Miris Siswa SMP di Palembang Harus Operasi tapi Kepsek Bantah Aniaya

Miris Siswa SMP di Palembang Harus Operasi tapi Kepsek Bantah Aniaya

Tim detikcom - detikNews
Jumat, 11 Feb 2022 22:03 WIB
Pelajar di Palembang mengalami luka dalam di perut akibat dianiaya kepsek
Pelajar di Palembang mengalami luka dalam di perut akibat dianiaya kepsek. (Prima Syahbana/detikcom)
Jakarta -

Seorang siswa SMP Bina Lestari Palembang, Sumatera Selatan, berinisial H (15) harus menjalani operasi di bagian perutnya karena diduga dianiaya oleh kepala sekolah. Namun, kepala sekolah membantah melakukan penganiayaan.

Keluarga Ungkap Awal Mula Penganiayaan

Dugaan penganiayaan itu diungkap oleh Kakak kandung H, Lestari. Dia bercerita awal mula H dihukum push up 100 kali karena telat.

"Awalnya dia mual biasa, terus dia sembuh. Nah, hari itu dia masuk ke sekolah, tapi dia telat dan dia diberikan hukuman push up 100 kali," kata Lestari ketika ditemui wartawan di RSUD Bari Palembang, Jumat (11/2/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun H tidak bisa push up mencapai 100 kali. Karena itulah kepala sekolah lalu menginjak perut H. Peristiwa itu terjadi pada November 2021 di sekolah swasta yang berada tak jauh dari kediaman H.

"Terus, karena tak bisa sampai 100 kali perutnya diinjak, dia bilang sakit, dijawab kepala sekolah syukurlah (rasain)," katanya.

ADVERTISEMENT

Lestari mengungkap H tak hanya diinjak di perut, tapi juga mengaku di tampar kepala sekolah dalam kejadian tersebut.

"Usai diinjak perutnya, dia juga ditabok (ditampar) oleh kepala sekolah itu," terangnya.

Setelah kejadian itu, menurut Lestari, H mulai merasakan sakit dan lama-kelamaan sakitnya bertambah parah hingga di bagian pinggang itu dia mengalami luka. Saat ini H telah menjalani operasi pertama dan dalam waktu dekat akan kembali menjalani operasi kedua karena lambung berada di luar.

"Dia ini luka campur sakit di perutnya usai kejadian itu makanya dia langsung di operasi, ini ususnya luka ususnya keluar. Kondisinya sangat parah dan dirawat di RSUD Bari. Kami sudah buat laporan di Polrestabes Palembang," sambungnya.

Simak selengkapnya di halaman berikut

H Idap Penyakit Sebelum Dianiaya

Kakak kandung H, Sinta, mengatakan adiknya mengidap penyakit sebelum mendapat hukuman dari kepala sekolahnya. Dia menyebut penyakit itu tidak separah sebelum dugaan penganiayaan terjadi.

"Iya memang benar. Tapi sebelum kejadian sakitnya tidak separah itu," kata Sinta kepada wartawan, Jumat (11/2/2022).

Kesehatan H Menurun Usai Dianiaya

Sinta mengatakan peristiwa yang membuat kesehatan adiknya semakin memburuk. Pada awal Januari 2022, H harus menjalani operasi.

"Ketahuan semakin parahnya itu di awal Januari 2022, Sakit infeksi usus. Tapi kalau tidak di tambahi injakkan itu tidak bakal separah itu sakitnya bertambah nyeri di bagian belakang. Dan pada 7 Januari kemarin adik saya menjalani operasi pertama," ujarnya.

Kepala SMP Bina Lestari Bantah

Kepala SMP Bina Lestari Palembang Paril Isnandar buka suara terkait dugaan penganiayaan itu. Parik membantah telah menganiaya H.

"Tidak ada saya menganiaya (H), saya ini sudah tua. Kecuali, kalau saya ini loncat dari atas ke bawah injak badan dia mungkin bisa disebut menganiaya," kata Paril ketika dimintai konfirmasi detikcom, Jumat (11/2/2022).

Paril lantas menjelaskan kejadian dengan versinya. Dia mengaku pada 16 November 2021 itu memberikan hukuman terhadap 6 siswa yang melanggar aturan di sekolahnya.

"Itu berlebihan infonya. Memang pada tanggal 16 November 2021 itu saya memberi hukuman ke 6 siswa, bukan dia (H) sendiri. Itu karena dia telat datang ke sekolah. Dan itu sudah selesai, tidak ada masalah," ujar pria berusia 61 tahun tersebut.

Hukuman yang diberikan, kata dia, bukan push up sebanyak 100 kali, melainkan hanya 10 kali. Dia juga membantah jika dikatakan saat menghukum H sengaja menginjak bagian belakang perut H saat itu.

"Push up-nya bukan 100 kali, cuma 10 kali malah dan itu hukumannya terukur, karena 6 siswa itu telat datang ke sekolah. Tidak ada saya nginjak perut dia. Yang benar itu, karena posisi badannya ketika push up tidak lurus, jadi saya luruskan dengan menekan bagian pantatnya, cuma itu saja. Saksi ada, siswa saya ada semua saat itu," ucap Paril meluruskan.

Paril menegaskan, dalam ujian semester yang digelar pada Desember 2022, H juga mengikutinya selama 1 minggu. Saat itu, lanjutnya, H dalam keadaan sehat.

"Tanggal 3-9 Desember dia ikut ujian, sehat segar bugar. Jadi itu (sakit karena dianiaya) hoax betul. Setahu kita pihak sekolah, dia itu ada sakit maag kronis, di operasinya Januari tadi. Jadi apa kaitannya dengan hukuman yang diberikan pada November kemarin. Saya sakit hati betul, sudah tua saja dizolimin begini," imbuhnya.

"Meski saya difitnah dan dizolimin begini, saya tetap menunggu saja dari pihak yang mengadukan saya. Saya hanya minta, mereka minta maaf atas kejadian ini, insyaallah saya maafkan. Saya menjamin pendidikan dia (H) tidak bermasalah, malah saya tidak memberhentikan walaupun dia tidak masuk beberapa bulan, masih saya anggap dia siswa saya," jelasnya.

Polisi turun tangan, simak di halaman selanjutnya

Polisi Kumpulkan Data

Sementara Kasat Reskrim Polrestabes Palembang Kompol Tri Wahyudi mengaku saat ini pihaknya tengah mengumpulkan data terkait kejadian tersebut, termasuk menunggu laporan resmi dari pihak keluarga.

"Laporannya belum ada, tapi kami sudah mulai ngumpulin data-data keterangan, tentu akan ditindaklanjuti," kata Tri dimintai konfirmasi detikcom terpisah.

Halaman 3 dari 3
(eva/dwia)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads