Menyelesaikan persoalan dengan sama-sama menang dan beruntung (win-win solution) gampang diucapkan tetapi amat sulit diwujudkan. Tanpa kalbu yang lapang sepertinya sulit mencapai solusi ini. Win-win solution memerlukan ketulusan hati semua pihak, khususnya pihak yang menghendakinya. Secara teknis ia sebaiknya selalu melakukan memecahkan suasana (ice breaking process) untuk mencairkan hubungan dengan relasi, menyiapkan beberapa opsi solusi alternative, menciptakan beberapa opsi (options) solusi, terampil di dalam mengenali kelebihan dan kelemahan partner, dan tidak pernah meninggalkan apa yang menjadi tujuan dan prinsip hidupnya.
Dalam bahasa agama, pola hidup ini disebut ta'awun (sinergi), sebagaimana diserukan di dalam firman Allah: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Q.S. Al-Maidah/5:2). Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. (Q.S. al-Baqarah/2:147)
Pola ini harus berangkat dari niat baik bahwa setiap orang bisa menang dan kemenangan bisa dicapai bersama-sama. Tidak boleh ada yang menghukum atau menghakimi pihak lain bahwa mereka tidak bisa atau menebak pasti tidak berkenan. Sebelum melakukan perundingan terlebih dahulu harus kita meyakinkan diri sendiri bahwa insya Allah pasti bisa, selalu ada jalan mencapai tujuan itu dengan cara paling baik. Kita tidak boleh berangkat dari asumsi sebaliknya yang men-justice seseorang seperti kesan di dalam hatinya. Setiap orang memiliki titik kelemahan dan kelebihan. Kita mesti memahami pintu masuk di dalam hati orang di dalam menyelesaikan persoalan dengan cara menang-menang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kita bisa mencapai kemenangan tanpa harus mengorbankan diri sendiri atau orang lain. Kita bisa mengatakan: "Saya tidak akan menginjak kamu tetapi saya tidak rela menjadi keset kaki kamu". Ini artinya keperluan dapat tercapai tanpa ada pihak yang dirugikan. Jika kita peduli pada diri sendiri maka kita pun harus peduli orang lain. Pola menang-menang sebetulnya bukan hanya teknik tetapi sekaligus filosofi dan pandangan hidup.
Pola menang-menang ini menjanjikan dampak positif yang amat besar, antara lain membawa rezki berkah, kebahagiaan sejati dan abadi. Hal ini juga dijamin hadis yang mengatakan silaturrahim menambah rezki dan memperpanjang umur. Di samping itu orang lain akan semakin respek kepada yang bersangkutan karena dipandang penuh kearifan. Wajar kemudian jika ia panen pujian meskipun bukan itu yang diharapkan. Cara-cara kearifan juga mendatangkan peluang dan kesempatan baik dari orang lain. Ia tidak sulit meminta tolong kepada orang lain karena reputasinya selalu ia pelihara. Dengan sendirinya ia juga akan memiliki banyak sahabat atau relasi positif karena komitmennya bisa dipegang.
Kemenangan yang diperoleh dengan cara menang-menang akan dinikmati lebih langgeng dan terhormat, serta sangat mengesankan di hati karena rasa kemanusiaan masing-masing tersentuh. Ia tentu disegani di dalam masyarakat karena memberikan sikap keteladanan positif. Ia juga dianggap menyenangkan di dalam pergaulan. Ia selalu dirindukan kehadirannya oleh orang lain, karena ia dianggap sebagai rahmat bagi mereka. Tidak heran jika hidup dan kehidupannya tenang, sejahtera, dan penuh kedamaian. Jika pola menang-menang ini dapat dicapai mengapa kita harus mencari pola lain? Bukankah Tuhan pernah mengingatkan kita: Wa ma ba'dal haq illa al-dhalalah (Tida lagi sesudah kebenaran itu kecuali kesesatan).
Prof. Nasaruddin Umar
Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(erd/erd)