Kekuasaan seharusnya selalu dalam komando yang benar, sehingga para penguasa bisa melayani masyarakat. Perkataan yang benar dan diucapkan atas nama kebenaran, maka keadilan yang melibatkan penguasa akan berlangsung dengan adil. Itulah cerminan penguasa yang adil karena bisa menjalankan peradilan dengan adil meskipun dirinya terlibat. Kisah terkenal antara Fatih Sultan Mehmed Sang Penakluk dengan seorang hakim bernama Hizir Celebi sebagai berikut:
Sang Sultan marah karena ada kesalahan yang dibuat oleh seorang arsitek Kristen dan memerintahkan agar dia dihukum. Pria tersebut menggugat Sultan dan ia sangat terkejut saat hakim memutuskan bahwa Sultan melakukan ketidakadilan dan pantas dihukum. Sultan menghunus pedangnya dan mengatakan bahwa ia akan memenggal kepala hakim jika ia memutuskan perkara secara tidak adil dan mengutamakan Sultan. Menanggapi hal ini, hakim mengeluarkan tongkat kebesaran yang disembunyikannya dan menjawab ia akan memukul kepala Sultan jika ia meminta untuk diutamakan.
Contoh yang diberikan oleh seorang pemimpin menjadi penting, karena bukan hanya meminta kata-katanya agar dijalankan. Kisah di atas mencerminkan keluhuran akhlak Sultan yang tidak meminta diistimewakan meski proses peradilan melibatkannya. Hal ini juga jauh sebelumnya dilakukan oleh para Amirul Mukminin, seperti Ali bin Abi Thalib ketika kehilangan baju besinya saat perjalanan. Amirul Mukminin menuntut seseorang yang memiliki bajunya. Di dalam putusan perkara tersebut, hakim memenangkan seorang yang pegang baju besi. Oleh karena keluhuran akhlak Amirul Mukminin, akhirnya orang yang dituntut mengakui bahwa baju tersebut milik Amirul Mukminin ditemukan saat jatuh dalam perjalanan. Pria itu menjadi mualaf karena begitu simpati pemimpinnya berpegang teguh ajarannya tanpa intervensi kekuasaannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diistimewakan, merupakan kebutuhan seseorang yang dilandasi nafsu karena pada posisi tertentu dan merasa lebih dari yang lain. Ketika kita harus mengantri yang panjang saat vaksinasi, kemudian ada seseorang mendahului antrian dan dilayani dengan cepat dan tepat. Kadang kita membatin dengan mengatakan," enaknya cepat, tidak berpanas-panas, mungkin dia berkedudukan." Ini contoh kecil, adapun contoh agak menyolok ketika minta diistimewakan dengan arogan dan tayang pada stasiun televisi, hal ini akan membuat rakyat banyak kurang simpati. Beberapa waktu lalu, seorang anggota DPR komisi tiga yang membidangi hukum beropini bahwa untuk para penegak hukum tidak perlu OTT ( Operasi Tangkap Tangan ) oleh KPK. Banyak kalangan memberikan tanggapan bermacam-macam, hampir semuanya tidak sependapat. Seorang warga negara yang hidup di negeri ini adalah sama kedudukannya di mata hukum, tidak ada pengecualiannya. Memang kata istimewa ini menggoda hati, pada saat karier mulai naik dari seorang karyawan biasa mendapat amanah sebagai manager, kadangkala juga menginginkan diperlakukan istimewa sesuai kadarnya. Keinginan diistimewakan ini akan menjadi sebab perlakuan tidak adil, namun ini berbeda dengan perlakuan keamanan khusus bagi seorang kepala negara.
Firman Allah dalam surah al-Maidah ayat 8, " Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa."
Yakni sikap adilmu lebih dekat kepada takwa daripada kamu meninggalkannya.Berlaku adil tidak boleh membedakan termasuk orang yang pernah menyakitimu. Benci bukanlah penghalang untuk berlaku adil. Sebagai contoh seorang pemimpin yang kurang lebih dua tahun berkuasa dapat menjadikan rakyatnya, susah dijumpai yang meminta-minta. Dia memimpin dengan adil dan seluruh kemampuannya tercurah untuk melayani masyarakat. Dia bisa meninggalkan kehidupan yang bergelimang kesenangan dunia menjadi hidup sangat sederhana dan bersahaja. Ketika istrinya menanyakan apa mempunyai uang 1 dirham untuk membeli anggur, dijawabnya tidak ada. Dia adalah Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz. Model kepemimpinan seperti ini yang patut dicontoh, dan tidaklah salah jika salah seorang kepala negara ( salah satu negara di Asia Tenggara ) sering menyebut Amirul Mukminin tersebut.
Merindukan kepemimpinan adil tanpa berikhtiar adalah omong kosong. Kebetulan dalam tahun-tahun mendatang kita akan mendapatkan " Bonus Demografi " di mana warga negeri ini akan banyak diisi generasi muda. Kesempatan memilih bibit pemimpin yang melimpah sudah merupakan berkah, tinggal diisi/disemai para pemimpin baru yang akan bersikap adil dan membawa negeri pada tingkat berkemajuan yang menuju negeri makmur. Ingatlah selalu bahwa pemimpin masa depan di lahirkan pada rahim masa kini, disusui dan dirawat sampai mampu juga oleh generasi masa kini. Semoga para pemimpin saat ini mempunyai rasa tanggung jawab untuk membentuk pemimpin masa depan.
Aunur Rofiq
Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)