Pos pengungsian untuk puluhan warga terdampak pergerakan tanah di Kecamatan Cikulur, Lebak, masih minim fasilitas. Untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus (MCK), warga harus ke musala terdekat.
Berdasarkan pantauan di lokasi, Kamis (24/2/2022), terdapat tiga tenda pengungsian. Dua tenda digunakan untuk warga perempuan dan anak, satu tenda lainnya untuk warga laki-laki. Di pos pengungsian tidak terlihat toilet umum, dapur umum, dan terminal listrik.
"Dapat karpet dan selimut doang. MCK belum ada, dapur umum belum ada," ujar salah satu warga, Acih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata Acih, jika ingin ke MCK, pengungsi harus menumpang ke rumah warga yang tidak terdampak. Pilihan lain, dia harus ke musala dan kantor Desa Curugpanjang.
"Numpang buang air besar gitu ya atau numpang wudu ke musala," tuturnya.
Dia mengaku tidak nyaman tinggal di pos pengungsian. Pasalnya, jika terjadi hujan, air merembes ke dalam tenda.
"Nyenyak nggak nyenyak, ya. Hujan, pada masuk air hujan. Pada basah, bocor mah nggak, cuma pada masuk dari pinggir-pinggir itu. Kebasahan," jelas Acih.
Acih pun berharap, bantuan segera datang. Terlebih saat ini rumahnya sudah tidak layak untuk dihuni lantaran rawan roboh.
"Pengin cepat dapat bantuan. Kalau mau direlokasi, tempatnya di mana, ya pengin cepet-cepet," harapnya.
Warga lainnya, Ining, mengaku ingin fasilitas di pos pengungsian dilengkapi. Tidur di pos pengungsian membuat dirinya tidak tenang.
"Di sini (tenda) juga nggak tenang tidurnya, kepikiran rumah," ucap Ining.
Saat ini, dirinya dan para pengungsi lainnya sangat membutuhkan air bersih, MCK, serta penerangan. "Kita butuh penerangan karena, kalau malam, di sini gelap, terus air bersih dan MCK buat aktivitas sehari-hari," pintanya.
"Inginnya itu ya cepat-cepat dibantu gitu, ya," pungkasnya.
Untuk diketahui, puluhan ibu dan anak terdampak pergerakan tanah di Kampung Cihuni, Desa Curug Panjang, Kecamatan Cikulur, Lebak, Banten, mengungsi. Mereka mengungsi ke Lapangan Bola Simpati lantaran khawatir pergerakan tanah kembali terjadi.
Informasi yang dihimpun, warga yang mengungsi hanya para ibu dan anak. Sementara itu, bapak-bapak berjaga di rumah masing-masing. Mereka mulai mengungsi sekitar pukul 17.00-18.00 WIB.
"Sama orang-orang, sama orang tua semuanya di sini. Laki-laki di sini (rumah), perempuan di tenda pengungsian," ujar salah satu warga, Indri, kepada awak media, Rabu (23/2/2022).
(eva/eva)