Seorang warga Aceh Nurmalia tidak pernah bermimpi, gubuknya yang reot di Gampong Jawa didatangi langsung oleh Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman.
Aminullah menugaskan tim bedah rumah untuk membangun "istana" baru bagi Nurmalia dan anak-anaknya.
"Saya minta, dalam waktu 10 hari, rumah ini bisa selesaikan, tim bedah rumah akan bekerja siang malam, mereka sudah teruji membangun puluhan rumah lainnya dalam waktu singkat namun hasilnya sangat berkualitas," katanya di depan Muspika Kutaraja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nurmalia tidak sendiri, selama menjabat Wali Kota semasa 4,5 tahun ini sudah lebih 725 yang dibangun dan direhab mantan Dirut BPD Aceh ini.
Ini adalah angka yang fantastis hanya dalam masa jabatan singkat 4,5 tahun. Belum pernah ada Wali Kota di Banda Aceh yang begitu fokus membangun dan merehab rumah duafa sebanyak ini.
Meski pandemi mendera, Aminullah tidak menyerah, dengan keterbatasan anggaran yang ada akibat pemotongan dana (refocusing), ia tetap memprioritaskan pembangunan rumah duafa.
Aminullah melobi berbagai pihak termasuk Bank Aceh untuk mengucurkan dana CSR-nya. Baitul Mal dan Dinas Perkim Kota juga diminta gencar mencari warga yang masih tinggal di rumah tidak layak huni.
Gencarnya Aminullah membangun rumah duafa, menjadi perbincangan di seluruh Aceh. Kemudahan akses berita melalui HP, membuat warga di wilayah timur, barat selatan, tengah dan perbatasan Aceh-Sumut mudah mendapatkan informasi, apalagi era media sosial Instagram yang digandrungi kaum milenial membuat nama Aminullah semakin harum dikalangan anak muda maupun orang dewasa.
Tidak heran jika bermunculan komentar, 'Wali Kota Rasa Gubernur' atau 'Bapak Duafa Aceh 2024' di berbagai media sosial lantaran ada keinginan sebagian besar masyarakat Aceh menaruh harapan agar Aminullah bersedia maju di Pilgub Aceh 2024.
Kesederhanaan Aminullah ini bukanlah hal baru, jauh hari saat menjadi Dirut BPD Aceh, Aminullah sudah berkeliling Aceh membantu kaum duafa melalui dana CSR Bank Aceh dan terkadang lebih sering menggunakan dana pribadinya.
Semasa menjabat Wali Kota pun, tak tampak adanya kemewahan dalam hidupnya. Dirinya tak mau menambah kekayaan, lantaran merasa rezeki yang diberikan Allah sudah lebih dari cukup semasa mengabdi di Bank BPD Aceh.
Gaji dan tunjangannya lebih sering digunakan untuk membantu masyarakat, sedangkan keperluan keluarga berasal dari bisnis transportasi yang sudah dirintis jauh hari sebelum menjadi Wali Kota. Sebagian besar anak-anaknya pun sudah mapan dan menikah.
Berbicara kekayaan dan kemewahan kepala daerah, hal ini pasti akan begitu terasa dan terlihat dikalangan masyarakat luar Kota Banda Aceh, kepala daerah yang menjabat umumnya akan menjadi orang kaya baru di daerah tersebut, membeli tanah, toko, rumah, mobil mewah, dan aset lainnya. Namun hal itu tak terjadi di Banda Aceh, Aminullah tak tergiur lagi menumpuk harta. Baginya pengabdian di sisa usia lebih berharga yang akan menjadi amal jariah kelak.
Aminullah tak jauh beda dengan nasib Anies Baswedan di DKI yang diserang kanan-kiri karena kerap membantu masyarakat.
Jika Anies digadang-gadang sebagai kandidat terkuat Presiden 2024, ya begitu juga Aminullah Usman yang banyak diperbincangkan sebagai kandidat terkuat Gubernur Aceh.
Mereka berdua akan terus mendapat serangan oposisi, karena lawan politik semakin kebingungan mencari bahan untuk menjatuhkan lawannya, karena kinerja keduanya yang mumpuni.
Hanya di masa Aminullah Usman lah, reservoir raksasa milik PDAM Tirta Daroy dibangun, begitu juga penambahan kapasitas di WTP induk.
PDAM ini terus dibenahi, seiringan lonjakan pelanggan dan pertumbuhan ekonomi yang semakin gencar di Banda Aceh.
Perlahan tapi pasti, Aminullah berhasil menata kota. Pasar terpadu di Lamdingin yang dibangun oleh Wali Kota sebelumnya gagal difungsikan, bahkan nyaris menjadi besi tua.
Aminullah bergerak cepat, Pasar Peunayong berhasil dipindahkan ke Lamdingin, diberikan nama Pasar Al Mahirah.
Bau pesing dan macet yang kerap terjadi di kawasan Peunayong pun hilang, setelah pasar berhasil dipindahkan ke Lamdingin.
Kawasan Lamdingin yang dulunya sepi, mendadak jadi pusat pertumbuhan ekonomi baru, Aminullah membangun kesetaraan demi masyarakat pesisir. Banyak toko dan usaha baru bermunculan disana. Masyarakat yang dulunya terpinggirkan mulai tersenyum.
Pasar Al Mahirah yang usianya masih balita, tentu butuh pembenahan secara perlahan. Tidak mungkin seorang 'bayi' kita paksa berlari. Dan terbukti Pasar Al Mahirah mendapat apresiasi dari pemerintah pusat, terbaru Menteri Perdagangan, M.Luthfi melihat langsung pasar dan memuji kinerja Aminullah.
