Awalnya Megawati berbicara terkait hubungan ayahnya, yang juga Presiden RI ke-1, Sukarno dengan Nahdlatul Ulama. Dia menyebut sejak dulu Sukarno sudah dekat dengan para kiai penggerak dan pendiri NU.
"Saya bersyukur alhamdulillah kedekatan kaum nasionalis dan kaum religius hingga kini masih berjalan erat, begitupun hubungan PDIP dan NU sangat dekat dan selalu beriringan. Saya sangat teringat dan saya yakin sejarah juga mengingatkan bagaimana kedekatan Bung Karno, Presiden 1 RI, dengan KH Hasyim Asyari dan KH Abdul Wahab Hasbullah. Serta juga banyak dengan para kiai pendiri dan penggerak NU lainnya," kata Megawati seperti disiarkan lewat YouTube PDIP, Sabtu (12/2/2022).
Megawati juga ingat Sukarno sempat menerima gelar Walliyul Amri Addharuri Bi As Syaukah dari NU. Gelar ini, kata dia, bukan hanya karena kedekatan, tapi juga sebagai bentuk dukungan NU terhadap Sukarno.
"Bung Karno diberi gelar oleh NU, yaitu Waliyul Amri Addharuri Bi As Syaukah, gelar yang merupakan dukungan besar warga nahdliyin pada kepemimpinan beliau yang disahkan dalam Muktamar NU di Surabaya pada 1954. Kedekatan Bung Karno dengan kiai dan warga nahdliyin itu akan saya teruskan dalam tindakan dan telah saya amanatkan kepada seluruh kaum nasionalis, juga para kader dan simpatisan PDIP," ucapnya.
Lebih lanjut Megawati juga meyakini kedekatan nasionalis, dalam hal ini PDIP, dengan NU bisa mengatasi segala ancaman bangsa. Selain itu, dia meyakini berbagai kebaikan di masa kini dan masa mendatang juga akan terbentuk jika PDIP beriringan bersama NU.
"Saya sangat yakin, jika PDIP dapat terus berjalan beriringan dengan NU, segala ancaman kebangsaan kita pasti bisa diatasi. Hal tersebut tentu juga dapat menciptakan hal-hal baik luar biasa pada saat ini dan tentu untuk di masa yang akan datang," ujarnya.
"Sekali lagi saya ucapkan selamat hari lahir Nahdlatul Ulama, teruslah menyebarkan ahlus sunnah waljama'ah dan Islam yang rahmatan lil alamin, serta meneguhkan komitmen kebangsaan," pungkas Megawati. (maa/idh)