Manhaj NU, Staqufiyah dan Kaum Puritan

Kolom Hikmah

Manhaj NU, Staqufiyah dan Kaum Puritan

Ishaq Zubaedi Raqib - detikNews
Rabu, 23 Mar 2022 17:55 WIB
Dokumen Pribadi Ishaq Zubaedi Raqib
Foto: Dokumen Pribadi Ishaq Zubaedi Raqib
Jakarta -

Diktum "Staqufiyah", merupakan definisi terbatas yang Penulis gunakan untuk menyebut perspektif Ketua Umum KH Yahya Cholil Staquf PBNU. Staqufiyah, bukan isme, bukan ideologi, apalagi mazhab. Staqufiyah hanya cara untuk mempersempit ruang lingkup Penulis memahami pandangan Gus Yahya--sapaan KH Yahya Cholil Staquf, soal Nahdlatul Ulama (NU). Staqufiyah adalah jalan NU versi KH Yahya Cholil Staquf. Di bawah ini, snapshot singkat Gus Yahya soal gerakan pemurnian dalam sejarah Islam modern.

Syarief Husein

Keberatan Syarif Husein, penguasa Hijaz, tak dihiraukan Inggris. Israel tetap berdiri di tanah Palestina. Hingga hari ini, belum ditemukan catatan yang menunjukkan Arab Saudi menolak keputusan Inggris memberikan tanah pada Israel. Bagi Inggris, berdirinya Arab Saudi dan lahirnya negara Israel di tengah-tengah bangsa Arab, disinyalir akan sangat berguna bagi keseimbangan politik kawasan dan bisa menjadi alasan bagi eks sekutu untuk hadir di Timur Tengah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, kelahiran Kerajaan Arab Saudi, September 1932, melewati jalan mulus; jalan yang juga dirancang Inggris. Arab Saudi tidak bergabung dalam Revolusi Arab menentang Turki Utsmani, karena tengah berkonsolidasi internal. Setelah Syarif Husein mendeklarasikan diri sebagai khalifah pascaruntuhnya Turki Utsmani, Bin Saud justeru memulai serangan. Dan, Inggris lebih memilih Bin Saud dari pada Syarif Husein yang "dzurriyat" Rasul.

Semua berawal dari kesepakatan tak tertulis antara Inggris dengan Syarif Husein. Inggris mengajak penguasa dari klan Bani Hasyim ini, untuk mengobarkan Revolusi Arab melawan Turki Utsmani. Selanjutnya, khilafah Islam akan diserahkan kepada Syarif Husein. Untuk keperluan ini, Inggris mengirim seorang sarjana sejarah dan agama, Thomas Edward Lawrence. Ia jadi penasihat militer Syarif Husein dan dikenal dengan sebutan "Lawrence of Arabia."

ADVERTISEMENT

Dengan sokongan alat-alat perang, Husein melancarkan perlawanan dan memisahkan diri dari Turki Utsmani yang tengah berkonsentrasi dalam Perang Dunia I. Selain Edward Lawrence, saat bersamaan Inggris juga menyusupkan Harry St John Bridger Philby, menjadi penasihat militer Bin Saud. Agen intelijen itu dikenal dengan julukan "Jack Philby" dan jadi narahubung Bin Saud dengan Inggris dan Amerika Serikat (USA).

Seperti yang akhirnya terjadi, Inggris lebih memilih saran Jack Philby yang intel, dari pada Lawrence of Arabia yang sarjana sejarah. Dua tahun sebelum Kerajaan Arab Saudi berdiri, Jack Philby masuk Islam, mengubah namanya jadi Abdullah. Kerajaan ini memiliki pertalian kuat dengan Wahabiyah. Inti kekuatan militer kerajaan adalah pengikut mazhab ini dan berasal dari suku Badui yang didoktrin paham ultrakonservatif. Memerangi siapa saja yang dianggap sesat.

Kaum Puritan

Dalam buku "Secret Affair : Britain's Collusion with Radical Islam", penulis Mark Curtis, mengutip sebuah dokumen rahasia yang statusnya sudah dideklasifikasi. Dokumen itu, berisi pernyataan Wiston Churchill ; menteri kolonial Inggris. Pada tahun 1921, di hadapan parlemen Inggris, Churchill memberi gambaran yang lugas, bahwa Wahabi adalah paham puritan, aliran yang keras, bersenjata, dan tanpa kompromi.

