"Sudah saatnya kita bersama-sama membumikan kembali Islam Tengah, menjadikannya perbincangan publik Islam yang utama. Islam Tengah merupakan sebuah konsep keislaman dan jalan kebangsaan yang perlu menjadi panduan bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari."
Demikian penggalan pidato kebudayaan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan (Zulhas). Pidato bertajuk 'Indonesia Butuh Islam Tengah' itu disampaikan bersamaan dengan gelaran Zulhas Award di auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta, Sabtu (29/1/2022). Saat itu, hadir sejumlah tokoh yang ramai digadang-gadang ikut berkompetisi di perhelatan Pemilihan Presiden 2024, yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, serta Menteri BUMN Erick Thohir.
Bukan hanya PAN, promosi Islam moderat juga seakan disuarakan Partai Keadilan Sosial (PKS). Pekan lalu, partai berlabel Islam itu mengabarkan penunjukan kader nonmuslim masuk di posisi strategis kepengurusan partai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pandangan tentang Islam moderat belakangan terus menggaung di tengah polarisasi politik Islam dan nasionalis. Sebagian menilai partai-partai Islam tengah mencoba opsi baru, menyasar target suara yang lebih universal. Upaya ini dianggap sebagai strategi untuk memecah kebuntuan suara yang terus tergerus.
Survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), misalnya, mencatat hanya dua parpol, yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang tingkat elektabilitasnya melebihi ambang batas parlemen atau parliamentary threshold (PT).
Elektabilitas PKB pada Desember 2021 sebesar 8,4 persen, sedangkan perolehan suaranya pada Pemilu 2019 mencapai 9,7 persen. Begitupun PKS, elektabilitasnya menurun dari 8,2 persen menjadi 5,1 persen.
Nasib PAN lebih buruk lagi, survei SMRC Maret 2021 mencatat elektabilitas PAN hanya 2,5 persen, di bawah ambang batas parlemen, 4 persen. Gambaran yang sama juga terlihat dalam survei-survei lainnya. Pada Januari 2021, LSI mencatat perolehan elektabilitas PAN hanya 3 persen, bahkan Litbang Kompas (Januari 2021) mencatat angka yang lebih buruk, yakni 0,8 persen.
Suara massa Islam dari masa ke masa selalu diperebutkan oleh partai politik. Namun, dari pemilu ke pemilu, suara partai Islam tidak pernah lebih besar dari partai nasionalis.
Bagaimana sikap partai-partai Islam menghadapi fenomena ini? Mungkinkah jargon 'Islam tengah' menjadi solusinya? Pertanyaan-pertanyaan itu akan diulas lengkap dalam program Adu Perspektif yang tayang secara live di detikcom, Rabu (2/2/2022) ini pukul 20.00 WIB. Acara yang mengangkat tema 'Ceruk Suara Islam, Bertahan atau Berpindah?' ini akan menghadirkan Zulkifli Hasan (Ketua Umum PAN), Mardani Ali Sera (politikus PKS), Ade Armando (akademisi UI), dan Hasan Hasbi (pendiri Cyrus Network).
(ids/ed)