Kecerdasan spiritual merupakan potensi terpendam yang dimiliki setiap orang. Potensi ini seniscayanya diketahui fungsinya oleh setiap orang dan selanjutnya diusahakan untuk selalu diasah dengan sungguh-sungguh supaya benar-benar tajam dan dapat digunakan untuk meraih kebahagiaan personal yang abadi.
Kecerdasan ini membedakan kita dari famili biologis seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kecerdasan spiritual memungkinkan kita merasa bahagia karena kebahagiaan ini tidak dilatari oleh keadaan tersebut, bahkan menjadi kunci untuk mendapatkan kekuatan terbesar manusia. Kecerdasan spiritual memberi kita mata untuk melihat nilai positif dalam setiap masalah dan kearifan untuk menangani masalah itu dan memetik keuntungan darinya.
Mengasah kecerdasan merupakan suatu keharusan jika kita menghendaki terwujudnya kebahagiaan sejati di dalam diri kita. Sudah menjadi asumsi umum setiap orang bahwa perasaan bahagia bergantung lebih pada bagaimana kita memperlakukan hidup ini ketimbang pada bagaimana hidup memperlakukan kita. Kunci kebahagiaan terletak pada cara kita merespons segala sesuatu. Ada orang merasakan kebahagiaan di atas rezeki kecil, sebaliknya ada orang
tidak bisa merasakan kebahagiaan di atas rezeki besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada orang yang tersiksa dengan musibah kecil sebaliknya ada orang yang merasa enteng di atas musibah besar. Ini semua menunjukkan bahwa kebahagiaan dan kekecewaan serta kegembiraan dan kesedihan sangat ditentukan oleh suasana batin seseorang. Sehubungan dengan ini Nabi pernah mengingatkan: Al-Gina ginan nafs (kekayaan sejati ialah kekayaan batin). Sekaya apapun seseorang jika batinnya bermasalah tidak
mungkin merasa bahagia dengan kekayaan itu.
Spiritualitas yang cerdas tidak pernah terbebani oleh musibah atau kesulitan hidup lainnya, karena mereka yakin bahwa itulah pilihan Tuhan untuk dirinya.Musibah dan kepahitan hidup dianggapnya sebagai 'surat cinta' Tuhan. Sekian lama ia merasakan kemewahan dan kecukupan hidup tetapi tidak membawanya lebih dekat dengan Tuhan. Akan tetapi begitu ia diuji dengan penderitaan dan kesulitan hidup malah menambah lebih dekat dirinya dengan Tuhan,
sedangkan merasa lebih dekat dengan Tuhan memberikan ketenangan dan kedamaian sejati.
Mungkin kita sering terkecoh dengan menyangka seseorang hidupnya sangat memprihatinkan, karena mantan pejabat tetapi tiba-tiba dimiskinkan oleh aparat hokum, namun yang yang bersangkutan justru merasakan kebahagiaan. Ia bahagia di atas keprihatinan orang lain. Ini semua menunjukkan betapa relatifnya kebahagiaan itu.
Untuk memupuk kecerdasan spiritual diperlukan pola hidup yang istiqamah di dalam memperhatikan rambu-rambu spiritual. Agama dalam hal ini sangat berjasa karena menginformasikan ajaran-ajaran yang dapat melanggengkan kualitas spiritualitas itu. Semakin taat seseorang terhadap ajaran agamanya semakin terawap kualitas spiritual itu. Sebaliknya semakin tidak loyal seseorang terhadap ajaran agamanya semakin lemah kualitas spiritualnya,
yang pada gilirannya akan menyebabkan tergerusnya zona-zona nyaman di dalam kehidupannya.
Orang yang tingkat kesadaran spiritualnya tinggi lebih memilih kehilangan kekayaan lahiriyah daripada kekayaan batin dan lebih memilih mengutamakan kecerdasan spiritual ketimbang kecerdasan akal-pikiran.
(lus/lus)