Nama Wakil Ketua Bidang Akademik STIK Lembaga Pendidikan dan Latihan (Waket Bidakademik STIK Lemdiklat) Polri, Brigjen Asep Adi Saputra, diusulkan sebagai salah satu kandidat penerima Hoegeng Awards 2022. Brigjen Asep disebut-sebut memiliki integritas dan dikenal dengan pendekatan ke masyarakat yang humanis.
Hal itu dikatakan Zulhendri, mantan kuasa hukum ahli waris Makam Mbah Priok, Jakarta Utara. Zulhendri melihat Brigjen Asep mendahulukan kepentingan orang banyak dalam menyelesaikan perkara sengketa Makam Mbah Priok.
"Personaliti Asep sebagai polisi itu untuk di era sekarang, sulit mencari profil kayak dia. Polisi itu kan kebanyakan nunjukin power, kacamata kuda. Kalau dia, sangat akademis dan sangat humanis," kata Zulhendri kepada detikcom, Senin (25/4/2022).
Zulhendri mengungkapkan sebagai pengacara dirinya bertemu berbagai macam karakter aparat penegak hukum. Asep, lanjut dia, berbeda dari polisi lainnya yang dia kenal.
"Dari sisi kualitas intelektualnya, SDM-nya sangat humanis. Dia menempatkan dirinya, polisi itu bukan sebagai jagoan, bukan sebagai orang yang punya kuasa. Tapi orang yang menjadi pencari solusi yang terbaik untuk kepentingan orang banyak. Itu jarang polisi kaya gitu," ujar Zulhendri.
Zulhendri mengenal Brigjen Asep sekitar 9 tahun lalu. Saat itu Brigjen Asep berpangkat AKBP, dengan jabatan Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok.
"Saya kenal sama dia, ketika saya urusan sama dia, dia bilang 'Oke Mas, saya lepaskan dan tanggalkan umbul-umbul, uniform saya sebagai polisi. Tapi bagaimana kita mencari konklusi yang terbaik untuk masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, khususnya umat Islam yang ada di sekitar Makam Mbah Priok," ucap Zulhendri.
[Daftarkan kandidat penerima Hoegeng Awards 2022 di sini!]
Zulhendri menjelaskan perkara sengketa lahan Makam Mbah Priok dengan Pelindo II sudah berlangsung lama dan bahkan menimbulkan kerusuhan, mengakibatkan korban jiwa serta kerusakan fasilitas umum. Zulhendri menyebut konflik berkepanjangan itu berakhir berkat Brigjen Asep.
"(Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok) semuanya punya kepentingan (dalam penyelesaian kasus sengketa lahan Makam Mbak Priok), kalau nggak ke 'kiri', ke 'kanan', atau kepentingan fulus. Tapi Pak Asep ini tidak ada sama sekali kepentingan," tutur Zulhendri.
"Kepentingan dia cuma kemaslahatan. Bayangkan rapat-rapat itu siang-malam. Saya jadi kuasa hukum warga, yang berkonflik dari tahun '96, dan nggak pernah menemukan sosok Kapolres KP3 seperti Asep. Sulit cari polisi seperti dia. Dia tanpa pamrih," lanjut Zulhendri.
Dia lalu menyinggung anekdot 'hilang kambing lapor polisi, malah hilang sapi'. Zulhendri mengaku anekdot tersebut tak dirasakannya saat perkaranya ditangani Brigjen Asep.
"Kita kenal anekdot kehilangan kambing, lapor polisi malah hilang sapi. Nah Asep ini kriteria polisi ideal, tak hanya cerdas, tapi humanis. Dia dapat jabatan tidak mementingkan kepentingan pribadi. Kalau bukan beliau, itu nggak akan selesai (sengketa lahan Makam Mbah Priok dan Pelindo II), kan sudah dari tahun 90'an konflik horizontal itu," tutur Zulhendri.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Simak Video: Kompolnas Harap Sosok Polwan Bisa Muncul di Hoegeng Award 2022
(aud/hri)