Sebelum berkongsi dengan Muhammad bin Sa'ud, Muhammad bin Abdul Wahab--pendiri Wahabi, sudah lebih dulu bertemu penguasa Uyainah, Utsman bin Ma'mar. Di era keduanya, kuburan Zaid Bin Khattab, saudara Khalifah Umar bin Khattab, rata dengan tanah. Rakyat tidak terima, dan memaksa Bin Abdul Wahab meninggalkan Uyainah. Ia menuju Dir'iyyah--selanjutnya Najed. Di sini dia bertemu Sang Emir ; Muhammad bin Sa'ud.

Tujuan dakwah versi Muhammad bin Abdul Wahab, antara lain, mencangkup ; Pertama ;meng-esakan Allah dalam beribadah. Kedua ; menolak kesyirikan dalam segala bentuknya. Ketiga ; menutup segala hal yang mengarah pada tindakan syirik. Keempat ; memerangibid'ah dalam semua bentuknya. Abdul Wahab merujuk pada hadits yang berbunyi, "Iyyakum wal muhdatsatil umuur --Berhati-hatilah kalian dari perkara bid'ah).Semua cakupan merupakan tafsir bias mereka atas ortidoksi Islam.

The New York Times, 31 Mei 2015, mengutip Direktur Yayasan Penitian Warisan Islam, Irfan Alawi, mencatat sikap keras mereka. Alawi menyebut, kaum puritan ini telah "memurnikan" lebih dari 95 persen situs bersejarah dekat kota suci ; Mekkah dan Madinah. Ada puluhan makam. Bahkan, sebuah rumah yang diasosiasikan kepada Siti Khadijah, isteri Nabi, diganti dengan bangunan baru untuk kepentingan yang berbeda.

Bak sebuah arus anakronisme, sejak kemunculannya di abad ke-18, gerakan ini sudah tampak enggan bersahabat, bahkan terhadap penganut Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Kenapa ? Hanya karena perbedaan sudut pandang soal rasa hormat kepada Nabi, para sahabat, para ulama yang biasa hidup zuhud dan wara' dalam tradisi Islam. Mereka menolak keberadaan situs sejarah Islam tapi merenovasi kuburan pendirinya ; Muhammad Bin Abdul Wahab.

Dua Blok

Setelah Perang Dunia Kedua, konflik dan perang atas dasar agama jarang terjadi. Tata politik dunia berubah. Negara-negara aspiran perang dunia mulai lelah dan segera melepas baju agama. Semangat persaingan bergeser, melibatkan dua blok besar ; Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Perang Dingin menggantikan perang Islam lawan Kristen. Amerika Serikat membidik sejumlah negara berhaluan komunis yang berkiblat ke Uni Soyvet.

Di tengah Perang Dingin itu, pecah Revolusi Iran. Boneka Amerika Serikat, Shah Reza Pahlevi tumbang. Lahirlah Negeri Mullah yang Syiah. Bagi para penganut Wahabi, situasi di Iran sungguh mencemaskan. Ayatullah Khomeini mengekspor revolusi ke banyak negara yang bertalian paham dengan Syiah. Tetangga Arab Saudi, yakni Yaman, bagian selatan sudah dikuasai Syiah. Bagi Wahabi, Syiah adalah mazhab yang berbeda.

Perlahan, paham Wahabi mulai diekspor ke sejumlah negara. Pada setiap keberhasilan kampanye Wahabi di negara tertentu, selalu menyisakan problem serius. Muncul instabilitas dan potensial melahirkan negara gagal. Somalia adalah contoh. Tak pernah damai. Dilanda perang tiada berkesudahan. Negara dikuasai oleh para perompak. Kekacauan juga melanda Nigeria, Pakistan, Sri Lanka, Bangladesh.

Menurut laporan media Inggris, The Independent, sepanjang 40 tahun sejak 1979, gerakan itu telah menghabiskan tak kurang dari 100 miliar AS untuk mempromosikan paham Wahabi. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia tak lepas dari target mereka. Tahun 1980 an, telah berdiri LIPIA--Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Bahasa Arab, di Salemba, Jakarta. Inilah pusat literatur Wahabiyah pertama di Indonesia. (*)

Ishaq Zubaedi Raqib

Penulis adalah peminat masalah-masalah NU

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)

(erd/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads