Peran Pihak Terzalimi 'Begal Partai' Dinilai Jadi Pemicu PD Melejit di Survei

Matius Alfons - detikNews
Rabu, 23 Feb 2022 08:35 WIB
AHY beserta kader Partai Demokrat (Ari Saputra/detikcom)
Jakarta -

Survei Litbang Kompas menunjukkan elektabilitas Partai Demokrat (PD) berada di posisi ketiga tertinggi. Apa yang memicu elektabilitas Demokrat naik?

Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai ada dua faktor yang berpengaruh terhadap elektabilitas Demokrat. Salah satunya, yakni peran jadi pihak terzalimi di kasus KLB Deli Serdang.

"Naiknya Demokrat dipengaruhi dua faktor yang mudah diraba. Pertama soal kepiawaian Demokrat mengelola 'begal partai' menjadi isu yang panjang. Demokrat pandai memposisikan diri sebagai partai yang dizalimi. Pemilih hatinya sensitif, mudah simpati ke sesuatu yang terkesan terzalimi," kata Adi saat dihubungi, Selasa (22/2/2022).

Adi menyebut faktor lainnya berkaitan dengan kerja Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Dia menyatakan AHY kini rutin bertemu dengan warga dan berpengaruh terhadap elektabilitas.

"Sepertinya juga bagian dari kerja politik Demokrat dan AHY. Misalnya AHY belakangan sering turun ketemu rakyat, rutin konferensi pers, baliho yang sudah terpasang lama, dan lainnya," ucapnya.

Adi mengatakan partai lainnya harus khawatir dengan pergerakan Partai Demokrat menjelang Pemilu 2024. Namun dia menilai PDIP dan Gerindra tetap berada di posisi aman.

"Melihat survei Litbang Kompas, tentu semua partai layak khawatir kecuali PDIP dan Gerindra. Karena pemilih cukup dinamis dan sangat cair. Antarpartai saling kanibal. Saling berebut ceruk pemilih. Golkar sekalipun disalip, sangat mungkin reborn karena Golkar punya mesin politik solid, terutama di tikungan akhir," ujarnya.

"Partai di luar PDIP dan Gerindra pemilihnya cenderung fluktuatif dan bahkan sebagian mengecil. Sementara PDIP atau Gerindra cenderung stabil selalu di tiga besar. Tapi sekali lagi ke depan peta masih dinamis sekali. Terutama kalau Demokrat mengandalkan elektabilitas partai karena kesan dizalimi, tentu sangat riskan," lanjut dia.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.




(maa/haf)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork