Gus Miftah meminta maaf karena membuat gaduh atas aksi dalang menghajar 'wayang berpeci'. Pentas wayang itu digelar di Ponpes Ora Aji milik Gus Miftah.
Dirangkum detikcom, Rabu (23/2/2022), pertunjukan wayang menuai polemik itu digelar pada Jumat (18/2) malam. Pagelaran wayang itu dihadiri oleh sejumlah dalang dari Solo dan Yogya dan diinisiasi oleh dalang kenamaan Ki Warseno Slenk asal Sukoharjo, Jawa Tengah.
Pagelaran wayang tersebut awalnya viral lewat potongan video berdurasi 1,15 detik. Dalam video tampak sebuah wayang berpeci yang diduga mirip Ustaz Khalid Basalamah dihajar oleh wayang Baladewa yang sedang marah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam marahnya, tokoh Baladewa terus menyampaikan kegeramannya pada orang yang asal omong soal keberadaan wayang. Tak berhenti di situ, wayang berpeci tersebut tak hanya dihajar oleh Baladewa.
Di akhir potongan video yang viral, dalang juga berdiri lalu membanting-banting wayang tersebut sambil mengucap kata kasar. Setelah dibanting-banting, wayang itu diserahkan kepada orang lain dengan ucapan, "Diremuk! Diremuk!" sambil menyebut nama-nama orang yang diminta merusak wayang tersebut.
Wayang tersebut berputar dari tangan ke tangan. Ada yang membanting, ada yang menonjok.
Gus Miftah Minta Maaf
Buntut pentas wayang itu, kritik pun mengalir deras. Tak mau berlarut-larut dengan polemik terkait pentas wayang di ponpesnya, Gus Miftah akhirnya meminta maaf atas kegaduhan yang ditimbulkan.
Permintaan maaf Gus Miftah diunggah dalam Instagram pribadinya @gusmiftuh, Rabu (23/2). Awalnya, Gus Miftah menyinggung soal otoritas dalang dalam pagelaran wayang yang tidak bisa diintervensi atas lakon yang dibawakannya.
"Wawancara dalang Ki Warseno Slank dengan TV One, dalang dengan segala otoritasnya tidak bisa diintervensi atas lakon yang dibawakannya, dalang independen dengan lakon yang dibawakannya," tulis Gus Miftah.
"Tapi kan pentasnya di pondoknya Miftah... yang salah ya Miftah!!!," tambahnya.
Simak video 'Pembelaan Kala Pentas Wayang di Ponpes Gus Miftah Dikritik':
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya...
Lalu, Gus Miftah bicara terkait musnahnya wayang yang dianggap cukup sederhana. Menurutnya, wayang dianggap musnah jika sudah tidak ada yang 'nanggap' lagi.
"Lha Miftah nanggap saja supaya kelestariannya terjaga malah disalahkan... pokoknya Miftah salah, dan harus minta maaf. Ok salahkan saya jangan dalangnya, pokok e salahnya Miftah," ucapnya.
"Ok fine... saya minta maaf atas kegaduhan yang terjadi, bukan karena nanggap wayangnya!," imbuhnya.
Dalang Ki Warseno Slank Juga Minta Maaf
Ki Warseno Slenk, pemrakarsa pentas wayang di ponpes itu juga meminta maaf kepada pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan adegan perang Baladewa menghajar 'wayang berpeci' dalam pementasan itu. Ki Warseno mengatakan bahwa selaku pelaku seni tradisi Jawa, dia masih berpegang teguh pada ajaran-ajaran dan petuah para leluhur untuk selalu menjaga keharmonisan hubungan dengan Tuhan, alam dan sesama manusia.
Dia lalu mengutip petuah memayu hayuning bawana yakni selalu turut serta menjaga kedamaian semesta raya dan hamemangun karyenak tyasing sasama yang artinya selalu senantiasa berusaha tidak pernah menyakiti hati sesama.
"Dalam bingkai selalu menjaga prinsip petuah luhur tersebut, saya secara pribadi dari lubuk hati paling dalam meminta maaf jika ada pihak-pihak yang merasa kurang nyaman setelah melihat pementasan kami di Ponpes Gus Miftah pada Jumat malam yang lalu," kata Ki Warseno Slenk kepada wartawan di Solo.
Namun demikian, Ki Warseno menegaskan seluruh ekspresi seni dalam pementasan tersebut sepenuhnya adalah totalitas pemanggungan wayang kulit sesuai kaidah-kaidah yang telah diatur secara baku dalam pakem (kaidah) pewayangan.
Menurut Ki Warseno, dalam pakem pewayangan karakter tokoh Baladewa yang temperamental selalu digambarkan seperti dalam pementasan Jumat malam itu jika sedang berperang. Dimainkan oleh dalang siapapun, kesepakatan dalam tradisi pakem selalu seperti itu.
"Karakter Baladewa ya seperti itu. Beda lagi dengan karakter Rahwana atau Cakil atau Arjuna. Semua wayang yang jumlahnya ratusan itu punya ciri khas masing-masing," ujarnya.
Ki Warseno juga mengatakan sepanjang pertunjukan lebih dari 4 jam itu tidak ada ucapan dalang yang menyebut nama siapapun. Karena itu sebenarnya tidak ada yang perlu merasa didiskreditkan atau dilecehkan dalam pementasan tersebut.
"Penilaian pementasan seni itu otoritas pemirsa. Pelaku seni hanya menampilkan cerita penuh pesan moral yang dipersilakan untuk ditafsirkan seutuhnya dan selanjutnya dipetik hikmahnya oleh penikmatnya. Sebagai dalang, saya tidak bisa menyamakan persepsi masing-masing pemirsa atas sebuah peristiwa pertunjukan. Tafsir-tasfir pertunjukan itu bisa berbeda-beda tergantung pemahaman dan referensi masing-masing orang," ujar dalam bergelar doktor tersebut.
"Namun demikian, sekali lagi, sebagai pemrakarsa acara pementasan sudah sepantasnya jika saya menghaturkan terima kasih atas semua perhatian yang diberikan dan meminta maaf jika banyak kekurangan serta jika ada yang merasa kurang nyaman," lanjut adik kandung dalang kenamaan Ki Anom Suroto tersebut.