Majelis Ulama Indonesia (MUI) menolak keputusan ketua MUI untuk mengundurkan diri. MUI menyebut, sesuai dengan hasil rapat pimpinan, penolakan itu sudah dikomunikasikan dengan Miftachul Akhyar.
"Sudah (dikomunikasikan) pokoknya beliau ketika dikonfirmasi apa itu, apa namanya, eh begini pengunduran diri kan beliau sampaikan, ini kan wewenangnya di MUI, kan MUI sudah jelas tegas menolak," kata Sekretaris Jenderal MUI, Amirsyah Tambunan, kepada wartawan, Jumat (18/3/2022).
Amirsyah mengatakan hasil rapat pimpinan dan rapat kesekjenan menolak tegas permohonan pengunduran diri ketua MUI. Dia menyebut Miftachul Akhyar akan memimpin MUI sampai 2025.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beliau kan ketua umum dari 2020-2025 hasil musyawarah nasional. Itu kan standar kan beliau permohonan. Permohonan dalam konteks ini dua kali rapat. Rapat kesekjenan dan rapat pimpinan Selasa lalu itu jelas mengamanahkan kepada beliau untuk memimpin MUI sampai 2025," katanya.
Sebelumnya diberitakan, Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar telah mengirimkan surat pengunduran diri dari jabatan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). Keputusan mundur ini disampaikan Miftachul Akhyar saat memberikan pengarahan dalam rapat gabungan Syuriyah-Tanfidziyah PBNU di kampus Unusia Parung, Bogor, Jawa Barat.
"Di saat Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) Muktamar ke-34 NU menyetujui penetapan saya sebagai Rais Aam, ada usulan agar saya tidak merangkap jabatan. Saya langsung menjawab sami'na wa atha'na (kami dengarkan dan kami patuhi). Jawaban itu bukan karena ada usulan tersebut, apalagi tekanan," ujar Miftachul seperti dikutip dari situs NU Online, Rabu (9/3).
Miftachul lantas menceritakan proses pemilihan dirinya menjadi Ketum MUI pada November 2020. Miftachul mengaku dirayu dan diyakinkan hampir dua tahun untuk bersedia menjadi Ketum MUI.
"Semula saya keberatan, tapi kemudian saya takut menjadi orang pertama yang berbuat 'bid'ah' di dalam NU. Karena selama ini Rais Aam PBNU selalu menjabat Ketua Umum MUI," jelasnya.
(maa/maa)