Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi mengungkapkan dukungan panggung Tabib Suci merupakan bentuk apresiasi PKT terhadap seni dan budaya Indonesia, yang dikemas melalui cerita menarik dan segar. Ia berharap pesan yang tersirat dalam cerita dapat menjadi pelajaran bagi keluarga besar PKT untuk terus merawat kebhinnekaan dan mewujudkan kesatuan Indonesia.
"Mari terus jaga persatuan dalam keberagaman dengan memupuk kecintaan terhadap Indonesia," ujar Rahmad dalam keterangan tertulis, Sabtu (19/3/2022).
Rahmad menyebut PKT akan terus mendukung kemajuan seni dan budaya sebagai salah satu ciri khas bangsa Indonesia. PKT juga akan memberikan ruang bagi pelaku seni dan budaya untuk memajukan khasanah nusantara sebagai warisan bagi generasi mendatang.
"Seni dan budaya Indonesia wajib untuk dipertahankan, sehingga ke depan dapat terus eksis sebagai identitas bangsa yang lahir dari keberagaman dalam kesatuan Bhinneka Tunggal Ika," katanya.
Disutradarai oleh Agus Noor, Lakon Tabib Suci menggaet para pelaku seni kenamaan Indonesia, seperti Butet Kartaredjasa, Cak Lontong, Marwoto dan Susilo Nugroho, Akbar, Mucle, Joned, Wisben, Inayah Wahid, Yu Ningsih dan Sruti Respati. Panggung ini turut didukung karyawan PKT Alvina E Dharmawangsa dan para penari dari Persatuan Istri Karyawan (PIKA) PKT.
Agus menyampaikan, lakon ini menceritakan tentang para tabib di perkampungan yang saling bersaing. Mereka tak hanya mengaku memiliki kesaktian untuk menyembuhkan beragam penyakit, tapi juga menganggap diri sebagai orang suci. Untuk menarik perhatian, mereka pun pamer kehebatan agar masyarakat kagum hingga menjadi pengikutnya.
Persaingan pun terjadi antartabib yang mengaku suci untuk berebut pengaruh, karena masing-masing memiliki maksud tersembunyi. Namun, persaingan ini semakin lama justru mengorbankan orang-orang kecil di sekitar mereka.
Menurut Agus, lakon ini mewakili situasi yang saat ini terjadi di Indonesia. Hal ini terlihat dari masyarakat yang terpecah lantaran berbagai hal, baik politik maupun lainnya. Ia mengatakan kisah parodi ini bertujuan untuk menyentil isu sosial di masyarakat, sebagai sebuah upaya membangun kembali Indonesia yang plural, toleran dan berbudaya sebagai rumah bersama.
"Sejarah membuktikan bahwa budaya mampu merekatkan semangat persatuan, sehingga ke depan negeri ini mampu menumbuhkan kembali nilai-nilai kebudayaan sebagai perekat bangsa dengan kerukunan yang tetap terjaga," ujar Agus.
Di sisi lain, Founder Indonesia Kita Butet Kertaredjasa, mengungkapkan panggung Tabib Suci di GOR PKT merupakan pertunjukan pertama yang digelar Indonesia Kita di luar pulau Jawa, usai 35 kali menggelar pentas sejak tahun 2011. Butet pun menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas dukungan PKT terhadap Indonesia Kita. Dengan demikian, mereka dapat terus menyampaikan pesan kebhinnekaan di seluruh Tanah Air melalui kreativitas seni dan budaya.
"Terima kasih kepada PKT atas kesempatan yang diberikan, apalagi panggung kali ini turut didukung para penari dan pemain dari keluarga besar serta karyawan perusahaan," kata Butet.
Butet menyebutkan forum Indonesia Kita digagas sebagai cara para seniman menghidupkan kembali jiwa Indonesia dalam diri melalui jalan kebudayaan. Forum ini juga merupakan partisipasi dalam membangun bangsa dengan mengukuhkan kesatuan sebagai anak bangsa melalui keberagaman.
"Pemikiran ini kami tuangkan dalam ide kreatif Indonesia Kita, melalui seni pertunjukan untuk menyatukan keberagaman menjadi satu kesatuan Nusantara," pungkas Butet. (fhs/ega)