Ketua MPR Bambang Soesatyo mendorong hilirisasi bahan tambang di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Kepulauan Riau. Hal itu diungkapkannya saat meninjau KEK Galang Batang bersama Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad.
"Keberadaan KEK Galang Batang sangat strategis karena menjadi sentra choke point Selat Malaka. Mempunyai akses langsung dengan Selat Malaka dan Laut China Selatan. Tidak heran jika Presiden Joko Widodo menargetkan agar keberadaan KEK Galang Batang mampu menyerap investasi hingga Rp 36,35 triliun pada tahun 2027 mendatang," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Jumat (18/3/2021).
"Sekaligus menyerap tenaga kerja hingga 23.200 orang yang tersebar untuk industri pengolahan refinery sebesar 350 orang, industri pengolahan smelter sebesar 260 orang dan jasa dermaga serta pelabuhan yang berpotensi menciptakan multiplier effect di kawasan tersebut," imbuhnya.
Bamsoet mengungkapkan industri smelter untuk pengolahan bauksit yang dilakukan PT Bintan Alumina Indonesia (VAI) menjadi industri utama yang beroperasi di KEK Galang Batang. Pada 25 Januari lalu, Presiden Joko Widodo juga telah melepas peluncuran ekspor perdana Smelter Grade Alumina (SGA) di KEK Galang Batang dengan nilai ekspor yang mencapai RP 104 miliar dengan volume 21.001 ton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain mengekspor produk Smelter Grade Alumina (SGA), PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) juga akan mengembangkan hilirisasi bauksit sampai aluminium ingot yang direncanakan dapat berproduksi pada 2025 sebanyak 400 ribu ton per tahun," ujarnya.
"Aluminium ingot sangat diperlukan industri dalam negeri untuk berbagai jenis produk, seperti pelat, billet, scrap, dan bentuk profil yang akan diperlukan dalam banyak proses industri seperti pesawat terbang, kapal, otomotif, dan konstruksi," imbuhnya.
Selain itu, Bamsoet mengatakan bahwa langkah tersebut merupakan arahan dari presiden. Sebelumnya, Jokowi menegaskan bahwa Indonesia harus mempercepat proses hilirisasi bahan tambang untuk menciptakan nilai tambah dalam negeri.
Dengan proses hilirisasi tersebut, diharapkan Indonesia bisa mendapatkan manfaat ekonomi berupa pajak dari perusahaan, penerimaan negara dan memperluas lapangan kerja.
"Hilirisasi alumina di KEK Galang Batang juga akan menurunkan ketergantungan impor Indonesia terhadap berbagai produk alumina karena kita sudah mulai bisa memproduksi sendiri di dalam negeri," ujarnya.
"Sekaligus menjadi percontohan bagi KEK di berbagai daerah lainnya untuk menjadi penguat daya saing Indonesia di tengah besarnya tantangan ekonomi global pasca pandemi COVID-19," pungkas Bamsoet.
Diketahui, Galang Batang ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus oleh Presiden Jokowi melalui PP Nomor 42 Tahun 2017 pada 11 Oktober 2017 dan beroperasi pada 8 Desember 2018. Adapun luas areanya mencapai 2.333,5 hektar dengan jumlah investasi yang terealisasikan hingga 2021 mencapai Rp 15,7 trilyun dan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 3.480 orang.
Dalam peninjauan tersebut, turut hadir pula anggota MPR RI/DPR RI Robert Kardinal, perwakilan Pimpinan PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) Galang Batang George Santos, Pangkogabwilhan I Laksamana Madya TNI Muhammad Ali, Kepala Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau Gerry Yasid, Danrem 033/WP Brigjen TNI Jimmy Manalu, Wakapolda Kepulauan Riau Brigjen Pol Rudi Pranoto, dan Plt Bupati Bintan Roby Kurniawan.
(ncm/ega)