Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 antiteror Irjen Marthinus Hukom menyebut pihaknya menyiapkan alat untuk asesmen tingkat radikalisme aparatur sipil negara (ASN). Alat itu tengah disusun bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT).
"Soal ASN kami punya tools yang kami bangun untuk mengasesmen para ASN untuk bisa mengetahui tingkat radikal, sedang kami susun di Densus bekerja sama dengan BNPT. Ini kan menjadi tanggung jawab internal," kata Marthinus kepada wartawan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/3/2022).
Marthinus mengatakan semua unsur elemen masyarakat harus berpedoman pada ideologi Pancasila. Bukan cuma ASN, tapi juga aparat hingga unsur masyarakat terkecil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya, kalau bicara ASN, Polri, TNI, kita kan aparat negara jelas harus berdiri di atas UUD 45 dan Pancasila, begitu juga dengan masyarakat yang lain, ketika kita bicara negara, tak ada kata lain selain kita bicara wawasan kebangsaan," ujarnya.
"Bagaimana kita melihat bangsa ini, kita berdiri di atas pilar-pilar Pancasila, UUD 45, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, itu sudah wajib untuk berdiri di atas jalan itu," lanjutnya.
Sebelumnya, Marthinus mengungkap jumlah teroris yang ditangkap dalam dua tahun terakhir ini. Dia menyebut jumlah teroris meningkat namun kejadian teror menurun.
"Memang kalau kita lihat dari angka-angka yang tadi ditanyakan di mana terorisme saat ini dan depan, perlu saya jelaskan bahwa tahun 2020, Densus berhasil menangkap 232 orang. Kejadiannya yang menonjol pada saat itu atau kejadian teror 13. Lalu kemudian pada 2021 Densus berhasil menangkap 370, namun kejadian menurun menjadi 6 kejadian," kata Marthinus kepada wartawan, Senin (21/3/2022).
"Per Maret 2022 Densus sudah menangkap 56 personel anggota jaringan teroris. Artinya, secara kuantitatif, penangkapan itu kan meningkat dari 2020, 232 menjadi 370. Artinya sel-sel terorisme ini tetap aktif," lanjutnya.
Lihat juga Video: KemenPAN RB Temukan 27 ASN Lakukan Tindakan Radikalisme di Medsos