Air mata Ibu Eti Ratnasih menetes saat bicara pada sang anak yang baru berusia 14 tahun, Pajar. Di usia remaja, Pajar harus jadi penopang keluarga karena Ibu Eti sakit.
"Suka nangis saya ya.. Maafin mamah. Ibu minta maaf semoga dia panjang umur, sehat, harus nurut pada orang tua, ngaji yang benar jangan ketinggalan salat," kata Eti kepada Pajar sambil menangis di hadapan tim berbuatbaik.id CTARSA Foundation.
Eti saat ini berjuang dari penyakit jantung yang menggerogotinya. Imbas penyakitnya, Eti tak bisa mengurus rumah tangga apalagi bekerja menghidupi keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mau tak mau, Pajar yang harus jadi penopang keluarga itu. Saat Ibu Eti terengah-engah, Pajar langsung memijat tubuh ibunya sambil sesekali mengoleskan minyak angin. Eti pun mencoba terus bernapas dan berjuang dari penyakit jantung yang menggerogotinya.
Ditatapnya lekat-lekat sang anak, dia begitu merasa bersalah melihat si bungsu mengurus semua keperluan untuk dirinya. Mulai mencuci baju, memasak, menyuapinya hingga perihal mencari nafkah. Ya, setiap pulang sekolah, Pajar menggembala bebek hingga menjadi tukang kayu.
![]() |
Melihat ibunya memelas meminta maaf, air mata anak kelas 2 SMP ini pun tak tertahankan. Dia ikut menangis sesenggukan. Dia tahu betul ibunya benar-benar tak bisa melakukan apapun dan hanya tergeletak di tempat tidur.
Terbatasnya biaya ke rumah sakit kerap membuat keluarga ini tak bisa berobat hingga kondisi Eti semakin memburuk selama 2 tahun.
Tim berbuatbaik.id CTARSA Foundation berbincang mengenai keberadaan sang ayah kepada Pajar. Menurut Pajar, ayahnya adalah kuli bangunan yang sudah lama bekerja di Bandung dan tak kunjung pulang.
Dia yang tinggal di Desa Nanggerang, Tasikmalaya, Jabar tak kuasa menahan rindu. Rasa itu tergambar saat pandangan Pajar semakin redup dengan air mata yang coba dia tahan lagi sebisanya.
"Kangen Bapak. Gak ketemu setahun. (Kalau ketemu bapak?) Pengen peluk saja," ucapnya sembari mematung.
Walau dibebani dengan begitu banyak cobaan, tapi langkah Pajar ke sekolah sejauh 2 kilo meter terasa begitu ringan. Di sana dia bisa melupakan sejenak penderitaanya dengan bermain bersama teman-temannya.
"Dia belum waktunya untuk kerja berat kayak gitu. Tapi kerja dan gak kelihatan ngeluh," sebut teman sekelas Pajar, Nasya.
Menurut gurunya Resti Nurhifti, Pajar terkadang terlambat ke sekolah karena harus mengurus ibunya. Namun pihak sekolah memahami kondisi Pajar dan tetap mendukungnya.
Belakangan, tim berbuatbaik.id CTARSA Foundation pun baru mengetahui bahwa Pajar masih memakai sepatu yang sama sejak kelas 6 SD. Tak ayal, sepatunya kini kekecilan. Namun Pajar mengaku tak masalah, karena dia masih tetap bisa bersekolah.
Sahabat baik, selama ini pijar cahaya Pajar hanya menyala sendirian untuk ibunya seorang. Dengan sekuat tenaga dia menopang hidupnya dan juga ibunya.
Jangan biarkan cahaya Pajar terus menyala sendiri lalu kemudian padam. Kamu bisa mendukung Pajar dengan donasi sekarang juga.
Donasi bisa disalurkan lewat berbuatbaik.id CTARSA Foundation dengan klik LINK BERIKUT INI.
Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima100% tanpa ada potongan.
Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang diikuti, berikut update terkininya.
Jika berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!
(imk/imk)Lihat postingan ini di Instagram