Sejumlah pembaca detikcom mengusulkan Brigadir Polisi (Brigpol) Mahendra sebagai kandidat penerima Hoegeng Awards 2022. Dia diusulkan karena kreativitasnya mampu mempelopori dan menyulap desa di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, menjadi desa wisata budi daya tanaman anggrek.
Salah satu pengusul anggota Satreskrim Polres Mamasa itu adalah Kepala Desa Tondok Bakaru, Matheus Daniel Dessara. Dia mengusulkan polisi teladan versinya lewat formulir online di tautan https://dtk.id/hoegengawards. Begini cerita Daniel:
Pada 2017, Saudara Mahendra dan dua orang rekannya memulai aktifitas budi daya anggrek dan merangkul anak-anak muda pengangguran yang kemudian membentuk komunitas anggrek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komunitas inilah yang menjadi salah satu komunitas yang memprakarsai terbentuknya desa sadar wisata dan saat ini menjadi desa wisata. Sampai saat ini komunitas anggrek ini semakin berkembang dan sudah dapat mempekerjakan anak-anak muda di dalam desa dan dari luar desa kami.
Ada juga pembaca detikcom bernama Marlina, warga Desa Minanga, Kecamatan Bambang, Kabupaten Mamasa. Berikut sosok Mahendra di mata Marlina:
Membantu dan mengawaki pengembangan komunitas anak muda dalam pembangunan desa wisata yang berdampak pada ekonomi rakyat, serta peran aktif dalam pelayanan vaksinasi.
[Daftarkan kandidat penerima Hoegeng Awards 2022 di sini!]
detikcom lalu menghubungi Daniel melalui sambungan telepon untuk menggali lebih dalam perihal sosok Brigpol Mahendra. Daniel mengaku mulai mengenal Mahendra pada 2016-2017.
"Waktu itu saya baru masuk jadi kepala desa juga. Saya lihat mereka beraktivitas ada tiga orang komunitas anggrek yang membudidayakan anggrek. Sekitar 2017 akhir itu keanggotaan mereka itu makin tambah banyak," kata Daniel kepada wartawan, Rabu (30/3/2022).
Hingga kini, budi daya tanaman anggrek yang digagas oleh polisi asal Bali itu terus berkembang. Menurut Daniel, Mahendra telah berhasil menggerakkan masyarakat desa yang sebelumnya menganggur menjadi dapat penghasilan dari budi daya anggrek itu.
"Waktu itu kan Mamasa melihat, kami khususnya di sini melihat anggrek ini kita pahami dulu hanya sejenis rumput-rumputan, nggak bernilai. Tapi ketika komunitas mereka muncul, terus meyakinkan masyarakat sini khususnya anak-anak muda yang tidak punya skill, yang putus sekolah, yang tadinya hanya kerja judi dan minum minuman keras, ternyata bisa dirangkul teman-teman ini," ucapnya.
"Jadi dari sisi keamanan saya bersyukur sejak ada komunitas anggrek ini, sudah tidak ada lagi anak-anak muda yang kerjanya kriminal. Itu tidak lepas dari peranan komunitas anggrek ini," tambahnya.
Dia memuji kreativitas Mahendra yang telah memberikan dampak positif bagi anak-anak muda di Desa Tondok Bakaru. Daniel bersyukur adanya sosok polisi seperti Mahendra membuat anak muda di desa tak lagi harus turun ke sawah untuk bertani.
"Dengan adanya sosok polisi seperti ini yang bisa merangkul anak muda, dari sisi tugas saya pertama sangat meringankan. Saya tidak harus lagi mengurus kriminal lagi kan, karena sudah mulai berkurang. Kawan-kawan yang tadinya sulit kami komunikasi, sekarang sudah bisa komunikasi via WA, anak-anak muda ini jadi banyak hal positif. Jadi saya terbantu, secara pribadi saya bangga salah satu masyarakat saya yang bisa menggerakkan anak-anak muda," ungkapnya.
[Daftarkan kandidat penerima Hoegeng Awards 2022 di sini!]
Budidaya Anggrek Sempat Ditertawakan
Brigpol Mahendra bercerita, pada 2012 ia ditempatkan di Polres Mamasa dan ditugaskan sebagai Bhabinkamtibmas Desa Tondok Bakaru. Lalu, dia memantau kondisi wilayah di desa itu banyak anggrek liar yang tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.
"Setelah itu saya pergi cari anggrek itu kan, saya metik anggreknya, bawa ke rumah. Di awalnya jadi bahan tertawaan sama teman-teman pemuda kan di sini 'Ngapain bawa-bawa rumput ke rumah?' Saya bilang, 'Sudahlah, saya pelihara dulu'," ujarnya.
Dengan tekun, Mahendra memelihara anggrek itu hingga waktunya tiba dijual. Untuk pertama kalinya, anggrek itu dia jual dan diperlihatkan ke masyarakat setempat bahwa anggrek itu bisa bernilai jika dimanfaatkan dengan baik.
"Ternyata mereka kaget, kok bisa tanaman yang diambil di samping-samping sungai, di pohon-pohon tua, bisa menghasilkan. Sehingga mulailah ada yang terpacu untuk mengikuti kegiatan saya itu," katanya.
Dia pun membentuk sebuah perkumpulan yang diberi nama Komunitas Tondokbakaru Orchid (KTO). Lewat komunitas itu, ia dapat menghasilkan uang dari budi daya anggrek yang bisa dijual hingga ke luar negeri.
"Bahkan sampai saat ini perputaran uang dalam komunitas itu kalau dalam satu anggota kelompok lebih Rp 100 juta penjualannya. Karena menjualnya sampai di Thailand, Thailand paling sering, Eropa termasuk," ucapnya.
Dari situ, Mahendra memiliki ide untuk membuat gebrakan yang bisa menghasilkan bagi masyarakat dan pemasukan lebih untuk desa. Singkat cerita, dia dan sejumlah masyarakat setempat kemudian menggagas desa wisata.
"Jadi kita pungut tiket untuk kawasan wisata itu Rp 10.000, Rp 7.000 untuk pemilik wisata, Rp 3.000 untuk PAD desa. Jadi biasa ada event tahunannya kami buat Kampung Natal. Jadi destinasi baru di Mamasa bahkan di Sulbar. Di situ festival lampu, jajan jajanan lokal, minuman lokal, untuk terakhir Natal kemarin sekitar 18 ribu orang dalam satu bulan pengunjungnya," pungkasnya.
Artikel ini adalah bagian dari rangkaian acara Hoegeng Awards 2022. Polisi yang diceritakan dalam artikel ini merupakan salah seorang yang diusulkan pembaca sebagai kandidat penerima Hoegeng Awards 2022. Pembaca detikcom bisa mengusulkan anggota polisi kandidat penerima Hoegeng Awards 2022 melalui link berikut ini: Hoegeng Awards 2022.
Simak juga 'Yakin Masih Banyak Polisi Baik, Detikcom Buat Hoegeng Award':