Anwar menyampaikan melalui Side Event C20 Kick-Off Meeting, para peserta dapat berbagi pengalaman mengenai situasi kelompok rentan dan marjinal di Indonesia, khususnya pekerja. Hal ini termasuk upaya dan kendala yang dihadapi dalam proses meningkatkan kondisi kehidupan sosial-ekonominya.
"Saya berharap melalui forum ini kita mengambil intisari dari upaya-upaya Indonesia, yang mungkin saja dapat menjadi contoh bagi warga negara dunia rentan lainnya," kata Anwar dalam keterangan tertulis, Selasa (8/3/2022).
Hal ini ia sampaikan saat memberikan sambutan bertajuk 'Dari Indonesia, Berbuat Lebih kepada Warga Dunia yang Rentan' di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (8/3).
Lebih lanjut, Anwar mengatakan dampak pandemi dirasakan secara tidak merata pada kasus Indonesia. Adapun angkatan kerja lapisan menengah-bawah, khususnya angkatan kerja perempuan merasakan dampak yang lebih berat.
Sementara pada kelompok pekerja, kata Anwar, dampak pandemi lebih berat dirasakan oleh empat kelompok pekerja. Adapun keempatnya yakni, pekerja yang beralih dari lapangan usaha industri ke lapangan usaha pertanian; pekerja yang beralih dari sektor formal ke informal; pekerja di lapangan usaha akomodasi makan-minum; serta pekerja migran.
Di sisi lain, pada kategori pengangguran dampak pandemi dirasakan lebih berat oleh kelompok usia muda, berpendidikan menengah, laki-laki, di perkotaan. Selain itu, kerentanan kondisi pekerja selama pandemi kemungkinan besar juga dirasakan oleh pekerja penyandang disabilitas dan pekerja anak.
"Mengingat ketidakpastian ekonomi-politik global, kerentanan struktur ketenagakerjaan Indonesia pada masa pandemi dan momentum pelaksanaan G20, maka saya melihat bahwa acara diskusi kita pada pagi hari ini, sangat penting peranannya," katanya.
Selain sebagai forum diskusi, Anwar menambahkan Side Event C20 Kick-Off Meeting sekaligus berfungsi sebagai antitesis dari gejala-gejala nasionalisme sempit dan reaktif yang muncul dalam upaya pemulihan ekonomi global. Misalnya, seperti fenomena vaccine nationalism yang terjadi pada 2021.
Dalam kondisi tersebut, papar Anwar, negara kaya mengutamakan stock vaksin secara berlebihan untuk negaranya sendiri. Dengan demikian, distribusi vaksin dan pemulihan pandemi global menjadi tidak merata.
"Kita tentunya mengharapkan agar nasionalisme sempit seperti ini tidak menjalar kepada ranah kehidupan sosial-ekonomi lainnya. Apalagi semangat kita adalah semangat pembangunan inklusif, di mana kemanusiaan universal adalah pondasinya," pungkasnya.. (ncm/ega)