Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berduka atas meninggalnya Menteri Pendidikan Nasional era Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yahya Muhaimin. Anies menuturkan, sosok Yahya banyak berjasa untuk hidup nya, terutama saat menyelesaikan studi di luar negeri.
Anies awalnya mengenang masa-masa dirinya menyelesaikan kuliah master di University of Maryland. Saat itu, Yahya yang berprofesi sebagai Atase Pendidikan di Washington DC menawarkan Anies pindah ke rumahnya yang berada di kawasan elit di Bethesda, Maryland.
"Saya sedang menulis makalah pagi itu, saat Pak Yahya menelpon, meminta saya pindah dari apartemen dekat kampus University of Maryland ke rumah beliau sebagai Atase Pendidikan di Washington DC. Beberapa kali beliau mengulang, sampai akhirnya saya pindah dan tinggal di lantai atas rumahnya di kawasan elit di Bethesda, Maryland," ucap Anies melalui akun Instagramnya, Kamis (10/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yahya beralasan enggan membiarkan Anies hidup sendirian dengan biaya sewa mahal. Setelah pindah, keduanya banyak berdiskusi dan bertukar pikiran.
"Anies, daripada kamu sendirian, bayar sewa, udah pindah aja ke sini, di atas ada kamar. Selalu kosong kok," ucap Anies yang menirukan perkataan Yahya saat itu.
"Setelah tinggal di rumahnya, kami diskusi hampir tiap malam. Belajar banyak dari cendekiawan yg amat baik hati itu," lanjut Anies.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Simak juga Video: Suasana Pemakaman Kenegaraan Musisi India Lata Mangeshkar
Setelah itu, Anies kembali melanjutkan program doktor di Northern Illinois University. Meskipun tak lagi tinggal seatap dengan Yahya, Anies menyebut cendekiawan muslim itu selalu peduli terhadapnya.
Bahkan, tak jarang pula Yahya mengirimkan selembar uang 100 dolar kepada Anies. Bagi Anies, bantuan itu sangat berharga di tengah beban berat menyelesaikan studi doktor.
"Saat saya sudah mahasiswa program doktor di Illinois. Sudah pindah dari rumah beliau yg di Maryland. Jaraknya lebih dari 1.100 km. Suatu sore, sepulang dari kampus, terlihat sebuah amplop di kotak surat. Tertulis nama pengirimnya Yahya Muhaimin. Saat dibuka, hanya berisi selembar uang 100 dollar di dalam lipatan kertas HVS. Tidak ada tulisan apapun. Hanya selembar uang," imbuhnya.
"Itu bukan cuma sekali tapi berkali-kali. Tiap beberapa waktu Beliau selalu kirim amplop tanpa kata, berisi selembar uang 100 dolar. Uang itu bagi kami yang beasiswanya sangat pas-pasan, terasa luar biasa bernilai," tambahnya.
Kala itu, Yahya mengaku kerap mengingat Anies yang mesti menyelesaikan kuliah doktornya saat sudah berkeluarga. Dia pun khawatir jika Anies mesti merasakan hidup kesusahan, seperti yang dirasakan Yahya semasa menuntut ilmu di negeri orang.
"Langsung saya telepon Pak Yahya. Beliau tertawa sambil bilang, 'Saya kemarin ingat kamu, mungkin kamu lagi susah ya. Kuliah doktor itu berat apalagi kalau udah ada anak, selalu kekurangan biaya. Dulu waktu saya kuliah juga gitu'," cerita Anies.
Anies berujar, pertemuan terakhirnya dengan Yahya pada April 2021 lalu. Saat itu, Anies menjenguk Yahya di kediamannya di Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah saat mendengar kabar kondisi kesehatannya menurun.
"April 2021, kami mampir ke rumahnya di Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah. Mendengar kabar bahwa beliau sedang kurang sehat. Kami ngobrol, cerita banyak hal. Fisiknya memang telah lebih lemah, tapi pancaran wajahnya tetap terang, wajah jernih seorang cendekiawan yg amat alim," tuturnya.
Kini, sosok Yahya telah berpulang ke ilahi. Anies meyakini, kiprah Yahya di dunia pendidikan serta memajukan umat menjadi bekal untuk mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT.
"Allah panggil pulang seorang yang amat mulia hatinya, amat teduh akhlaknya. Pribadi yg amat dalam komitmennya untuk memajukan umat. Beliau memang dosen di UGM Jogja, tapi juga berkiprah memajukan pendidikan di kampung halamannya di Bumiayu. Kami yakin, Insyaallah, Allahyarham Pak Yahya dimuliakan di sisi Nya, dialirkan tanpa henti pahala padanya lewat ilmu dan amal jariyahnya yang luar biasa banyaknya...Kami semua adalah saksinya. Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu," doa Anies.