Berdiri pada 2016 silam, Kebun Kumara ingin mengajar orang-orang di wilayah perkotaan untuk memanfaatkan secuil tanah di sekitar rumah sebagai kebun.
Pasrah dengan keterbatasan lahan perkotaan, bukanlah jalan Sandra. Ibu satu anak ini mencoba memaksimalkan lahan-lahan sempit di sekitar rumahnya sebagai wahana penanaman bahan makanan bagi keluarga kecilnya.
Maka, untuk mendapatkan teknik yang baik dan benar, ia rela melancong ke berbagai daerah untuk mempelajari ilmu pertanian yang cocok diaplikasikan di wilayah urban.
"Jadi kita mulai tahun 2016, ya kita masih cilik banget sih. Masih banyak belajar juga sebenarnya, masih trial and error juga sih untuk kita tahu betul. Karena kalau satu hal untuk kita tahu pondasinya prinsip-prinsip yang kita tahu itu benar. Nah itu kenapa akhirnya saya pergi ke tempat-tempat seperti itu, kayak Bumi Langit dan lainnya untuk belajar, karena saya melihat mereka punya cara berkehidupan yang mensinkronisasi itu, gitu. Saya belajar di Agradai juga, di Omah Lor juga, sempat ke Bali juga." ujar Sandra dalam program Sosok.
Keinginan Sandra untuk mengajak warga kota hidup dekat dekat dengan alam tidak lepas dari passionnya untuk menjadi pengajar. Ditambah lagi, ia melihat bahwa banyak sekolah di perkotaan tidak memasukkan unsur pendidikan alam sebagai media ajar.
Maka, semakin bulatlah tekadnya untuk membuat sarana belajar yang fokus terhadap lingkungan dan kampanye pemanfaatan lahan sebagai perkebunan.
"Dari dulu memang saya cukup passionate di bidang Pendidikan. Menurutku pendidikan itu sangat amat penting. Dan pas saya bercermin lagi, saya melihat bahwa pendidikan di perkotaan terutama, itu sangat terputus dari alam. Jadi alam itu tidak dilibatkan sebagai guru. Pun sekolah-sekolah yang sudah ada, dia tidak menggarap landscape yang ada di sekitar sekolah itu agar itu bisa menjadi alam yang menjadi outdoor classroom atau living classroom buat anak-anaknya, tidak juga gitu. Nah saya jadi melihat sebenarnya kita harusnya ada alam di situ.,"
Sebagai cara untuk mempertahankan kampanyenya, Sandra pun membangun model bisnis selagi mengajar masyarakat urban untuk memanfaatkan lahan-lahan sisa sebagai media penanaman.
Baginya, penerapan motif ekonomi semata-mata hanya untuk mempertahankan Kebun Kumara agar tetap bisa bertahan, "Jadi kita di awal itu bisnisnya edukasi. Kita itu ngasih pelatihan kurikulum ke sekolah, ke publik, ke perusahaan yang mau ada kegiatan.Jadi basicnya edukasi payungnya, kemudian tahun 2018 kita lahirkan jasa landscape."
Namun di balik itu semua, Sandra bermimpi bahwa suatu saat nanti Kebun Kumara bisa menjadi perantara manusia untuk berguru langsung kepada semesta.
"Kebun Kumara kita taglinenya sebenarnya 'Berguru Pada Alam', karena kita selalu bilang sebenarnya kalau kalian datang ke Kebun Kumara itu bukan berguru ke kita. Siapa kita gitu kan," tutup Sandra.
(vys/vys)