Polresta Bogor Kota menangkap 92 orang karena terlibat aksi tawuran di Kota Bogor sejak awal 2022. Dari 92 orang tersebut, sebanyak 21 orang ditetapkan sebagai tersangka.
"Sepanjang Januari dan Februari 2022, kami mengamankan 92 orang pelaku tawuran dan kekerasan. Setidaknya 21 orang kami tetapkan sebagai tersangka," kata Kapolresta Bogor Kota Kombes Susatyo Purnomo Condro, Kamis (24/2/2022).
Dari para pelaku tawuran ini, polisi mengamankan puluhan senjata tajam berbagai jenis dan sepeda motor yang digunakan para pelaku saat tawuran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Barang bukti 33 senjata tajam berbagai jenis, ada golok, stik golf, celurit, dan lain-lain. Kita juga amankan 28 motor yang digunakan para pelaku ketika tawuran. Yang kita amankan itu berdasarkan 13 laporan yang masuk," terang Susatyo.
"Komitmen kami dari Forkopimda Kota Bogor berharap hentikan semua tindak pidana kekerasan. Kami akan serius menangani setiap tindak kekerasan. Tidak ada tempat bagi pelaku kekerasan. Kita ingin Bogor jadi tempat layak dan beradab," tegas Susatyo.
70 Kelompok Dipantau
Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota Kompol Dhoni Erwanto menyebut pihaknya telah mendata sekitar 70 kelompok pemuda yang kerap terlibat tawuran. Satreskrim Polresta Bogor Kota juga sudah memetakan 50 lokasi yang biasa dijadikan tempat tawuran.
"Kami sudah melakukan pemetaan sebenarnya. Di Kota Bogor ini sekitar tempat favorit mereka tawuran ada 50-an tempat. Kalau kelompok ada 70 kelompok. Jadi di Kota Bogor ini kebanyakan kelompok-kelompok, mereka ini disebut akamsi (anak kampung sini)," beber Dhoni.
"Mereka tersebar hampir di seluruh kecamatan se-Kota Bogor. Jadi mereka ada yang bentuknya aliansi, gabungan, baru melalukan pencarian terhadap korban atau yang dianggap musuh mereka," tambahnya.
Tawuran dan Medsos
Dalam aksinya, kata Dhoni, para pelaku menentukan waktu dan lokasi tawuran melalui media sosial (medsos). Para pelaku juga kadang mencari sasaran atau calon korban secara acak dengan cara berkonvoi.
"Kalau dari hasil proses penyidikan kita, rata-rata musuh mereka sudah ada. Jadi mereka beraliansi, berapa kelompok bergabung jadi satu, kemudian menyerang kelompok yang lain. Biasanya seperti itu," tambahnya.
"Ada beberapa kelompok yang sudah kita petakan, memang dia cenderung adalah dari sekolah," tambahnya.
(jbr/jbr)