Dusta

Kolom Ramadan

Dusta

Aunur Rofiq - detikNews
Jumat, 08 Apr 2022 07:57 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Ilustrasi: Zaki Alfaraby/detikcom
Jakarta -

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai seseorang melakukan kebohongan, seperti dalam tawar menawar barang yang diperdagangkan. Penjual biasanya berkata barang ini sudah ditawar sekian, padahal sama sekali belum. Kebohongan ini untuk meningkatkan harga yang akan diperoleh. Ini contoh yang sederhana, masih banyak model kebohongan yang mempunyai dampak jauh lebih besar.

Allah Swt. berfirman, "Kemudian, marilah kita bermubahalah agar laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta." (QS. ali-Imran [3] : 61 ). Disusul dengan firman berikutnya surah an-Nahl ayat 105, "Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong."

Kedua ayat ini jelas sekali bahwa orang yang dusta atau pembohong akan dilaknat Allah Swt. dan diperkuat dengan surah an-Nahl ayat 105 bahwa pembohong itu tidak beriman pada isi Al-Qur'an.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebohongan merupakan himpunan semua keburukan dan asal semua kehinaan, karena kebohongan memiliki akibat yang buruk. Kebohongan menghasilkan fitnah, berdampak akan muncul kemarahan. Amarah pasti akan timbul permusuhan. Oleh sebab itu kebohongan akan menghasilkan tidak ada keamanan dan ketenangan.

Seorang ahli berkata, " Barangsiapa yang sedikit jujurnya, maka dia sedikit temannya." Kejujuran memberikan informasi tentang sesuatu sesuai fakta dan kebohongan sebaliknya. Kejujuran didorong oleh akal yang memastikan dan syariat yang menguatkan, sedangkan kebohongan dilarang oleh akal dan dihalangi oleh syariat. Kebohongan merupakan sumber segala dosa, jika seseorang sampai dikenal khalayak sebagai pembohong, maka lenyaplah harga dirinya, ucapannya tidak dihiraukan bahkan dilihat dengan pandangan hina.

ADVERTISEMENT

Kerugian pembohong yang besar adalah Allah Swt. tidak memberikan petunjuk padanya. Inilah firman Allah dalam surah al-Mukmin ayat 28, "Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta."

Kaitan dengan karakter terhadap orang yang suka berbohong ini, Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya berkata benar itu menunjukkan kebaikan, sedangkan kebaikan menunjukkan jalan ke surga, maka seseorang tidak henti-hentinya bersikap benar yang membuat dirinya berhenti pada kebenaran, sehingga Allah Swt. mencatat dia di sisi-Nya sebagai orang yang benar. Adapun berbohong itu menunjukkan kepada kedurhakaan, sedangkan kedurhakaan menunjukkan jalan ke neraka, maka seseorang yang tak henti-hentinya berbuat dusta yang membuat dirinya berhenti pada kedustaan, sehingga Allah Swt. mencatat dia di sisi-Nya sebagai orang yang pendusta." Hadis ini bersumber dari Abdullah bin Amer Bin Al-Ash ra.

Maka seharusnya seorang muslim menjaga lisannya, janganlah sekali-kali berkata kecuali dengan perkataan yang benar. Sesungguhnya diam itu lebih utama, karena tidak banyak menanggung resiko. Orang yang bersih hatinya selalu hati-hati dalam berkata, khawatir bila yang dikatakan tidak sesuai dengan fakta.

Dalam hal berkata yang benar dan lebih baik diam, saat ini tidaklah mudah diterapkan karena kecanggihan teknologi hand phone mendorong seseorang mudah berkata. Pada masa pandemi ini, banyak orang yang seakan menjadi ahli kesehatan dengan menyebarkan opini tentang vaksin, penyembuhan dan pencegahan. Kebenaran sumber kadangkala terabaikan, sehingga masyarakat menjadi bingung.

Mari kita simak beberapa motif kebohongan di antaranya :

1. Menginginkan manfaat dan menolak bahaya. Kebohongan akan mendatangkan keberuntungan dan keselamatan. Padahal kebohongan akan menjauhkan harapan dan mendekatkan ketakutan. Kejelekan dan keburukan tidak bisa baik, apakah kita bisa memetik anggur dipohon duri ?.

2. Kebohongan dimaksudkan untuk membalas dendam. Kebohongan yang dilakukan dan melemparkan aib pada musuhnya dengan alasan membalas dendam, merupakan kebohongan yang keji.

3. Memprioritaskan keindahan ucapan. Kebohongan ini sangat buruk karena ini lahir dari kerendahan kemauan dan kehinaan nafsu.

4. Motif kebohongan yang dilakukan secara berturut-turut sehingga menjadi terbiasa. Jika ia ingin menjauhi kebohongan akan sulit dilakukan karena kebiasaan sudah menjadi tabiat. Ahli hikmah berkata, "Barang siapa yang menganggap manisnya menyusui kebohongan, maka dia akan sulit untuk menyapihnya."

Setelah kita mengetahui motif kebohongan, hendaklah kita jadikan pegangan untuk menghindari dari berbohong. Jika khawatir terjebak dalam kebohongan pada setiap pergaulan, sebaiknya menghindar dari pergaulan tersebut yang tidak membawa manfaat. Beberapa kesibukan yang sering dilakukan para sahabat dan tabi'in untuk menghindar dari kebohongan adalah, membaca Al-Qur'an, meramaikan masjid dengan kegiatan Ubudiyah dan amaliyah lainnya, dzikir pada Allah Swt. memerintahkan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Langkah menghindari kebohongan ini tepat dilakukan saat bulan suci ini sebagai awal berhenti berdusta. Dan agar kita selamat dari perbuatan dusta, hendaknya berani menentukan atau memilih sikap menghindar/ menjauhi. Semoga kita termasuk golongan masyarakat yang jauh dari perbuatan dusta dan selalu mendekatkan diri pada Allah Yang Maha Kuasa.

Aunur Rofiq

Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)

Simak juga 'Maksimalkanlah Ibadah di Bulan Suci Ramadhan':

[Gambas:Video 20detik]



(erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads