Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap dugaan penyebab kecelakaan maut bus pariwisata di Bantul, DI Yogyakarta. KNKT menyebut kecelakaan dipicu karena sopir gagal merem kendaraan.
"Saksi menjelaskan saat dari atas, pengemudi menggunakan gigi tiga. Karena itu, kendaraan meluncur dengan cepat. Padahal saat di sana, jalan menurun dan banyak tikungan," ujar Plt Kepala Sub Komite Moda Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT Ahmad Wildan kepada wartawan di kantor Dishub Solo seperti dilansir dari detikJateng, Rabu (9/2/2022).
Wildan mengatakan bahwa pengemudi juga terlalu sering menginjak pedal rem. Hal itu, kata Wildan, menyebabkan angin terbuang dan tekanan angin berada di bawah ambang batasnya.
"Setiap tikungan pengemudi melakukan pengereman berkali-kali, ini sesuai penjelasan kenek bus dan mobil di belakangnya. Dilihat lampu rem belakang nyala terus tetapi masih melaju dengan cepat. Artinya saat turun, bus melakukan pengereman yang panjang," urainya.
"Karena turun terus, angin dibuang terus, ketika angin mencapai di bawah ambang batasnya 6 bar, yakni 5 bar, pengemudi tidak akan bisa ngerem," urainya.
Lebih lanjut, Wildan menyebut kasus ini sama persis dengan di Balikpapan. Dalam kasus itu, sang pengemudi mengungkapkan bahwa tekanannya anginnya pada 5 bar. Dalam kondisi itu, jelas Wildan, pedal rem tidak bisa menginjak rem lagi dan sistem remnya tidak berfungsi.
"Masalahnya anginnya tekor, bukan karena malfunction, tetapi karena penggunaan," ungkap Wildan.
Simak video 'Cerita Ngeri Korban Selamat Kecelakaan Bus Maut Bantul':
(lir/knv)