Komunitas Yahudi di Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut), merespon penolakan Museum Holocaust Yahudi, di Tondano. Mereka menyebut kehadiran museum untuk memberikan edukasi terhadap generasi muda.
"Intinya saya ingin mengedukasi kepada masyarakat terutama generasi muda tentang bahaya rasisme dan kebencian," kata Pendiri Indonesia Holocaust Museum Rabbi Yaakov Baruch, saat ditemui wartawan, Sabtu (5/2/2022).
Yaakov mengatakan apabila rasisme dan kebencian tidak diperangi sejak awal, maka hal itu akan mengarah pada Holocaust atau tragedi kemanusiaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pesan dari museum ini kita tidak hanya perangi rasisme Yahudi saja. Tapi ini menentang terhadap rasisme terhadap agama manapun. Itu kita perangi bersama," ujarnya.
Menurutnya, Museum Holocaust di seluruh dunia berjuang menentang genosida. "Tidak mengedepankan kebencian atau kecurigaan apalagi rasisme," kata dia.
"Jadi hal-hal positif tidak ada negatif, apalagi hal-hal yang menjelekkan agama atau etnis tertentu," ujar dia.
Dia menduga polemik itu dipicu karena mereka belum melihat langsung isi atau gambar-gambar yang ada di dalam museum tersebut.
"Mungkin mereka tidak datang jadi tidak tahu seperti apa isi di dalam museum, sehingga muncul reaksi-reaksi. Itu sudah biasa, kalau kita melakukan sesuatu pasti ada pro dan kontra," jelasnya.
Yaakov mengatakan dengan gambar-gambar di museum tersebut semua pihak bisa melihat sendiri Holocaust dan belajar. Di situ (gambar) ada orang-orang Muslim, ada juga para Ulama dari Paris, serta tokoh-tokoh gereja. Menurutnya, bahkan ada orang Indonesia yang menyelamatkan orang Yahudi.
"Jadi ini murni edukasi. Tidak ada sangkut paut atau yang dicurigai atau ditakutkan misalnya dari negara asing. Ini murni untuk kepentingan mencerdaskan bangsa," ujarnya.
Simak Video: Komunitas Yahudi di Minahasa Buka Suara soal Polemik Museum Holocaust