Menteri Perdagangan berjanji akan membantu pengembangan pasar ini agar semakin nyaman dan modern.
Bekas lokasi Pasar Peunayong akan dijadikan ruang terbuka hijau dan pastinya akan menjadi destinasi wisata kuliner baru.
Aminullah juga berhasil merubah wajah parkiran kota, lihatlah bagaimana Kota Banda Aceh merupakan satu-satunya daerah di Aceh yang sudah menerapkan E-Parkir di beberapa lokasi.
Halaman pertokoan yang amburadul, semakin indah setelah ditata lokasi parkir, seperti di Pango, Lampineung, Peunayong dan beberapa lokasi lainnya.
Tidak mudah memang membangun di masa pandemi dengan keterbatasan anggaran. Berbagai proyek tertunda pembayaran, termasuk tunjangan pegawai. Namun itu semua sedang dituntaskan dengan perhitungan cermat.
Hutang tersebut akan dilunaskan dan diselesaikan di awal tahun ini, sama seperti utang pemerintah pada tahun 2020 yang selesai di awal tahun 2021, begitu juga tentunya dengan utang di tahun 2021 akan selesai di awal tahun 2022, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Meski dalam keadaan pandemi pertumbuhan UMKM di Kota Banda Aceh cukup menggembirakan.
Hal tersebut dibuktikan dengan laporan yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa Kota Banda Aceh terjadi peningkatan pendapatan per kapita pada 2021 menjadi Rp78,16 juta dari sebelumnya Rp73,30 juta di 2020. Ini data BPS lho, bukan data sembarangan.
Pendapatan rata-rata penduduk yang didapat dari hasil bagi antara PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dengan populasi di Banda Aceh dalam tiga tahun terakhir terus menunjukkan tren positif.
Melansir data BPS, pada tahun 2019 pendapatan per kapita Banda Aceh Rp69,24 juta per tahun, 2020 Rp73,30 juta per tahun, dan 2021 Rp78,16 juta per tahun.
Selain itu, dari sisi UMKM juga mengalami peningkatan yang membanggakan di masa kepemimpinan Wali Kota Aminullah, merujuk data dari Dinas terkait, Di Banda Aceh pada tahun 2016 UMKM hanya ada 8.900. Lalu saat Aminullah menjabat sebagai Wali Kota, Pemko Banda Aceh terus mendorong usaha mikro, kecil dan menengah itu terus tumbuh.
Hasilnya UMKM terus bertambah jumlahnya dari tahun ke tahun. Pada 2017, UMKM bertambah menjadi 9.591 unit, kemudian tahun berikutnya meningkat lagi menjadi 10.944. Tahun 2019 bertambah lagi menjadi 12.012, tahun 2020 meningkat lagi jadi 15.107 unit.
Bahkan di tengah pandemi Covid-19 pun UMKM masih terus tumbuh. Data menunjukkan UMKM tetap tumbuh subur di tahun 2021, yakni mencapai 16.970.
Aminullah pun gencar berupaya menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Lihat saja tingkat kemiskinan di Kota Banda Aceh menurun menjadi 7,44% pada tahun 2017 menjadi 7,25% pada tahun 2018 dan per kuartal pertama tahun 2020 angka kemiskinan menurun 0,32% dari tahun 2019 sebesar 7,22% hingga pada tahun 2020 menjadi 6,90%.
Banda Aceh juga satu-satu nya daerah yang masuk dalam zona hijau kemiskinan di Aceh, daerah lainnya berada diatas 10%.
Pemerintah Kota juga berhasil menurunkan angka pengangguran tercatat tahun 2017 pengangguran terbuka di Banda Aceh sebesar 7,75% dan pada tahun 2018 berhasil ditekan menjadi 7,26% indeks pembangunan manusia di tahun 2018 berada di angka 84,37%.
Indeks Pembangunan Manusia atau IPM Kota Banda Aceh pada tahun 2019 tercatat berada di angka 85,07 angka ini naik 0,7 poin dari 84,37 yang dibukukan pada tahun 2018, sementara tahun 2020 IPM Banda Aceh naik lagi menjadi dari 85,41%. Menutup 2021, IPM Banda Aceh kembali naik 0,3 poin dibanding tahun sebelumnya menjadi 85,71. Dari 514 kabupaten/kota se-Indonesia, IPM Banda Aceh tersebut berada di peringkat dua nasional.
Ah sudahlah, butuh 1 buku untuk menjelaskan apa yang sudah dan akan dikerjakan oleh Aminullah saat menjadi Wali Kota Banda Aceh. Dan ternyata Aminullah sudah menuliskan semua capaiannya di masa pemerintahan 2017-2022.
Mungkin beliaulah, satu-satunya kepala daerah di Aceh yang sudah menuliskan sebuah buku, capaian kinerja. Buku 'Banda Aceh Gemilang' akan menjadi jawaban di akhir masa pemerintahannya.
Aminullah tetap meminta warga mengawal pemerintahannya, karena itu program 'Wali Kota Menjawab' menjadi sarana Aminullah menyerap aspirasi warga.
Dan hanya Aminullah lah satu-satunya kepala daerah di Aceh yang berani membuka sarana pengaduan warga ini dan program Wali Kota Menjawab pun mendapatkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Award 2020 karena konsistensinya.
Warga Banda Aceh sangat cerdas, merekalah yang berhak menilai kinerja pemimpinnya. Tidak mudah memimpin di masa pandemi, namun Aminullah diyakini akan berhasil melaluinya, karena hatinya begitu ikhlas membangun kota ini.
(ads/ads)