Harga Kedelai Naik, Syarief Hasan Dorong Kebijakan Kemandirian Pangan

Harga Kedelai Naik, Syarief Hasan Dorong Kebijakan Kemandirian Pangan

Inkana Izatifiqa R Putri - detikNews
Sabtu, 19 Feb 2022 18:23 WIB
Syarief Hasan
Foto: MPR
Jakarta -

Wakil Ketua MPR dari Fraksi Partai Demokrat, Syarief Hasan menyoroti soal kenaikan harga kedelai, yang berimbas terhadap nasib perajin tahu dan tempe. Ia pun meminta pemerintah untuk membuat kebijakan afirmasi atas produk-produk kebutuhan pokok rakyat.

Syarief menilai saat ini rakyat masih belum terbebas dari kenaikan harga minyak goreng. Namun, kini masyarakat kembali dihadapkan dengan kenaikan harga kedelai, yang merupakan bahan baku pembuatan tahu dan tempe.

"Tahu dan tempe termasuk makanan pokok sebagian besar rakyat Indonesia, sementara kebutuhan pasokan kedelai mengandalkan impor, maka harga kedelai ini sangat bergantung pada dinamika pasar global. Inilah yang membuat harganya sangat fluktuatif dan mempengaruhi perajin tahu dan tempe di Indonesia. Pemerintah harusnya punya mitigasi dan strategi yang tepat menyikapi hal ini," ujar Syarief dalam keterangannya, Sabtu (19/2/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Politisi Senior Partai Demokrat ini menambahkan mayoritas perajin tahu dan tempe merupakan pelaku UMKM. Dengan demikian, saat harga bahan baku kedelai naik akan sangat mempengaruhi kemampuan dan skala produksinya. Bahkan, tak jarang kenaikan bahan baku membuat banyak UMKM mengalami kebangkrutan.

"Saya kira pemerintah harus serius soal kemandirian komoditas kedelai ini dan menjaga iron stock untuk menjamin supply. Hal ini sangat beralasan karena tahu dan tempe telah menjadi bagian melekat dari kehidupan rakyat. Tanpa adanya tahu dan tempe, rasanya ada yang kurang dari masakan yang tersaji. Inilah fakta yang mesti diperhatikan betul-betul oleh pemerintah," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Terkait persoalan ini, Syarief juga mengimbau agar pemerintah tidak hanya terpaku pada impor. Sebagaimana kenaikan harga kedelai saat ini, hal ini lantaran tingginya permintaan dari China sebagai konsumen kedelai terbesar di dunia.

Sementara pasokan dari produsen kedelai terbesar, yakni AS dan Brazil terjadi kelangkaan karena kegagalan panen. Jadi, ia meminta agar pemerintah tidak berharap dari dinamika pasar global yang juga fluktuatif.

"Jika kita hanya berharap dari impor semata, maka kita tidak bisa memberi kepastian terhadap kelanjutan produksi pengrajin tahu dan tempe. Jika harga di pasaran global naik, imbasnya harga tahu dan tempe juga naik. Karena kenaikan ini, kelanjutan berusaha pelaku UMKM menjadi terancam, serta konsumen juga merugi. Jadi, langkah paling mungkin menjamin kepastian ini adalah kemandirian pangan, atau substitusi komoditas kedelai," tutupnya.

(akn/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads