi di Korsel pada 25 Juli 1950, atau sehari sebelum Resimen Kavaleri 7 AS menembak mati para pengungsi di No Gun Ri, sekitar 100 mil sebelah tenggara Seoul, ibukota Korsel.Total korban tewas dalam penembakan tersebut simpang-siur. Militer AS menyebutkan angka 100 korban jiwa. Namun menurut warga Korea yang selamat, sekitar 400 orang tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak.Pembunuhan massal di No Gun Ri terungkap dalam artikel yang ditulis media The Associated Press pada tahun 1999 yang meraih penghargaan bergengsi Pulitzer Prize. Tulisan ini mendorong Pentagon menggelar penyelidikan yang berlangsung selama 16 bulan.Hasilnya, Pentagon menyimpulkan bahwa penembakan di No Gun Ri yang berlangsung selama 3 hari merupakan tragedi yang disayangkan, bukan pembunuhan yang disengaja. Menurut Pentagon, prajurit AS panik sehingga bertindak tanpa perintah dan langsung menembaki para pengungsi.Namun surat Dubes Muccio yang ditemukan di gedung Arsip Nasional AS tersebut menunjukkan bahwa tindakan pasukan AS itu sejalan dengan kebijakan resmi. Kebijakan kontroversial ini diadopsi karena adanya kekhawatiran bahwa tentara Korea Utara (Korut) akan menyusup via barisan pengungsi. Dikatakan Muccio dalam suratnya, tentara Korut yang menyamar sebagai pengungsi dikhawatirkan akan menembus garis-garis pertahanan AS. Menyusul kebijakan itu, para komandan AS berulang kali memerintahkan penembakan pengungsi Korea hingga bulan-bulan berikutnya.
(ita/)