Muhammad Ainun Nadjib atau Cak Nun saat duduk bersama Ketua DPR Puan Maharani dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyentil Presiden. Tak tanggung-tanggung dia menyebut 'Presiden belum tepat'.
Cak Nun menyampaikan itu juga di Panggung 'Sinau Bareng Cak Nun' digelar di Masjid At-Taufiq, Sekolah PDIP, Lenteng Agung, yang artinya dikatakan di markas PDIP. PDIP seperti diketahui merupakan partai Presiden Joko Widodo (Jokowi), Puan dan Hasto.
Awal kritik itu disampaikan ketika Cak Nun mengatakan negara-negara adikuasa, yaitu Amerika Serikat dan Rusia, yang tak benar-benar 'berkuasa'. Dia kemudian membandingkan dengan bangsa Indonesia yang dapat melampaui mereka. Hanya, menurut Cak Nun, pemimpinnya belum tepat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Wahai Amerika, wahai Rusia, wahai semua negara yang merasa kuat dan adikuasa, jangan pikir kalian benar-benar berkuasa karena kami adalah bangsa dengan peradaban dengan skala waktu 18 generasi," kata Cak Nun dalam acara PDIP, Minggu (10/4).
"Sehingga ilmu kita, manajemen kita akan jauh melebihi kalian semua. Cuma sekarang belum tepat saja presidennya. Jangan marah," imbuhnya.
Cak Nun menegaskan dia tidak mengatakan jika presidennya salah. Hanya, sekali lagi, kata dia, belum tepat. Karena itu, dia meminta tak ada yang marah atas pernyataannya itu.
"Jangan marah. Saya tidak mengatakan 'salah' loh ya. Belum tepat. Lho kalau bahasa Jawa itu ada bener, ada pener, Mbak Puan. Itu sudah bener tapi belum pener," ujar Cak Nun.
"Mohon maaf, ya, saya bukan mengkritik. Saya itu penasaran dengan kebesaran Indonesia yang tidak bisa kita wujudkan," imbuhnya.
Harapan Cak Nun di 2024
Dalam kesempatan yang sama, Cak Nun juga menyampaikan harapan Pemilu 2024. Dia berharap, dalam pesta demokrasi 2024, hadir sosok pemimpin yang membawa kesadaran baru.
"Aku ingin besok pagi, sebelum dan sesudah 2024, kita akan mengalami revolusi besar dari dalam diri kita. Bukan revolusi untuk menjatuhkan presiden dan penguasa," kata Cak Nun.
Dia juga mengandaikan sebuah revolusi besar yang membawa kesadaran baru.
"Revolusi yang akan dipimpin oleh presiden dan para sesepuh lainnya. mereka yang akan memimpin kesadaran baru. mereka akan memimpin kelahiran baru Indonesia," imbuhnya.
Tepis Isu Jilat Megawati
Tak hanya itu, Cak Nun juga bercerita soal galaunya dia memikirkan undangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk hadir di acara itu. PDIP sendiri mengatakan Cak Nun hadir karena undangan Megawati.
Cak Nun menjelaskan, kehadirannya di sina bukan lantaran dirinya menjilat Megawati. Tepisannya ini dia kemukakan lantaran dia membaca persepsi demikian mengemuka di media sosial.
"Teman-teman sekalian, saya itu kan bingung diminta ke sini sama Kiai Kanjeng kan bingung. Dimarahi banyak orang. Tadi saja di medsos dimarahi, 'Oh, Cak Nun menjilat Mbak Mega.' Gitu, kan?" ujar Cak Nun.
"Aku ki ndilat raimu gak tau kok (Saya ini menjilat muka Anda saja tidak pernah). Loh, yang mengundang Mbak Mega, kan berarti Mbak Mega yang menjilat saya. Betul, ndak?" kata dia.
"Ini tidak ada urusan jilat-menjilat. Ini adalah cinta tanah air, cinta bangsa, dan cinta rakyat," ujarnya.