Pengamat Puji Cara Ganjar Buka Dialog dengan Pendemo Desa Wadas

ADVERTISEMENT

Pengamat Puji Cara Ganjar Buka Dialog dengan Pendemo Desa Wadas

Jihaan Khoirunnisa - detikNews
Kamis, 24 Mar 2022 19:36 WIB
Ganjar Temui Aksi Masa Demo Tambang Wadas
Foto: Pemprov Jateng
Jakarta -

Cara Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menghadapi demonstrasi ratusan mahasiswa dan perwakilan warga Wadas mendapat sorotan. Aksinya disebut merepresentasikan pemimpin yang nguwongke atau menghormati rakyat.

"Ini menarik, bagaimana Ganjar begitu nguwongke atau menghormati rakyatnya. Ganjar mengamalkan prinsip vox populi, vox argentum. Bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan," kata Pengamat Sosial sekaligus Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Wahyudi Winarjo dalam keterangan tertulis, Kamis (24/3/2022).

Diketahui, ratusan mahasiswa di Semarang berunjuk rasa di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah Jalan Pahlawan Semarang pada Selasa (22/3) siang. Mereka menolak rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas, untuk menyuplai proyek Bendungan Bener di Purworejo.

Saat unjuk rasa terjadi, Ganjar turun langsung menemui mereka. Sambil duduk lesehan di bawah guyuran hujan, Ganjar mendengarkan tuntutan dan memberi penjelasan kepada para demonstran.

Menurut Wahyudi, komunikasi yang terjadi antara Ganjar dan mahasiswa adalah komunikasi terbuka. Dialog terjadi sangat baik, ada ruang komunikasi terbuka yang memberi kesempatan bagi mahasiswa dan warga Wadas untuk menyampaikan keinginannya.

"Dan itu tanpa rasa takut apapun. Mereka menyuarakan tuntutan ke Ganjar secara terbuka tanpa tekanan dalam forum terbuka antara wakil rakyat dengan rakyatnya. Ganjar juga bisa menjelaskan dengan baik dan menjadi penyambung lidah pemerintah pusat," jelasnya.

Dikatakannya, Ganjar yang menemui mahasiswa dan perwakilan warga Wadas dengan cara lesehan juga memiliki nilai filosofi tinggi. Hal tersebut dinilainya menjadi perwujudan Tri Sakti Bung Karno.

"Lesehannya itu, kalau kita tarik secara filosofis itu perwujudan Trisaktinya Bung Karno, berkepribadian secara budaya. Lesehan duduk di bawah sambil ngobrol itu budaya kita," ucapnya.

Namun hal yang paling menarik bagi Wahyudi adalah sikap Ganjar yang seolah pasang badan untuk menyelesaikan masalah kasus Wadas. Meski sebenarnya ini adalah proyek nasional. Diketahui, Ganjar beberapa kali datang langsung ke Desa Wadas, menemui warga yang pro maupun kontra untuk menyerap masukan dari sana.

Meskipun sebenarnya, kasus Wadas secara hukum sudah selesai atau inkrah. Proses panjang yang dilakukan dan ditolaknya gugatan warga oleh Mahkamah Agung bisa menjadi dasar untuk merealisasikan penambangan batu andesit di Wadas.

"Tapi Ganjar tidak melakukan itu. Dia sangat hati-hati dan tak ingin melukai hati rakyat Wadas khususnya mereka yang kontra. Dia terus melakukan pendekatan, dialog dan menjalankan berkomunikasi dengan baik agar tercipta saling pengertian dan pemahaman," katanya.

Cara Ganjar ini, lanjut Wahyudi, bisa menjadi contoh kepemimpinan di Indonesia. Ia mengedepankan dialog, dekat dengan rakyat, turun ke rakyat tanpa takut dan menjauhi.

"Ini harus diteladani negarawan dan pemimpin lain di Indonesia. Ketika menghadapi masalah yang berkaitan dengan rakyat, nggak usah dijauhi, nggak usah menyuruh orang. Turun langsung untuk menyelesaikan," pungkasnya.

(akn/ega)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT