Sebuah fenomena alam tengah diamati oleh ilmuwan. Pasalnya, sebuah komet berukuran raksasa sedang mengarah ke Bumi.
Tidak tanggung-tanggung, satu komet itu berukuran inti 50 kali lebih besar dari komet-komet biasa yang meluncur ke Bumi. Komet raksasa itu tengah meluncur ke arah Bumi dengan kecepatan 35.400 kilometer per jam.
detikcom merangkum seputar fenomena komet raksasa tersebut. Setidaknya ada empat fakta menarik yang mencuat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berukuran Lebih Besar dari Provinsi Kalimantan Timur
Penemuan komet raksasa itu pertama kali ditangkap oleh oleh badan ruang angkasa Amerika Serikat atau NASA. Teleskop Hubble milik NASA menetapkan inti komet yang terdiri atas es itu memiliki massa sekitar 500 triliun ton dengan lebar 137 kilometer.
Temuan itu menunjukkan komet raksasa itu memiliki ukuran yang lebih besar dari negara bagian Rhode Island di Amerika Serikat. Selain itu, ukuran komet itu diketahui lebih besar dari Provinsi Kalimantan Timur.
Komet ini pertama kali terlihat pada 2010, namun Hubble baru bisa mengkonfirmasi besarnya sekarang. Ukurannya lebih besar dari komet-komet lain yang pernah dilihat oleh astronom sebelumnya.
"Kami telah menduga bahwa komet ini sangat besar, karena sinarnya sangat terang meskipun jaraknya masih sangat jauh," ujar David Jewitt, guru besar ilmu planet dan astronomi di Universitas California, Los Angeles (UCLA).
"Sekarang kami telah mendapat konfirmasi itu," kata Jewitt.
NASA menjabarkan bola tanah dan es itu sebagai binatang raksasa "yang meluncur ke arah sini".
Asal Muasal Komet Raksasa
Komet raksasa yang berukuran lebih besar dari Provinsi Kalimantan Timur ini pertama kali ditemukan oleh astronom Pedro Bernardinelli dan Gary Bernstein di gambar arsip di Observatorium Cerro Tololo Inter-Amerika di Chile.
Komet itu disebut NASA sebagai 'balok lego es'. Benda tersebut merupakan sisa peninggalan dari era pembentukan awal planet-planet.
"Mereka terlempar keluar dari tata surya akibat permainan pinball gaya gravitasi di antara planet-planet besar di sisi luar sistem," sebut NASA dalam pernyataannya.
"Komet-komet yang tertendang ke luar kemudian berdiam di Awan Oort, sebuah reservoir besar untuk komet-komet yang mengitari sistem tata surya dari kejauhan," sambungnya.
Komet berukuran raksasa itu juga menjadi sorotan ilmuwan Indonesia. Simak di halaman berikutnya
Jadi Sorotan Komunitas Astronomi Indonesia
Fenomena komet berukuran lebih besar dari Provinsi Kalimantan Timur ini juga menjadi sorotan komunitas astronomi Indonesia. Ahli astronomi dan astrofisika dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengatakan pihaknya telah mengamati pergerakan komet tersebut.
"Ya, itu sudah jadi perhatian komunitas astronomi global, termasuk di Indonesia," kata Thomas saat dihubungi, Sabtu (16/4/2022).
Thomas menyebutkan BRIN akan mengamati komet itu di beberapa fasilitas pengamatan astronomi BRIN. Hal itu, kata Thomas, apabila komet sudah mendekat ke arah Bumi sehingga bisa diamati dengan teleskop yang ada.
"BRIN juga akan mengamati di beberapa fasilitas pengamatan astronomi BRIN, antara lain di Kupang, Sumedang, Pasuruan, Garut, dan Bandung. Bila sudah mendekat Bumi, sehingga bisa teramati dengan teleskop yang ada," ujar Thomas.
Dinyatakan Tidak Berbahaya, Jarak Terdekat dengan Bumi di 2031
Thomas menjelaskan komet raksasa itu tidaklah berbahaya. Bahkan, saat komet itu sudah mendekati Bumi, hal itulah yang paling ditunggu oleh para astronom. Hal itu dikarenakan komet akan terlihat jelas.
"Tidak berbahaya. Mengarah ke Bumi dalam arti, orbitnya mengelilingi matahari saat ini menuju posisi yang relatif dekat orbit Bumi. Tetapi saat paling dekat dengan Bumi, jaraknya masih lebih jauh dari jarak bulan. Ketika mendekati Bumi, itu saat paling ditunggu astronom karena akan tampak paling jelas," jelas Thomas.
"Jadi sama sekali tidak berbahaya, bahkan sangat ditunggu untuk diamati dengan teleskop. Mungkin juga akan teramati dengan mata tanpa alat karena ini komet terbesar, kemungkinan juga menjadi komet paling terang. Jarak terdekat Bumi pada 2031," sambungnya.